Arrogant Husband

Teruslah Berharap



Teruslah Berharap

0Sesuai dengan keinginan Reva, akhirnya Joseph datang ke sini untuk memenuhi suruhan wanita itu. Mereka berdua duduk di ruang tamu untuk mengobrol.     

"Sayang, bicaralah ... kau ingin aku datang ke sini, karena kau ingin bermain cinta denganku lagi?" tanya Joseph yang percaya diri.     

"Tak usah sok yakin kau! Aku menyuruhmu ke sini bukan untuk melakukan hal itu."     

"Terus?"     

"Kau harus membantuku agar Alisa mengalami keguguran."     

Joseph memandang ke arah Reva. Wanita itu tak tampak sedang bercanda. Ia serius ingin melakukan hal seperti itu.     

"Kau serius sayang? Kenapa kau bisa berpikiran begitu?"     

"Kau mau membantuku atau tidak?! Kalau kau tak mau membantu, aku akan serahkan tugas ini pada pria lain saja."     

Pria itu lantas cemburu. Tentu saja, Joseph tak mau bila ada orang lain yang mendekati Reva.     

"Baiklah. Aku akan membantumu dengan sebaik mungkin."     

Joseph akan membantu Reva agar membuat Alisa kehilangan bayinya. Mereka berdua lantas memikirkan sebuah cara. Wanita itu senang, karena Joseph berada di pihaknya.     

Sekarang, Bu Angel sudah mulai berada di pihak Alisa. Membuat Reva jadi murka sendiri dan tak terima. Maka dari itu, ia akan membuat sesuatu agar orang lain membenci Alisa, termasuk Saga.     

"Sebentar lagi, hidupmu akan hancur, Alisa." Reva tertawa lebar saat membayangkan Alisa mengalami keguguran karena ulahnya. Bersama dengan Joseph, ia akan melakukan sebuah cara. Tak akan ia biarkan, wanita itu dan Saga bahagia di atas rasa sakit hatinya.     

"Apa kita racuni dia saja?" tanya Joseph pada Reva.     

"Boleh. Tapi, kita berdua harus melancarkan aksi ini dengan sebaik mungkin. Agar tak ada yang mengetahui, bahwa kita berdua pelakunya."     

Joseph mengerti. Ia paham dengan Reva. Tak akan ada satu orang pun yang akan mengetahuinya nanti.     

"Baik. Akan kulakukan semuanya untukmu sayang."     

Bagi Reva, Joseph adalah mainannya saja dan hanya diperlukan saat-saat tertentu. Namun, berbeda bagi pria itu. Joseph telah menganggap bahwa Reva adalah miliknya seutuhnya. Tak akan ada pria lain yang boleh mendekat.     

Dengan mencelakai Alisa hingga berhasil membuatnya keguguran, otomatis Saga pasti akan bersedih bukan main. Dan, di saat itulah nanti Joseph akan beraksi. Ia ingin mencelakai Saga dan membuat pria itu lenyap, agar Reva tak bisa lagi menarik perhatiannya.     

'Sekali tepuk, dua nyamuk mati.'     

Joseph sudah membayangkan, betapa hancur hati Saga saat mengetahui bahwa anaknya telah tiada. Ahh, membayangkannya saja sudah membuat hati Joseph senang.     

***     

"Aku tak sabar lagi, melihat anak kita lahir. Kemudian, menggendongnya. Apakah nanti dia mirip aku ataukah kau." Saga bicara sambil mengelus-elus perut sang istri.     

"Sabarlah sayang. Dia pasti akan lahir ke dunia dan bertemu dengan kita berdua nanti. Entah, dia nanti akan mirip siapa, yang jelas aku begitu menyayanginya."     

Seorang ibu, jelas saja sangat menyayangi dan mencintai anaknya. Begitupun dengan Alisa. Wanita itu sudah tak sabar lagi ingin bertemu dengan anaknya di dunia ini. Dunia yang penuh dengan hiruk pikuk, kadang penuh bahagia dan juga nelangsa.     

"Nak, ibu ingin ... suatu hari nanti kau akan menjadi orang yang berguna.     

"Amin. Dan, dia sangat beruntung mempunyai ibu seperti dirimu."     

Suami istri itu masih dalam posisi setengah duduk. Sampai sekarang, Saga juga masih belum mandi setelah pulang dari kantor tadi, karena Alisa masih melarangnya. Terpaksa, ia harus menurut saja.     

Alisa menoleh ke samping, memandang wajah Saga yang sepertinya sedikit merasa risih.     

"Kenapa sayang?"     

"Bolehkah aku mandi dulu sayang? Badanku lengket dan bau sekarang. Kalau kau izinkan juga sih."     

"Baiklah sayang, jangan lama-lama." Saga mengangguk patuh. Pria itu beranjak dari tempat tidur dan melangkah ke kamar mandi.     

Kini, menyisakan Alisa saja seorang diri di atas ranjang. Ia kepikiran dengan sesuatu. Apabila bayi yang tengah dikandungnya lahir, apakah Bu Angel dan Pak Surya juga tak bisa menerimanya? Kalau pun iya, Alisa sungguh merasa gagal total untuk mendapatkan hati sang mertua.     

Alisa mengelus perutnya sendiri dan mengajak sang janin untuk bicara berdua. Tak terasa, ia menitikkan air mata. Kemudian, Alisa langsung menghapus air mata itu karena takut Saga akan melihatnya dalam keadaan seperti ini.     

Ia harus menjadi seorang istri yang kuat, sekaligus ibu bagi anaknya. Alisa tak mau terlihat lemah di mata siapa pun.     

"Kalau ibu dan ayah mertuaku nanti tak bisa menerimaku di sini, apa boleh buat? Aku harus bisa menerima kemauan mereka. Aku juga tak akan memaksa keduanya untuk menyukai anakku nanti."     

Alisa berpikir, kalau Bu Angel dan Pak Surya tak bisa menerimanya, bagaimana mungkin sang bayi akan diterima dengan baik oleh mereka berdua? Harapannya hanya satu dan itu adalah Saga. Ia berharap pada pria itu agar selalu berada di sampingnya, dalam kondisi apa pun.     

"Namun, ibu akan terus berdoa pada Tuhan, agar kakek dan nenekmu akan menerima kita berdua dengan baik." Ucapan Alisa sedikit bergetar. "Masih ada keajaiban untuk kita berdua sayang."     

Alisa mencoba untuk terus berpikiran positif pada sang mertua. Ia tak mau, berlarut-larut dalam kesedihan karena memikirkan masalah ini. Lagi pula, ada Saga, seorang suami yang begitu tulus mencintainya. Pria itu siaga sebagai suami dan ayah.     

"Semoga saja, Saga tak akan pernah tergoda dengan wanita lain, termasuk pada Reva."     

Merasa capek hanya duduk saja dalam waktu yang lama, Alisa pun memutuskan untuk rebahan di kasur. Wanita itu akan menunggu sampai Saga selesai mandi di dalam. Sementara menunggu Saga untuk kembali ke ranjang, Alisa mencoba menyibukkan diri dengan bermain ponsel. Ia membuka galeri dan melihat beberapa foto tampan nan rupawan dari sosok Saga.     

Matanya menatap foto Saga dengan penuh kagum. Alisa menyentuh layar ponselnya tersebut dengan jari-jari tangannya.     

"Kau terlihat begitu tampan di sini. Aku sangat menyukai posemu yang ini."     

Alisa mencoba melebarkan layar ponselnya (zoom) untuk lebih leluasa menatap wajah tampan Saga. Pria itu terlihat manis saat di foto. Bagaimana Alisa tak merasa kagum pada sosok pria itu sekarang.     

Walau dulu, pertemuan pertama mereka terkesan sangat buruk. Dulu juga, dirinya menjadi korban pemerkosaan oleh Saga. Namun, lambat laun, Alisa mencoba untuk menerima semua takdir yang diberikan oleh Tuhan. Sampai sekarang, ia merasa bahagia hidup bersama dengan sang suami.     

Ia mengingat masa-masa itu dengan baik. Alisa tak akan pernah melupakan, saat di mana pertama kali pria itu menjamahnya, memberikan sentuhan ternyaman, hingga sudah menghasilkan buah cinta di dalam janinnya.     

"Kita sudah melewati berbagai macam rintangan. Ada suka, ada duka. Semoga saja, kita berdua akan terus seperti ini, sayang."     

Alisa masih berjuang untuk bisa mendapatkan restu dari Bu Angel dan Pak Surya. "Dan, perjuangan cinta kita akan terus berlanjut. Semoga saja, kedua orang tuamu bisa menerima kehadiranku di sini."     

"Karena, teruslah berharap. Semoga saja, Tuhan akan mendengar doa-doamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.