Arrogant Husband

Pendarahan



Pendarahan

0Joseph bangun lebih awal hari ini, karena dirinya sudah siap untuk melakukan sebuah rencana yang sangat besar. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, ia yakin pasti bisa melakukannya.     

Semua persiapan sudah siap dilakukan. Dengan menggenggam botol kecil berisi racun itu, maka tamatlah nyawa sang bayi dalam kandungan Alisa hari ini juga. Joseph tertawa puas saat membayangkannya.     

"Pasti Saga dan istrinya itu akan menangis deras. Bahkan kalau bisa, sampai menangis darah. Bayi mereka harus lenyap hari ini juga."     

Pria itu melangkah ke luar dan bersiap untuk menuju ke rumah Saga. Sebuah kendaraan bermotor sudah terparkir di depan halaman rumah. Hari ini, Joseph ingin menyamar sebagai pengantar paket. Dengan berbekal sebuah masker wajah, ia yakin penyamarannya ini tak akan ketahuan.     

***     

Kurang dari jam sembilan pagi, Joseph telah berada di kawasan rumah Saga. Pria itu jelas sudah lama berangkat ke kantor. Ia mengawasi rumah besar nan mewah itu dari jarak jauh.     

Paket yang akan diantar ke sana, berupa kue bolu serta susu untuk ibu hamil yang telah ia beri racun di botol susu itu. Beserta dengan sebuah kartu ucapan di dalamnya. Terbungkus dengan rapi dalam sebuah kotak kado berbentuk kubus, disertai dengan alamat rumah Saga yang sesuai.     

Ia yakin, rencananya ini akan berjalan dengan lancar. Pakaian yang dikenakan pun layaknya seorang pengantar paket pada umumnya. Dengan menggunakan topi dan masker, membuat penyamarannya tak diketahui.     

Joseph segera melajukan motornya menuju rumah Saga. Setelah sudah sampai di gerbang, semua anak buah Saga menatap ke arahnya.     

"Permisi, paket!" teriaknya.     

"Masuk," ujar salah seorang anak buah Saga.     

Joseph pun sudah berada di depan pintu rumah Saga sambil membawa paket tersebut.     

"Paket untuk siapa?"     

"Alisa," ujar Joseph yang menyamar. Ia pun menunjukkan alamat rumah ini dan anak buah Saga tampak mengangguk.     

Di tengah aksinya, maka muncullah Anton dari dalam rumah sambil menahan sakit akibat luka tusuk. Pria itu menatap Joseph dengan lekat, dari atas sampai bawah. Namun, ia sama sekali tak menemukan kecurigaan. Hingga akhirnya, Anton pun menerima paketan tersebut.     

"Terima kasih sudah mengantar paket ini," ujar Anton.     

"Sama-sama, pak."     

Joseph bersorak dalam hati karena rencananya berhasil dan tak ketahuan oleh yang lain. Ia pun segera pamit dari sana. Sedangkan, Anton segera masuk ke dalam dan menyerahkan paket itu pada Alisa.     

Sambil menahan rasa sakit saat naik ke atas tangga, ia mencoba untuk tetap kuat. Ia akan menyerahkan paket ini untuk sang Nyonya. Anton segera mengetuk pintu kamar Alisa.     

"Anton?" Alisa telah membuka pintu kamar.     

"Nyonya, ini ada paket untuk Anda. Mohon diterima dari Tuan Saga."     

Alisa langsung tersenyum riang, saat menerima paket itu. Tak lupa, ia mengucapkan terima kasih pada Anton karena sudah mengantar paket ini ke kamarnya.     

"Dasar Saga ...."     

Ia langsung membuka paket tersebut dan isinya berupa kue bolu dan susu dalam botol kaca. Terdapat juga kartu ucapan di dalamnya.     

"Sayang, dihabiskan ya kue dan susu khusus untuk ibu hamil itu. I love you so much."     

Begitulah isi pesan dalam kartu ucapan tersebut. Istri mana yang tak senang, ketika mendapat kejutan seperti ini. Sang suami memang selalu bisa membuat berbagai macam kejutan demi dirinya. Saga memang suami yang terbaik.     

Tanpa berlama-lama lagi, Alisa segera menyantap kue bolu itu dengan lahap, serta meneguk susu tersebut hingga batas setengah.     

"Suamiku memang terbaik. Pagi ini, dia memberiku kejutan dengan sebuah paket berisi makanan."     

Bolu itu hanya tersisa sedikit lagi karena ia sudah merasa cukup kenyang. Alisa berniat akan menghabiskan susu itu sekarang.     

Alhasil, susu itu sudah tandas diminum oleh Alisa. Efek dari racun itu masih belum bereaksi. Hanya menunggu sekitar lima belas sampai tiga puluh menit dari sekarang.     

Alisa masih belum merasakan apa-apa yang terjadi pada tubuhnya. Ia sekarang asyik berguling-guling di atas ranjang.     

"Saga sudah memberiku kejutan. Sekarang, aku yang akan memberinya kejutan nanti malam," ucap Alisa dengan gembira.     

Waktu pun berlalu dengan cepat. Menit silih berganti. Alisa mulai merasakan pusing di kepalanya. Ia pun memijit kepalanya yang terasa sakit itu.     

Alisa mencoba untuk duduk di tepi ranjang dan mulai mencari minyak kayu putih untuk meredakan rasa pusing. Namun, ia sama sekali tak menemukan apa-apa di dalam nakas. Rasa pusing pun semakin hebat.     

Ia meraih ponsel dan mencoba untuk menghubungi Saga. Tiba-tiba, rasa perutnya sakit berdenyut-denyut.     

"Ahh," ujar Alisa sambil meraih perutnya.     

Sambungan ponsel dengan Saga sudah tersambung. Alisa merintih kesakitan dan suaranya didengar jelas oleh Saga.     

"Sayang?" teriak Saga dari ponsel.     

"Sa–sakit," lirih Alisa.     

"Apanya yang sakit?" Terdengar dari nada suaranya, bahwa Saga cemas bukan main.     

"Pe–perutku ... ahh."     

Alisa menjatuhkan ponselnya ke lantai secara tidak sengaja, sedangkan ia memegangi perutnya yang kesakitan luar biasa. Dirinya bergelinjang tak tentu arah.     

Dari ponsel, Saga berteriak-teriak memanggil namanya. Namun, Alisa tak bisa menggapai ponsel itu. Tiba-tiba, sambungan terputus secara sepihak oleh Saga.     

"Sa–sakit ... tolong!"     

Suaranya yang lirih, sama sekali tak terdengar dari luar. Rasa sakit di perutnya makin menjadi-jadi. Membuatnya hampir ingin mati. Keringat dingin sudah menjalar ke luar begitu saja.     

"Ahhhh ...." Alisa sangat kesakitan sekarang. Ia berharap ada seseorang yang akan datang membantunya.     

Tiba-tiba, darah mulai merembes ke luar dari bawah sana. Alisa terkejut bukan main. Ia geleng-geleng kepala untuk melenyapkan pikiran negatifnya. Alisa yakin, sang bayi akan terus kuat di dalam sana.     

Tubuh Alisa sudah tampak lemas. Wanita itu jadi tak berdaya sama sekali. Pandangannya makin mengabur. Pusing yang ada di kepala makin hebat, begitu pula di bagian perutnya.     

Perlahan-lahan, tenaganya makin lemah. Tangan yang semula memegangi perut, kini terjatuh begitu saja. Alhasil, Alisa pingsan, tak sadarkan diri.     

Anton yang baru saja menerima panggilan dari Saga, langsung bergegas dengan cepat menuju ke kamar Alisa. Pria itu juga tak ingin terjadi apa-apa pada sang Nyonya. Sebentar lagi, Saga akan pulang ke rumah.     

Anton mengetuk-ngetuk pintu kamar Alisa, tapi tak ada sahutan dari dalam. Semakin membuat hatinya mendadak tak karuan. Terpaksa, ia menerobos masuk ke dalam sana.     

"Nyonya ...!" teriak Anton yang terkejut mendapati Alisa sedang tak sadarkan diri.     

Namun, selain itu yang membuat dirinya tambah syok adalah ... cairan berwarna merah telah merembes ke luar dari celana Alisa.     

"Da–darah ...."     

Anton pun segera mengangkat tubuh Alisa yang terkulai lemas. Ia berteriak-teriak agar segera menyiapkan mobil. Ia menuruni anak tangga dengan perlahan. Semua pelayan di rumah juga mencemaskan keadaan Alisa.     

"Nyonya, bertahanlah. Kau dan bayimu pasti selamat."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.