Arrogant Husband

Kapankah Keajaiban Itu Muncul?



Kapankah Keajaiban Itu Muncul?

0Setelah kepergian sang suami yang menuju ke kantor, Alisa pun merasa kesepian lagi di dalam rumah sebesar ini. Walaupun banyak pelayan dan anak buah, tapi tetap saja, hanya Saga yang ia inginkan. Hanya pria itu yang bisa mengerti Alisa.     

"Semoga saja, Saga cepat pulang dari kantor hari ini. Kalau dia lama-lama di kantor, aku merasa sangat kesepian di rumah sebesar ini." Alisa jadi murung seketika. Ia pun lantas naik ke kamar.     

Ia ingin mematuhi semua ucapan Saga, yang hanya memintanya untuk berdiam diri di dalam kamar saja. Pria itu tak mau ambil risiko. Ini semua, Saga lakukan untuk Alisa dan sang anak.     

Kalau pun Alisa perlu sesuatu, pasti ada pelayan yang siap untuk menyediakan. Ada juga anak buah yang siap siaga menjaganya. Kurang apa lagi sekarang hidup Alisa? Yaitu hanya satu, restu dari orang tua Saga.     

Wanita itu masih murung. Ia sudah berada di dalam kamar sekarang. Lantas, Alisa sendirian di sini. Ia duduk di tepian ranjang.     

"Jangan pikirkan hal itu lagi Alisa, jangan!" Alisa berusaha untuk membuat dirinya tak mengingat lagi hal itu. Percuma saja mengharap sebuah restu yang sampai saat ini tak pernah sampai.     

"Aku harus tenang dan merasa nyaman. Saga tak suka, kalau aku terlalu memikirkan masalah itu."     

Yang namanya mertua, pasti akan selalu diingat. Apalagi sampai mengharap sebuah restu yang tak kunjung sampai. Alisa ingin, mertuanya seperti mertua yang lain, sayang dengan menantu dan bisa berlaku dengan baik. Namun, sepertinya itu hanya angan belaka saja.     

Kecewa pada Bu Angel dan Pak Surya, tapi kenyataannya ia masih sangat mengharapkannya. Sampai kapan kedua orang tua Saga akan seperti ini padanya? Haruskah Alisa mendapatkan perlakuan tak enak terus saat berhadapan dengan mertuanya?     

Selalu merasa dibanding-bandingkan dengan Reva, membuat Alisa merasa terpuruk. Ia tahu dan sadar diri, dia sebenarnya siapa. Dirinya hanya dari kalangan orang yang sederhana. Kedua orang tua Alisa pun sudah tiada sejak lama. Maka dari itu, ia mencoba untuk terus berjuang hidup. Dan, akhirnya bisa bertemu dengan Saga, sang suami, membuat hidupnya menjadi senang.     

Alisa sekarang dilimpahkan kekayaan. Namun, tak membuatnya jadi gelap mata dan minta dibelikan ini dan itu oleh sang suami. Ia sadar diri dan tak mau menjadi beban untuk Saga.     

Ia juga seorang wanita yang mandiri dan tak bersikap manja. Karena memang, sejak kecil Alisa selalu diajarkan untuk hidup mandiri.     

"Aku berharap pada Tuhan, agar mertuaku mau menerima kehadiranku bersama keluarganya. Aku bisa hidup dengan Saga lebih tenang lagi. Dan, tak memikirkan ini lagi."     

Wanita berambut panjang dan berpakaian dress mini itu tampak tersenyum getir. Dengan pandangan nanar ke depan, Alisa berdoa dalam hatinya agar semua baik-baik saja.     

"Yang bisa kulakukan sekarang adalah menjadi seorang istri yang baik untuk Saga, hanya itu. Tak pernah meninggalkannya dalam kondisi apa pun. Semoga cinta kami selalu bersatu sampai kapan pun," ujarnya.     

***     

Saga sedang duduk di kursinya sambil memegang ponsel. Ia melihat beberapa foto-foto yang ada dalam galeri. Di foto itu ada dirinya dan juga Alisa sewaktu mereka bulan madu di Paris. Ingin rasanya kembali ke kota romantis itu lagi. Namun, entah itu kapan terjadi.     

Sementara waktu, Saga hanya ingin berada di Indonesia dulu, sampai Alisa melahirkan anak pertama mereka. Setelah itu, mungkin dua atai tiga tahun kemudian, ia akan mengajak anak dan istrinya ke Paris lagi. Dulu mereka hanya berdua, tapi mereka akan jadi tiga orang nanti.     

"Ahh, kau sangat cantik sayang." Saga mengusap pelan layar ponselnya untuk memperbesar. Memperhatikan setiap lekuk wajah cantik sang istri.     

Saga selalu mengidolakan Alisa, dari dulu sampai dengan sekarang. Rasa di hatinya pun tak pernah berubah sedikit pun. Ia selalu mencintai wanita itu ada apanya. Rasa sayangnya begitu tulus.     

Ia selalu mabuk kepayang. Alisa memang benar-benar wanita idamannya. Tak seperti Reva, sosok wanita itu amat manja dan selalu ingin menghambur-hamburkan uang. Sewaktu pacaran dulu dengan Reva, Saga memang banyak menghabiskan duit.     

Bersama dengan Alisa, sang istri, hidupnya semakin tenang. Wanita itu membawa aura yang positif dalam hidupnya. Maka dari itu, Saga sangat mencintainya. Alisa pun tak pernah minta dibelikan sesuatu, kecuali inisiatif Saga sendiri.     

Alisa seorang istri bos besar di perusahaan. Namun, sikap wanita itu tak pernah menghambur-hamburkan uang. Bahkan, tak jarang sang istri menyuruhnya untuk banyak menabung dan marah apabila dirinya terlalu boros mengeluarkan uang.     

"Alisa, kau memang beda dari wanita kebanyakan sayang." Fokus Saga masih berada di hadapan layar ponsel, memandang wajah cantik sang istri di sana. Di foto itu, Alisa terlihat sangat gembira. Posisinya berada di Menara Eiffel.     

"Kita akan berjuang sama-sama untuk membuat ayah dan ibuku bisa memberikan kita restu. Entah itu kapan. Cepat atau lambat, Tuhan pasti mendengar doa-doa hambanya."     

Pandangan Saga tiba-tiba menyendu saat ingat dengan orang tuanya. Keduanya ingin dirinya bersama dengan Reva. Namun, semua itu mustahil ia lakukan. Cintanya sudah untuk Alisa seorang dan tak ada lagi ruang di hati untuk wanita lain.     

"Maaf yah, bu, aku tak bisa menuruti semua ucapan kalian. Kalian berdua ingin aku berpisah dengan Alisa, tapi itu semua tak akan mungkin terjadi. Kami berdua sama-sama saling mencintai."     

"Aku tak lagi mencintai Reva. Dia hanya masa laluku saja. Dan, masa depanku ada bersama dengan Alisa. Semoga kalian berdua bisa memahamiku."     

Saga bicara sendiri, seolah-olah kedua orang tuanya sedang berada di sini, berada di depannya. Pria itu terus dan terus berharap agar keajaiban datang. Ini semua ia lakukan demi sang istri. Ia tak tega melihat Alisa selalu merasa bersedih hati.     

"Aku tak ingin melihat Alisa lama-lama makin sedih karena tak dapat restu dari kalian. Hanya itu."     

"Apa yang harus kulakukan sekarang, ya? Apa aku harus membujuk kalian berdua agar mau menerima Alisa pelan-pelan?" tanyanya pada diri sendiri.     

Ia mengangguk-angguk. Setelah pulang dari kantor nanti, Saga akan mencoba untuk datang ke rumah kedua orang tuanya. Ia ingin bicara serius dengan mereka. Semoga saja, ada titik terang untuk masalah ini.     

"Biar bagaimanapun, Alisa adalah menantu mereka, bukan Reva. Aku ingin mereka berdua berhenti mengharapkan wanita jahat itu! Reva tak pantas sama sekali untukku," ucapnya.     

Saga kembali fokus pada kerjaannya. Ia ingin menyelesaikan semua ini dengan beres. Kemudian, pria itu akan ke rumah kedua orang tuanya untuk bicara dari hati ke hati. Mereka berdua pasti akan melunak juga.     

"Apa pun akan kulakukan demi keutuhan rumah tangga kita berdua sayang. Kau jangan khawatirkan masalah orang tuaku." Saga bicara pada ponselnya sendiri. Masih menatap wajah Alisa dari balik layar ponsel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.