Arrogant Husband

Reva Menusuk Anton



Reva Menusuk Anton

Rasanya Reva sudah tak sabar lagi ingin membuat Alisa hancur, sehancur-hancurnya. Hari ini, ia berniat akan ke rumah Saga dan melabrak Alisa.     

"Semakin lama diam, semakin aku merasa sakit." Ia menangis tersedu-sedu.     

Wanita itu mengubrak-abrik isi dalam nakas. Mencari suatu benda tajam untuk ia bawa ke rumah Alisa. Reva ingin mencoba membunuh Alisa dengan tangannya sendiri.     

Ia pun buru-buru berlari dan melangkah ke luar rumah. Mobil sudah siap untuk melaju ke rumah Alisa.     

"Tunggu aku, Alisa!" Reva menggenggam sebuah belati di tangan dan segera menaruhnya dalam tas.     

***     

Akhirnya, Reva sudah sampai di halaman rumah Alisa. Anton dan yang lain berjaga di depan pintu agar dirinya tak masuk.     

"Alisa ...! Alisa ke luar kau! Dasar wanita pengecut!" teriak Reva dengan nyaring.     

"Hei, jaga ucapanmu pada Nyonya Alisa." Anton mencoba untuk menegur Reva agar tak keterlaluan.     

"Diam kau! Aku tak peduli denganmu."     

Reva hanya ingin Alisa ke luar dan berada di sini. Ia pun lagi-lagi berteriak dengan nyaring untuk memancing wanita itu.     

Sedangkan, di dalam kamar, Alisa mendengar samar-samar suara Reva. Wanita itu tampak berteriak-teriak tidak jelas. Namun, ia penasaran dan segera ke luar.     

Tanpa membuang waktu lagi, Alisa segera turun ke bawah untuk menemui Reva di sana. Wanita itu selalu saja ke sini dan membuat keributan. Entah apa yang akan dilakukan Reva lagi hari ini.     

Ketika sudah turun menuju ke bawah, Alisa melihat sosok Reva berada di depan pintu. Wanita itu mengamuk karena ingin masuk, tapi tak diperbolehkan oleh Anton.     

Reva langsung menatap tajam ke arah Alisa, saat istri Saga itu sudah berada di hadapannya. Anton pun segera menyingkir dari mereka, tapi pria itu masih mengawasi Alisa.     

"Mau apa kau ke sini, Va? Mau bikin ulah lagi?" sindir Alisa.     

"Iya. Kali ini lebih nekat dari yang sudah-sudah. Aku akan membuatmu lebih menderita Alisa." Tatapan kebencian terlihat dari mata Reva. Wanita itu sangat tak menyukai Alisa.     

Bagi Reva, Alisa adalah perebut yang licik. Wanita itu sudah mengambil cinta Saga darinya. Reva ingin mengembalikan masa lalunya lagi bersama dengan Saga. Kalau tak ada Alisa, mungkin pria itu mau lagi untuk kembali padanya.     

"Kau harus lenyap, Alisa!"     

Anton yang mendengar itu tampak tak suka. Entah kenapa, hatinya mendadak gelisah. Takut terjadi apa-apa pada sang Nyonya.     

Alisa sedari tadi, hanya berdiri dan tampak tak takut sedikit pun dengan Reva. Ia masih berdiri tegak di depan pintu bersama dengan Anton.     

"Lebih baik kau pergi dari sini, Va!" Alisa mengusir Reva dari sini, karena ia tak mau diganggu.     

Reva terlihat merogoh-rogoh isi dalam tasnya. Terlihat mengambil sesuatu dari sana. Wanita itu tersenyum menakutkan saat sudah mengambil sebuah benda dari tasnya.     

Anton langsung mengamankan Alisa di belakang. Anak buah yang lain pun tampak siaga.     

"Va, kau jangan gila," ujar Alisa.     

"Aku memang sudah gila! Saat kau merebut Saga dari sisiku!" Reva menodong-nodongkan belati ke arah Anton dan Alisa, juga anak buah yang lain.     

Anton langsung membawa Alisa ke dalam untuk menghindari Reva. Namun, wanita itu nekat masuk ke dalam juga. Pengawasan dari yang lain pun lengah.     

Sampai akhirnya, belati itu pun tertancap di bagian perut Anton. Reva segera mencabutnya dengan cepat. Reva panik bukan main, karena salah sasaran dan mengenai pria itu.     

Anton melindungi Alisa dari sikap liarnya Reva. Ia tak mau, kalau sampai sang Nyonya kenapa-kenapa. Reva pun berjalan mundur perlahan dan bergegas ke dalam mobil.     

Dan, yang lain pun segera menolong Anton dan akan membawanya ke rumah sakit. Alisa menangis deras karena melihat Anton bersimbah darah. Mereka memasukkannya ke dalam mobil dan segera berangkat.     

"Kau harus bertahan! Harus. Aku dan yang lain akan membawamu ke rumah sakit," ujar Alisa.     

Alisa melihat wajah Anton. Pria itu napasnya sudah tersengal-sengal. Anton memegangi perutnya sendiri untuk menghentikan pendarahan.     

Darah terus saja ke luar dengan deras. Membuat Alisa tak tega melihat Anton yang seperti ini.     

"Pak, cepat sedikit, pak. Kasian Anton!"     

Sang sopir juga telah melajukan kecepatan mobilnya dengan tinggi, agar cepat sampai di rumah sakit. Alisa melihat wajah Anton lagi yang kesakitan.     

"Nyo–nya ... ja–jangan khawatir padaku," ucap Anton. Pria itu mendongak menatap wajah Alisa. Saat ini, ia meletakkan kepalanya di paha Alisa.     

"Kau akan selamat dan tak akan terjadi apa-apa lagi setelah ini." Alisa memastikan, bahwa setelah ini tak akan terjadi apa-apa dengan Anton.     

Hingga, Alisa akhirnya melihat Anton yang sudah tak sadarkan diri. Ia pun menyuruh sang sopir untuk cepat-cepat.     

"Anton, bangun!" ujar Alisa sambil menggoyang-goyangkan tubuh Anton. Ia pun sekarang makin menangis deras.     

"Gara-gara menyelamatkan aku, Anton jadi begini." Alisa menangis tersedu-sedu. Tak tahu lagi, harus berbuat apa sekarang.     

Alisa menyalahkan Reva akan hal ini. Wanita itu sungguh tega. Tak habis pikir dengan yang dilakukan Reva tadi. Ingin membuatnya celaka, malah anak buah dari Saga yang mengalami hal buruk.     

"Aku tahu, kau ingin mencelakai aku dan bayi di dalam kandunganku. Kalau begitu, aku tak akan pernah tinggal diam lagi mulai sekarang." Alisa bertekad akan melawan Reva dengan sekuat tenaga mulai sekarang. Semata-mata hanya untuk menghentikan aksi liarnya.     

***     

Reva berkali-kali memukul stir kemudi mobilnya. Ia sangat kesal karena salah sasaran dan malah mencelakai anak buah Saga. Sekarang, pria itu masuk ke rumah sakit karena dirinya.     

"Harusnya Alisa yang ada di rumah sakit sekarang. Bukan dia! Harusnya dia yang ada di posisi itu."     

Sampai sekarang, Reva masih terus menyalahkan diri sendiri karena merasa gagal mencelakai Alisa. Ia ingin sekali melenyapkan wanita itu dengan tangannya sendiri.     

"Arrrghhh! Harusnya tadi aku berhasil menusuk Alisa di perut. Itu akan membuatnya keguguran dan bayinya celaka!"     

Begitulah pikiran Reva sekarang. Sampai sekarang, ia terus memikirkan bagaimana caranya agar Alisa keguguran dan celaka. Ia tak rela, kalau anak itu lahir ke dunia. Dan, malah membuatnya semakin sulit untuk bisa mendapatkan Saga kembali.     

Akhirnya, Reva pun sudah sampai di depan rumahnya sendiri. Kedua kakinya kini tengah bergetar hebat saat hendak ke luar dari mobil. Ia masih gugup karena melakukan penusukan tadi.     

"Kalau Saga tahu, bagaimana nanti?" tanyanya kemudian.     

Jelas saja, pasti Saga akan marah besar padanya. Pria itu tak akan mungkin membiarkannya lolos begitu saja. Ia takut bukan main.     

Reva pelan-pelan ke luar dari mobil dan segera masuk ke dalam. Kedua kakinya sudah tak bergetar hebat lagi. Ia pun melangkah menuju ke kamar.     

"Astaga! Aku harus apa sekarang?" Reva begitu takut sekarang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.