Arrogant Husband

Lalisa Putri Herlambang



Lalisa Putri Herlambang

Sinar matahari yang begitu cerah, seolah mendukung niat baik mereka berdua. Kini, Alisa dan Saga sudah sampai di sebuah panti asuhan yang bernama Bunda Maria. Suami istri itu masuk ke dalam panti asuhan dan ingin menemui pengurusnya di sini.     
0

"Selamat pagi," sapa Alisa.     

Terlihat beberapa anak kecil yang berada di restoran malam tadi tampak menghampiri dirinya dan juga Saga. Alisa tentu menyambut pelukan mereka.     

"Ibu ke sini lagi, ya?"     

"Iya. Ibu ke sini bersama dengan ayah." Alisa menunjuk ke arah Saga. Ia menyebut dengan sebutan ayah.     

Tak lama kemudian, terlihatlah seorang wanita paruh baya bertubuh agak berisi tampak mendekat ke arah mereka. Wanita itu mengajak Alisa dan Saga untuk duduk di ruang tamu.     

"Silakan duduk."     

Alisa menatap ke arah Saga. Sang suami pun paham dengan kode tatapan yang dimaksud. Saga pun akan bicara tentang masalah ini.     

"Maksud kedatangan kami berdua ke sini adalah ingin mengadopsi seorang anak."     

Saga menyerahkan beberapa persyaratan untuk mengadopsi anak. Ia memperlihatkan buku nikah mereka berdua. Lalu, beberapa persyaratan yang lain. Dirinya berada dalam keadaan mapan, sehat jasmani dan rohani.     

"Baiklah, pak, bu. Tunggu sebentar."     

Saat wanita itu telah berlalu dari hadapan mereka, hati Alisa seolah tak karuan. Gugup pun mulai menyelimuti.     

Tak berapa lama, wanita itu datang bersama dengan seorang bayi.     

"Usianya baru enam bulan. Berjenis kelamin perempuan. Malang sekali nasibnya, karena menurut informasi kedua orang tuanya telah tiada. Ada yang menitipkannya kemari."     

Alisa menatap sekilas bayi mungil itu. Ia pun ingin menggendongnya kemudian. Saga melihat itu dengan penuh haru. Sang istri menimang-nimang bayi itu, seolah anak kandung mereka sendiri.     

"Sayang, aku merasa nyaman berada dekat dengan bayi ini," ujar Alisa.     

Saga pun memutuskan akan membawa pulang bayi perempuan yang mungil ini. Setelah menyelesaikan persyaratan, ia dan sang istri pun izin pamit untuk pulang.     

"Terima kasih banyak bu atas bantuannya."     

"Iya, sama-sama. Semoga kalian bisa menjadi orang tua yang baik untuk bayi itu."     

"Iya, bu. Kami berdua berjanji, akan merawat bayi ini dengan baik."     

Pria itu membukakan pintu mobil untuk sang istri. Setelah itu, Saga pun mulai melajukan mobilnya untuk segera pulang dari panti asuhan ini.     

Di perjalanan menuju pulang, Alisa terus saja menimang-nimang bayi itu dengan penuh semangat. Sang istri sama sekali tak bersedih lagi. Melihat ini, hati Saga merasa damai seketika.     

"Dia sangat cantik." Alisa memandang bayi perempuan itu dengan binar bahagia.     

"Iya, sama sepertimu."     

"Hmm, kau bisa saja. Oh, ya sayang, bayi ini mau kita beri nama apa?"     

Alisa dan Saga tampak berpikir sejenak. Hendak mereka namakan dengan nama apa bayi perempuan ini? Masih belum terlintas di pikiran mereka sebuah nama.     

"Aku bingung," ujar Saga.     

"Bagaimana kalau kita beri nama Lalisa Putri Herlambang?"     

"Namanya hampir sama denganmu. Bagus. Aku menyukainya."     

Alhasil, nama anak mereka pun bernama Lalisa Putri Herlambang. Seorang bayi perempuan yang mungil, berusia enam bulan yang baru saja diadopsi oleh Saga dan Alisa. Suami istri itu begitu senang bukan main.     

Saat di rumah nanti, Alisa dan Saga akan bermain-main dengan anak mereka. Saga berjanji, siapa pun orang yang berniat jahat pada anak dan juga istrinya, maka orang itu akan dipastikan celaka.     

***     

Alisa dan Saga berada di atas ranjang sambil memandangi bayi baru mereka. Wanita itu terlihat antusias dan terus memandangi sang anak.     

"Dia sungguh cantik, sama sepertiku," ujar Alisa.     

"Iya. Dia memang cantik sama sepertimu."     

"Sayang, nanti malam kita beli barang-barang untuk anak kita, ya."     

"Baiklah sayang."     

Alhasil, bayi itu pun mulai menangis. Alisa langsung menggendongnya untuk menghentikan tangisan sang anak.     

"Mungkin dia haus," kata Saga.     

"Tapi, asi ku belum keluar sama sekali, sayang. Bagaimana ini? Apa kau mau membelikan susu formula?"     

"Baiklah, aku beli susunya dulu."     

Dengan cekatan, Saga sigap membeli susu untuk anaknya. Karena asi milik Alisa belum ke luar. Waktu itu, kandungannya belum genap berusia dua bulan dan harus keguguran.     

Alisa mencoba untuk menenangkan sang anak agar berhenti sejenak menangis. Ia berharap, semoga saja Saga tepat waktu.     

"Sabar ya, Nak. Ayahmu lagi membelikan susu untukmu."     

***     

Alisa langsung memberikan susu formula itu pada sebuah dot kecil. Sang anak pun langsung berhenti menangis dalam gendongannya. Ternyata, inilah nikmatnya dalam mengurus anak.     

"Terima kasih sayang, kau sudah tepat waktu membelikannya. Kasian dia kehausan."     

"Iya sayang. Akan aku lakukan apa saja untuk kalian berdua. Sekarang, ratuku bertambah satu orang." Saga cengar-cengir sendiri di hadapan sang istri. Sementara Alisa masih menyusukan dot itu pada anaknya.     

Lisa ternyata sangat haus. Dot yang semula penuh, kini habis isinya tak bersisa. Bayi itu tertidur lelap. Alisa pun meletakkan bayinya di atas ranjang.     

"Lisa sudah tidur," ucap Saga. "Sekarang kau juga harus istirahat sayang. Jaga kondisi kesehatanmu."     

"Iya sayang. Tak usah cemaskan aku. Aku ingin menjaga Lisa dulu, baru tidur."     

Saga merebahkan dirinya sendiri di atas ranjang. Sedangkan, sang istri masih duduk sambil menjaga Lisa. Bayi perempuan itu telah mengubah senyum Alisa. Wanita itu terus tertawa sepanjang hari.     

"Walaupun dia bukan anak kandung kita berdua, tapi kita akan membesarkannya dengan sepenuh hati." Alisa berjanji, akan membesarkan Lisa sampai napas terakhirnya. Tak akan membuat Lisa kesepian dan bersedih.     

"Tentu saja. Akan kubuat, Lisa menjadi anak yang paling beruntung di dunia karena mempunyai orang tua seperti kita. Aku tak akan membuatnya bersedih sedikit pun." Saga kemudian mengajak istrinya untuk rebahan dan Lisa di tengah-tengah mereka.     

Semoga saja, kebahagiaan ini akan selalu mereka rasakan sampai akhir hayat. Sudah cukup, Alisa merasakan penderitaan yang bertubi-tubi. Pria itu juga telah merasakan sakit berkali-kali.     

"Kita berdua fokus untuk membesarkan Lisa. Apa pun yang terjadi di luaran sana, jangan hiraukan," ujar Saga memberi Alisa perintah. Ia hanya ingin fokus dalam merawat dan membesarkan Alisa.     

"Iya sayang. Pasti."     

Dua sejoli itu bergenggaman tangan dengan erat. Saga tak tahan, kalau tak mencium bibir mungil sang istri. Ia pun makin mendekatkan bibirnya ke bibir Alisa. Mengulum bibir itu dengan penuh kelembutan. Saga memainkan lidahnya dalam mulut Alisa dan mengabsen setiap deretan gigi-giginya.     

Tangan Saga juga bermain-main di spot yang paling ia suka, yaitu area dada montok Alisa. Ia merasa, ukurannya makin bertambah besar saja, membuat Saga harus menahan nafsu karena tak ingin membangunkan sang bayi yang telah tertidur.     

"Sayang, bagaimana nanti kalau aku pengen?"     

"Ya, pengen saja."     

"Kalau anak kita terganggu dengan dahsyatnya permainan kita, bagaimana? Dia belum punya ranjang kecil di sini. Kalau dia punya ranjang, kita bisa bercinta."     

"Berarti, kau harus tunda dulu untuk bercinta denganku. Simple kan?" Alisa menaikkan alisnya sebelah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.