Arrogant Husband

Tak Menginginkan Kehadirannya



Tak Menginginkan Kehadirannya

0Saat Reva hendak masuk ke dalam rumah, tiba-tiba pergelangan tangannya ditarik dengan paksa oleh Joseph. Ia pun segera menepisnya dengan kasar. Reva tak terima, kalau diperlakukan seperti ini.     

"Lepaskan tanganku, Jo!"     

"Tidak! Aku tak akan melepaskan tanganmu. Aku sangat mencemaskanmu. Apa yang aku lakukan kemarin jadi tak karuan sama sekali," ujar Joseph.     

Tak ingin diperlakukan seperti ini, Reva pun akhirnya menginjak kaki Joseph dengan ujung sepatu hak tinggi miliknya. Menurutnya, pria itu terlalu berlebihan.     

"Kenapa kau seperti ini? Kau adalah kekasihku."     

"Aku tak peduli denganmu," ketus Reva.     

Joseph kesakitan saat kakinya terinjak oleh Reva. Wanita itu pun langsung masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan keras. Reva sama sekali tak menghiraukannya.     

"Arrghhh! Sial!" teriak Joseph.     

Karena Reva tak menginginkan kehadirannya ada di sini, maka Joseph pun berlalu pergi.     

Sedangkan, di dalam kamar, Reva berpikir untuk menyudahi hubungan yang penuh pura-pura ini dengan Joseph. Ia tak mau lagi menemui pria itu. Lama-kelamaan, menurutnya Joseph bersikap over protektif.     

Dari awal, Reva memang tak ada rasa cinta dalam hatinya untuk Joseph. Pria itu hanya sebagai pelampiasannya saja karena sampai sekarang gagal mendapatkan Saga.     

"Lama-lama aku bisa stres kalau seperti ini terus dengan Joseph."     

Lagi pula, semua rencananya sudah dijalankan dengan mulus oleh Joseph. Anggap saja, semuanya sudah beres. Alisa pun kini sudah mengalami keguguran. Namun, sampai sekarang hubungan rumah tangga Alisa dan Saga masih berlanjut dan pria itu tak meninggalkan istrinya sama sekali, yang terpenting adalah mereka berdua tak mempunyai anak.     

Sikap jahat nan licik, rupanya sudah mendarah daging pada Reva. Wanita itu ternyata masih belum menyerah juga untuk mendapatkan cinta dari Saga.     

Hati Reva masih tertambat pada Saga. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bu Angel pun sekarang lebih mengkhawatirkan Alisa. Wanita paruh baya itu juga turut bersedih karena telah kehilangan seorang cucu yang ia idam-idamkan selama ini.     

"Ya Tuhan, sampai kapan aku harus melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan Saga kembali dalam hidupku? Aku ingin, Saga dan Alisa lekas berpisah."     

Reva tertunduk lemas di tepi ranjang. Ia seakan ingin menyerah. Namun, hatinya menolak untuk melakukan itu. Reva ingin terus mengejar cinta Saga sampai berhasil.     

"Apa yang harus kulakukan lagi?" pikirnya.     

Rumah tangga Alisa dan Saga memang tak mudah untuk dihancurkan. Mengingat, pria itu yang amat mencintai Alisa setengah mati. Reva pun harus extra berpikir keras. Ia sudah memberi Alisa pelajaran bertubi-tubi, tapi wanita itu lantas tak ingin menjauh juga dari Saga.     

Ia terus memikirkan hal ini sedari tadi. Padahal, Reva berniat hendak mandi setibanya di rumah.     

Namun, saat Reva berniat akan mandi, ia jadi teringat dengan sosok Agam. Pria baik hati dan tampan rupawan itu, ternyata mampu mengusik hatinya.     

"Ahh, tidak! Tak mungkin aku suka dengan dia. Kenapa aku memikirkan Agam terus sejak tadi?" Reva geleng-geleng kepala. Ia tak mungkin menyukai pria itu. Terlebih lagi, pekerjaannya adalah seorang bartender. Tak selevel dengan dirinya yang menjadi wanita kaya raya dan dihormati sana sini.     

"Ah, sudahlah. Lebih baik aku mandi saja." Reva pun melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Wanita itu ingin membersihkan diri dari keringat yang lengket di tubuh mulusnya.     

***     

Alisa terlihat sedang mengenakan dasi kerja di leher sang suami. Saga terlihat sangat gagah dengan memakai setelan jas berwarna abu-abu. Pria itu sudah siap untuk pergi ke kantor.     

"Terima kasih istriku yang cantik," ujar Saga.     

Alisa membawa tas kerja milik Saga. Mereka berdua akhirnya ke luar dari kamar dan turun dari tangga. Suami istri itu saling bergenggaman tangan satu sama lain.     

"Oh, iya, aku tak sarapan pagi ini. Aku mau buru-buru sayang."     

"Loh, kok begitu? Kalau bawa bekal bagaimana? Nanti aku siapkan."     

"Baiklah. Aku tunggu di luar." Saga melangkah menuju ke luar, sedangkan Alisa berlalu ke dapur.     

Wanita itu ingin menyiapkan bekal untuk Saga. Alisa terlihat mengambil sebuah wadah makan. Ia sangat cekatan dalam hal menyiapkan sesuatu.     

"Apa perlu bantuan, Nyonya?"     

"Tak usah. Biar aku sendiri saja yang melakukannya untuk suamiku. Kalian semua diam saja di sini, ya." Seulas senyum sengaja Alisa pamerkan pada semua pelayannya.     

Setelah selesai menyiapkan makanan, Alisa langsung menuju ke halaman sambil membawa wadah makan yang sudah dimasukkan ke dalam plastik. Terlihat Saga yang sudah menunggunya di depan mobil.     

"Sayang, maaf bila aku terlalu lama," ucap Alisa sambil menyodorkan wadah makan.     

"Tidak apa-apa sayang." Saga meraih wadah makan itu dan memasukkannya ke dalam mobil terlebih dahulu.     

"Ya sudah, aku mau berangkat kerja dulu."     

Sang suami mencium keningnya penuh kehangatan. Saga tak pernah lupa untuk menciumnya. Pria itu masuk ke dalam mobil dan mulai melaju meninggalkan halaman. Alisa melambai-lambaikan tangan ke arah Saga, sampai mobil itu perlahan menghilang.     

Alisa kembali masuk ke dalam. Ia ingin mengajak makan bersama dengan semua pelayan di rumahnya. Wanita itu meminta, agar semua pelayan mau menemaninya sarapan pagi ini.     

"Kalian semua makan, ya. Temani aku di sini."     

"Tapi, Nyonya ...."     

"Sudahlah, jangan pikirkan apa-apa. Ayo," ajak Alisa.     

Semua pelayan di rumah ini ada lima orang dan dengan tugasnya masing-masing. Kalau anak buah Saga, memang jumlahnya banyak dan pria semua.     

Alhasil, walaupun agak malu-malu, tapi semua pelayan tampak senang karena bisa makan bersama dalam satu meja dengan seorang Nyonya besar. Alisa tak pernah merasa malu untuk berteman dengan mereka. Alisa menghormati mereka semua, karena usia mereka tak lagi muda.     

"Apakah Nyonya tak malu, karena satu meja dengan pelayan seperti kami?" tanya salah satu pelayannya.     

"Untuk apa aku malu? Aku pun dulu pernah hidup sederhana seperti kalian. Pernah juga banting tulang untuk mencari uang buat makan sehari-hari."     

"Kami semua sayang sama, Nyonya. Nyonya sangat baik pada kami. Kami pun tak pernah diperlakukan kasar atau semena-mena." Mereka semua senang bekerja untuk Alisa.     

"Aku pun sangat menyayangi kalian semua, karena sudah kuanggap seperti keluarga sendiri."     

Di tengah makan bersama yang penuh kehangatan seperti ini, tiba-tiba ada seseorang yang datang, mencoba untuk masuk ke dalam. Lagi-lagi terdengar keributan dari luar, yang membuat Alisa hanya bisa geleng-geleng kepala.     

"Ya Tuhan, selalu saja ada masalah yang datang. Sekarang apalagi ini? Siapa yang datang?" Alisa bangkit dari duduknya.     

Alisa tak jadi makan. Ia telah kehilangan selera makannya. Alisa melangkah ke luar untuk melihat siapa orangnya.     

Karena penjagaan di luar cukup ketat, Anton tak membolehkan siapa pun masuk kecuali telah mendapatkan izin dari Saga atau Alisa. Alisa telah berada di depan pintu dan bertatapan langsung dengan orang itu.     

"Alisa ...."     

Saat melihat orang itu, Alisa langsung berwajah masam. Seperti tak menginginkan kehadirannya ada di sini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.