Arrogant Husband

Kemesraan Dua Sejoli



Kemesraan Dua Sejoli

0Alisa duduk melamun di tepi ranjang. Sebentar lagi, Saga akan pulang dari kantor. Jam hampir menunjukkan pukul lima sore. Ia sudah mandi dan tampil cantik untuk menyambut sang suami. Namun, Alisa masih bersedih karena kejadian tadi pagi. Mungkin akan menjadi rasa trauma tersendiri.     

"Saga tidak boleh tahu tentang hal ini. Bagaimanapun juga, mereka berdua tetap orang tua suamiku. Aku tidak ingin membuat hubungan mereka retak, hanya karena aku yang menceritakan kejadian itu pada Saga."     

Ia tak mau mengadu, karena Bu Angel dan Pak Surya akan tambah membencinya. Alisa hanya bisa bersabar untuk mendapatkan hati kedua orang tua Saga. Entah sampai kapan waktu itu akan berpihak padanya.     

Alisa berjalan menuju ke jendela kamar dan melihat ke bawah. Ia melihat kedatangan sang suami di sana. Mobilnya sudah terparkir di halaman rumah. Alisa segera menyambutnya ke depan. Dirinya lantas membenarkan rambut dengan jari jemari.     

Dengan berjalan cepat Alisa menuruni anak tangga. Saga sudah berada dalam rumah. Pria itu merentangkan tangan, seraya ingin memeluk. Alisa berlari ke arah Saga dan mereka berpelukan.     

"Kau curang!" Saga mencubit hidung sang istri. Alisa bertanya-tanya apa kesalahannya.     

"Kenapa begitu?"     

"Karena kau mandi duluan dan tidak menunggu kedatanganku." Saga berniat ingin mandi berdua lagi dengan Alisa, tapi sang istri sudah lebih dulu mandi.     

Saga merasa lega karena sang istri tidak kenapa-kenapa. Firasatnya tadi malam ternyata salah. Alisa dalam keadaan baik dan mungkin saja ia terlalu memikirkan wanita itu, hingga perasaannya jadi tak karuan.     

"Mari kita masuk ke dalam kamar," ujar Saga.     

Pria itu memeluk Alisa dengan erat sambil berjalan menaiki anak tangga. Mereka saling berpelukan satu sama lain.     

Tibalah dua sejoli itu di dalam kamar. Alisa meletakkan tas kerja milik Saga di atas meja. Kemudian, ia membuka jas milik sang suami.     

"Kau tahu, apa yang paling membahagiakan di dunia ini?" tanya Saga pada Alisa.     

"Apa?" Alisa melingkarkan kedua tangannya ke leher Saga. Kemudian, pria itu tengah memeluk pinggulnya.     

"Bisa memiliki kau seutuhnya dan membuka hati untukku. Hanya itu saja sudah cukup membuatku bahagia." Saga mendekat dan berbisik ke telinga sang istri. Ia juga menggigit telinga Alisa karena merasa gemas.     

Saga mencondongkan badan ke depan agar bisa mencium bibir manis sang istri. Ia melumatnya dengan pelan. Kemudian, menggelitik pinggang Alisa dan membuat wanita itu merasa geli. Alisa juga membalas perlakuan Saga.     

Di tengah keromantisan mereka, tiba-tiba ponsel Saga berbunyi. Pria itu merogoh saku untuk mengambil benda pipih tersebut. Saga terdiam sejenak melihat sebuah nama yang tengah memanggilnya. Alisa bertanya-tanya kenapa ia tak lekas mengangkat panggilan itu.     

"Kenapa tak diangkat?"     

"Dari ibu. Aku agak males."     

Ternyata ibu mertuanya sedang menghubungi Saga. Ia jadi teringat dengan kejadian pagi tadi, bagaimana Bu Angel dan Pak Surya memperlakukan dirinya semena-mena. Membawanya pergi dari rumah dengan iming-iming jalan bersama.     

"Kenapa wajahmu jadi tegang begitu sayang?" Saga memperhatikan wajah Alisa yang mendadak tegang, seolah ketakutan.     

"Aku tidak papa. Angkat saja ponselmu. Siapa tahu penting dari ibu."     

Dengan sedikit malas, akhirnya Saga menerima panggilan dari Bu Angel. Terdengar suara sang ibu dari seberang sana. Saga memandangi wajah Alisa sesaat. Lalu, kembali fokus dengan pembicaraannya bersama sang ibu.     

Alisa mendengar sebuah penolakan dari Saga. Entah apa yang diinginkan oleh Bu Angel. Sang suami bersikeras menolak untuk tak ikut. Kemudian, Saga memutuskan panggilan tersebut secara sepihak.     

"Ada apa? Apa terjadi masalah?" tanya Alisa. Ia sedikit cemas sekarang.     

"Ibu ingin aku makan malam bersama dengan mereka, tapi kau tidak boleh ikut. Tentu saja aku menolak keinginan orang tuaku."     

Alisa mengerti karena ia adalah menantu yang tak diharapkan keberadaannya. Dan, hanya Saga yang bisa menerimanya dengan tulus. Memang perlu waktu untuk membuat kedua orang tua Saga itu bisa menerima semua ini.     

Ia meraih bahu sang suami dan menepuknya pelan. Alisa berkata pada Saga bahwa pria itu harus ikut nanti malam dan bersedia untuk hadir.     

"Aku tidak akan hadir tanpa dirimu sayang," ucap Saga.     

"Tidak apa-apa. Aku tetap berada di rumah saja. Pergilah nanti malam bersama orang tuamu. Tidak usah mencemaskanku."     

Namun, Saga tak memenuhi keinginan Alisa yang satu ini. Malam ini ia tak akan pergi ke mana-mana tanpa sang istri. Ia akan pergi, kalau Alisa ikut bersamanya. Dirinya tak peduli dengan orang tuanya.     

Saga mengusap pelan rambut Alisa yang begitu harum, mengusik indra penciuman. Segera ia raih pinggul ramping itu dan mendekatkannya ke depan si junior.     

"Maafkan aku sayang, permintaanmu yang satu ini tak akan aku kabulkan. Aku akan pergi ke sana kalau bersama denganmu." Kemudian, Saga mendekatkan bibirnya ke arah dada Alisa yang belahannya terlihat menggoda mata.     

Segera ia cium tepat di bagian belahan itu dengan penuh nafsu. Dua gundukan besar telah menantinya di depan mata. Saga kemudian meremasnya karena merasa gemas. Ia lihai memijit-mijit bagian bukit kembar itu.     

Alisa terlihat sangat menyukai belaian dari Saga. Pria itu mulai melepaskan dress yang ia kenakan. Alisa pun mulai membuka kancing baju sang suami secara berurutan.     

Saga lantas membuka pengait bra yang ada di belakang punggung Alisa. Terlihat buah kenyal nan besar di depan mata setelah berhasil ia lepaskan bra itu dan membuangnya ke sembarang arah. Segera ia hisap dan memijit-mijitnya dengan penuh gairah. Alisa meremas-remas rambutnya sendiri karena merasakan sensasi itu.     

Saga membawanya ke atas ranjang. Namun, dengan posisi Alisa yang berada di atas, sehingga ia bisa menghisap buah itu dengan penuh gairah. Bukit kembar itu terlihat terjuntai indah di depan mata Saga.     

Alisa menggesek-gesekkan miliknya ke arah junior Saga. Ia masih mengenakan celana dalam sama seperti sang suami. Saga yang masih dimabuk oleh bukit kembar itu juga merasakan saja sensasi yang diberi oleh Alisa.     

"Kau nakal. Jangan sampai aku yang menindihmu," ucap Saga. Namun, Alisa masih melakukan hal yang sama seperti tadi.     

"Memangnya kenapa? Aku tak boleh begitu, ya?" tanya Alisa yang sedikit cemberut.     

"Tidak, aku hanya bercanda."     

Alisa tak mau terlalu memikirkan masalah mertuanya yang tak ingin mengajak makan malam bersama. Bersama dengan Saga seperti ini saja sudah cukup membuat mood-nya naik lagi. Sang suami juga tak ingin datang ke sana tanpa kehadirannya. Alisa tak bisa memaksa keinginan pria untuk hadir.     

Saga menyingkirkan rambut sang istri yang dirasa mengganggu. Lantas ia sampirkan ke samping telinga. Sedangkan, dirinya masih bermesraan dengan Alisa, masih dalam keadaan setengah telanjang.     

"I love you." Saga menarik tubuh Alisa agar menghadap ke dada bidangnya.     

"Hmm, I love you too Saga," balas Alisa sambil tersenyum senang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.