Arrogant Husband

Kecewa



Kecewa

0Ternyata inilah yang direncanakan oleh kedua orang tuanya untuk mempertemukan dirinya dengan Reva. Mereka melarang keras Alisa untuk ikut, jadi karena ini alasannya. Saga benar-benar sudah muak dengan ayah dan sang ibu. Bisa-bisanya mereka berpikir, bahwa Reva jauh lebih layak dari pada sang istri.     

Ia memukul kemudi mobil dengan keras. Menyalurkan rasa kecewanya yang kian mendalam. Orang tuanya tak bisa membuka hati untuk Alisa, walau hanya sedikit. Barang kali, mereka berdua bisa lebih menghargai menantu mereka, bukan wanita lain. Saga hanya ingin, ayah dan ibunya menerima kehadiran Alisa dengan perlahan. Hanya itu saja. Walaupun memang berat untuk mereka, tetapi lambat laun pasti akan terasa mudah.     

Saga sudah tak sabar ingin pergi berbulan madu bersama dengan sang istri. Namun, paspor dan visa-nya masih belum selesai juga. Mungkin beberapa hari lagi, semuanya akan beres. Dan, ia tak akan lagi mengulur waktu lebih lama. Mengurus itu semua, memang memakan waktu yang lumayan.     

Saga ingin cepat pulang ke rumah. Ia terus memacu kecepatan agar sampai. Memang, tempat terbaik baginya adalah rumah. Apalagi ada seorang bidadari di rumahnya. Sang istri yang begitu telaten melayani.     

Andai saja, jika ia tahu akan begini jadinya, pastilah ia tak akan datang ke rumah itu. Orang tuanya memang sengaja mengundang hanya untuk mempertemukan dengan Reva. Sang mantan rupanya masih gencar untuk membuat hubungan ini kembali. Namun, Saga tidak akan pernah kembali dengan Reva. Apa pun itu alasannya.     

Di tengah perjalanan, Saga mencoba untuk menghubungi Alisa di rumah. Ia merogoh saku celana untuk mengambil benda pipih nan sedikit berukuran panjang itu. Kemudian, memencet lama tombol angka satu. Di mana panggilan itu langsung tertuju pada nomor Alisa.     

Tak lama kemudian, terdengarlah suara Alisa dari seberang sana. Wanita itu dengan cepat mengangkat panggilannya. Saga merasa lega karena bisa mendengar suara sang istri. Membuatnya tak sabar lagi, ingin cepat-cepat pulang ke rumah.     

"Sebentar lagi aku akan pulang ke rumah. Tunggu aku, ya."     

Kemudian, Saga menutup teleponnya secara sepihak. Ia ingin kembali fokus menyetir ke depan. Alisa pun sudah menunggu kedatangannya di rumah. Ia kembali memacu kecepatan di tengah kegelapan malam. Jalan di sini, memang agak lengang. Jadi, Saga bisa leluasa untuk memacu kecepatannya lebih tinggi lagi.     

"Sayang, tunggu aku pulang," ucapnya.     

***     

Akhirnya, Saga sudah kembali ke rumah. Pria itu langsung keluar dari mobil dan berjalan menuju ke dalam. Semua anak buah dan pelayannya terlihat menundukkan kepala. Mereka semua hormat padanya. Lantas, Saga berjalan dan mulai menaiki anak tangga. Tak sabar lagi, ia ingin berada di kamar, bermesraan berdua dengan sang istri di dalam.     

Saat tengah menaiki anak tangga, langkahnya tiba-tiba gontai. Saga masih tak mengerti dengan pola pikir kedua orang tuanya. Bisa-bisanya mereka lebih mementingkan Reva ketimbang Alisa.     

"Aku tak habis pikir dengan ibu dan ayah. Biar bagaimanapun, Alisa tetap menantu mereka."     

Tibalah sekarang ia di depan pintu kamar. Tangannya terjulur untuk meraih gagang pintu dan membukanya. Sang istri sedang duduk di tepi ranjang, lantas ia pun menghampiri wanita itu. Alisa merasa heran kenapa Saga pulang cepat sekali.     

"Bagaimana makan malamnya tadi di rumah ayah dan ibu?" tanya Alisa.     

"Tidak ada makan malam," ujar Saga singkat. Pria itu terlihat marah. Alisa mencoba untuk bertanya pada Saga dengan hati-hati.     

"Kenapa? Apa terjadi masalah di sana?"     

Alhasil, Saga menceritakan semuanya pada Alisa. Ia begitu kecewa dengan kedua orang tuanya yang mengundang Reva di sana. Alisa pun langsung terdiam seketika.     

"Harusnya mereka berdua mengundangmu datang ke sana, bukan Reva. Mereka harusnya juga lebih belajar sedikit menghargaimu sebagai menantu."     

Alisa menyadari sesuatu. Ia tak diundang ke sana karena ada Reva. Pasti wanita itu tak menyukai keberadaannya di sana. Namun, apa boleh buat, Alisa tak punya apa-apa. Jelas saja Bu Angel dan Pak Surya lebih memilih Reva, yang jauh di atas segalanya dari Alisa.     

"Alisa, kau jangan memikirkan hal itu ya. Aku mohon. Mereka suka atau tidak, itu tidak akan mengubah perasaanku padamu." Saga melihat dengan jelas mimik wajah Alisa yang menyendu. Ia pun langsung memeluk sang istri ke dalam pelukan.     

Ia mengerti bagaimana perasaan Alisa. Pasti sang istri sangat sedih mendengar hal ini. Ayah dan sang ibu seharusnya menyayangi seorang menantu sah di keluarga ini, bukan wanita lain. Saga sangat kecewa akan hal itu.     

"Aku tak yakin bahwa kedua orang tuamu bisa menerima kehadiranku di sini," ucap Alisa pelan. Matanya berkaca-kaca. Mungkin sebentar lagi, setetes air mata akan jatuh di pipi mulusnya.     

"Hust! Jangan berkata seperti itu. Aku yakin, mereka berdua pasti akan menerimamu."     

"Tapi, kapan?" Alisa bertanya pada Saga. Lantas, pria itu tak bisa menjawab pertanyaan darinya.     

"Memang ... aku tak tahu kapan itu akan terjadi. Tapi, percayalah sayang, tidak ada yang mustahil di dunia ini. Kita harus sama-sama kerja keras dan berdoa."     

Mendengar ucapan dari Saga, Alisa kemudian tersadar bahwa apa yang diucapkan oleh sang suami memang benar adanya. Tak ada yang mustahil di dunia ini, bila Tuhan sudah menghendaki. Alisa hanya perlu bersabar menunggu waktu itu tiba. Namun, sekarang ia harus menerima rasa sakit terlebih dahulu sebelum mengecap rasa bahagia seutuhnya. Lambat laun, Bu Angel dan Pak Surya bisa membuka hati mereka untuk menerimanya sebagai menantu.     

"Kau benar sayang. Aku terlalu pesimis tentang ini. Aku lupa, bahwa ada Tuhan yang mengatur segalanya."     

Saga segera mencium bibir Alisa dalam waktu yang cukup lama. Ia merasa beruntung mempunyai seorang istri yang pengertian seperti Alisa.     

"Aku bangga padamu sayang. Kau bisa berpikiran dewasa seperti ini. Jangan pernah pesimis lagi ya."     

Alisa mengangguk patuh pada sang suami. Lalu, ia meraih kedua tangan Saga dan mengajaknya naik ke atas ranjang. Saga tahu kode manja darinya.     

Kini, Saga sedang berada di atas tubuh Alisa. Jari telunjuk pria itu tengah membenarkan anak rambut Alisa yang hendak menutupi mata. Kemudian, Saga sengaja menyentuh hidung sang istri dengan jari telunjuk.     

Jari jemari Saga mulai bergerak lincah. Dari wajah, lalu menuruni bagian dada. Saga meraba-raba bagian dada sang istri dan Alisa hanya merasakan saja sentuhan tersebut. Sesekali pria itu mulai memegang buah kembar dengan dua tangannya.     

"Kau suka?" tanya Saga.     

"Iya," lirih Alisa manja. Ia begitu menyukai sentuhan yang diberikan oleh Saga. Sekarang suaminya sedang memijit-mijit buah dadanya. Pria itu memang tahu sebuah cara untuk memuaskannya.     

"Baiklah sayang. Mari kita bermain."     

----     

Hallo, hallo para readers. Mari mampir yuk ke aplikasi GoodNovel => Me and My Introvert CEO.     

Berkisah tentang seorang wanita yang bernama Luna, ditinggal pergi oleh calon suami. Dan, pria tersebut lebih memilih sahabat dari Luna tersebut. Mereka sama-sama mengkhianati Luna.     

Yuk mampir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.