Jodoh Tak Pernah Salah

Part 272 ~ Pelantikan Rektor Baru ( 1 )



Part 272 ~ Pelantikan Rektor Baru ( 1 )

0 Dian menggelengkan kepala dan tertawa melihat sikap konyol Fatih. Kenapa tidak menyukai wanita itu? Padahal jika dilihat dari wajahnya wanita itu sangat cantik dalam balutan hijab panjang yang menutupi dadanya. Anehnya Fatih, dikejar-kejar wanita cantik, anak seorang Kyai tapi malah nolak.     

"Kak tunggu," panggil Dian pada Fatih.     

Fatih memutar matanya malas, "Ada apa lagi Dian?"     

"Kak apakah cara wanita itu menembak kakak kurang mainstream sehingga kakak tidak tertarik?" Dian nyenyir kuda.     

"Maksudnya?" Fatih berpikir keras.     

"Cara dia katakan cinta kurang greget. Kakak mau yang anti mainstream?" Dian menaik turunkan alisnya.     

"Jangan gila," balas Fatih meneruskan jalannya ke tempat parkir. Fatih jadi tertawa sendiri melihat kekonyolan Dian.     

"Kak Fatih. Saranghae," ucap Dian berteriak sambil terkikik tawa. Lucu juga mencandai orang kaku seperti Fatih. Bagaimanakan reaksi Fatih?     

"Kamu ngomong apa sich?" Fatih berbalik dan menoleh pada Dian.     

"Itu bahasa Korea kak artinya aku cinta kamu," balas Dian tertawa terpingkal –pingkal.     

"Aku sedang mempraktekkan katakan cinta anti mainstream kayak film Korea yang aku tonton. Ternyata seru juga ya."     

"Dasar korban drakor." Fatih melanjutkan jalan menuju parkiran mobil.     

"Kak Fatih aku cinta kamu," ucap Dian ngegas seperti tokoh wanita dalam drakor yang ia tonton. Orang sekitar sampai mendengarnya.     

"Kak Fatih aku cinta kamu," ucapnya bersemangat.     

"Kak Fatih aku cinta kamu." Dian mengucapkan sekali lagi dengan gaya ngegas plus berteriak kencang.     

"Saranghae Fatih si," gaya bicara Dian meniru logat Korea. Setelah mengucapkan itu Dian tertawa terpingkal-pingkal. Ya Allah receh banget sich humor gue? Entah kenapa ia bisa gila seperti ini. Dulu pas becandain Bara tidak pernah sereceh ini.     

Gigi Fatih bergemeletuk dan menoleh ke belakang, "Dian kalo becanda liat-liat dong. Orang pada liatin kita." Fatih mengingatkan Dian karena malu dilihat orang- orang sekitar.     

"Gapapa kak. Seru-seruan aja. Anggap aja kita artis"     

"Seronya lai uda cewek katokan cinto. Ceweknyo rancaknyo lai. Ndeh baruntuang bana uda ko." Komentar seorang Ibu-ibu pedagang kaki lima. ( Enaknya si abang, yang cewek katakana cinta. Ceweknya cantik lagi. Beruntung banget si abang).     

Kuping Fatih tak enak mendengar omongan orang-orang. Mau marah sama Dian, tapi dia merasa terhibur dengan becandaan Dian. Fatih memakai ilmu masa bodoh menghadapi netizen.     

"Ondeh cewek jaman kini bagak se katokan cinto. Untung rancak kalau indak alah den kataian mah."     

(Duh cewek jaman sekarang berani aja katakan cinta. Untung cantik kalau enggak udah gue katain).     

"Uda tarimolah cinta uni tu. Bilo lo lai cewek rancak nembak awak."     

(Uda terimalah cinta kakak itu. Kapan lagi ada cewek cantik nembak kita).     

"Awak se tembak baa nyo uni? Awak langsung tarimo cinto uni."     

(Saya saja yang ditembak gimana kak? Saya akan terima cinta kakak).     

Dian dan Fatih berjalan menuju mobil masing-masing. Mereka tak mempedulikan omongan netizen di sekitar mereka.     

"Kak," panggil Dian ketika membuka pintu mobil.     

"Apa?"     

"Hati-hati bawa mobil. Lengan kakak masih luka."     

"Terima kasih."     

******     

Dila sedang mempersiapkan diri di kantor capem cabang utama. Ia sedang bermake up. Dila akan menghadiri acara pelantikan rektor baru Universitas Islam Alabdy. Seharusnya Pak Irwan yang datang namun karena beliau masih tugas di Jakarta Dila ditunjuk menggantikannya. Pak Irwan berpesan kedatangan Dila tak hanya menghadiri pelantikan rektor baru, tapi juga melakukan personal selling. Pak Irwan berharap Dila bisa melobi rektor baru untuk di ajak kerja sama dengan bank MBC. Setidaknya pengelolaan dana SPP mahasiswa dan gaji pegawai mereka pindah ke bank MBC. Pindahnya gaji pegawai Universitas Islam Alabdy akan membuka peluang baru untuk pencapaian kredit.     

Jika sesuai dengan harapan, maka pegawai Universitas Islam Alabdy bisa melakukan pinjaman pada bank MBC dengan pemotongan gaji. Dila optimis bisa mendapatkan kerja sama. Semoga rektor baru lebih berkenan. Rencananya siang hari Dila akan melakukan pertemuan dengan Zico pemilik baru rumah sakit Harapan.     

"Sudah siap kep?" Niken datang ke ruangan Dila.     

Dila menghentikan kegiatan bermake up, "Oh Niken. Masuk Ken. Kep lagi dandan dulu."     

"Udah cantik kok kep. Kalo ke Universitas Islam Alabdy enggak usah pake lipstick merah kep ntar dibilang ganjen. Kabarnya rektor barunya masih muda dan beliau tamatan Universitas Cairo kep. Cumlaude dia malah."     

"Luar biasa." Dila takjub mendapatkan informasi baru dari Niken.     

"Kep bawa kerudung kan?"     

"Bawa. Rencana kep mau pake hijab kesana. Segan kesana enggak pake hijab. Kamu gimana?"     

"Aku udah pakai kep. Ini lihat," balas Niken tertawa cekikikan memperlihatkan kepalanya yang sudah ditutup hijab. "Kep mau tanya."     

"Tanya apa?"     

"Berita yang lagi viral ini kep. Penembakan di supermarket dua hari yang lalu. Cewek yang melawan tentara stress itu bukannya asisten Bapak ketua?" Niken memperlihatkan smartphone pada Dila.     

"Iya," jawab Dila berusaha tersenyum. Kenapa dia agak sensi kalo membahas Bara atau orang-orang di sekitar Bara.     

"Dian namanya kan kep?"     

"Hmmmm." Dila tetap melanjutkan ritual bermake up.     

"Hebatnya dia. Kayak Charlie's Angel kep. Belajar darimana dia kep?"     

"Dia berlatih beladiri sejak remaja. Makanya hebat gitu."     

"Asal kamu tahu dia yang selamatkan kep waktu diculik di Australia kemarin. Bayangin sama kamu. Kep disekap dan penculik naruh pisau di leher kep. Lalu Dian melempar belati hingga menembus tangan si penculik sama kejadian si tentara stress yang dibekuk Dian."     

"Wowww hebatnya kep. Aku jadi mengidolakan Dian. Dia lagi viral sekarang lo kep. Cowok-cowok se-Indonesia mengidolakan dia tapi sayangnya dia enggak mau di wawancara terus cowoknya juga."     

Dila terdiam berusaha tersenyum walau ia meringis. Dila berpikir tidak mungkin Dian dan Fatih berpacaran karena ia tahu jika Fatih anti berpacaran. Cuma yang jadi pertanyaan Dila kenapa Dian dan Fatih sampai ketemuan di supermarket? Apakah mereka janjian? Apa urusan mereka?     

"Kep kenapa bengong?" Niken melambaikan tangan ke udara.     

"Tidak ada," jawab Dila cepat. Dila bangkit dari tempat duduk lalu bercermin karena memasang hijab. Dila memilih warna jilbab yang senada dengan baju kantornya.     

Niken sendiri sudah memasang hijabnya dan terlihat sangat cantik dan menawan.     

"Wow cantik banget kep," puji Niken ketika Dila selesai memasang hijab.     

"Yuk berangkat," ajak Dila pada Niken.     

Mereka berdua keluar dari ruangan Dila. Sebelumnya mereka singgah ke ruangan Renata memberi kabar.     

"Re, kami keluar dulu ya. Gue menghadiri pelantikan rektor baru Universitas Islam Alabdy. Gue mewakili Pak Irwan."     

Renata mengacungkan jempol, "Ok Dila. Cantik banget lo pake hijab. Makin klepek-klepek Pak ketua DPRD sama lo."     

Dila tertawa cengengesan, "Enggak pake hijab pun udah klepek-klepek."     

"Apalagi enggak pakai baju ya Dil. Pasti makin klepek-klepek lagi." Renata balik mencandai Dila,     

"Apaan sich lo?" Dila melambaikan tangan ke udara. Wajah Dila merona karena malu. Apaan si Renata bahas soal enggak pakai baju jadi kangen sama Bara enggak pake baju.     

Upssss…. Dila malu dengan pemikirannya sendiri.     

"Kami berangkat," ucap Dila menggandeng tangan Niken dan pergi dari ruangan Renata.     

"Kep berangkat ya," pamit Dila pada Karina dan Dora, teller.     

"Dada nyai badass, Emir," sapa Dila.     

Kebetulan nasabah sedang tidak ada di meja CS. Vinta bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Dila dan Niken.     

"Duh kep cantik banget sih. Istri siapa ini?" Vinta memulai rayuan gombal.     

"Lo kalo muji kep gue pasti ada udang dibalik bakwan." Niken langsung menembak Vinta.     

"Lo jangan sirik kak."     

"Vinta pasti minta dibawakan makanan?" Tebak Dila tertawa cengengesan.     

Vinta jadi malu sendiri maksudnya sudah bisa dibaca Dila. "Kep jadi malu."     

"Kemarin waktu di rumah sakit ban Akbar enggak bocor kan?" Dila mencandai Vinta.     

"Kep apaan sich?" Vinta jadi malu mengingat ia terciduk berduaan dalam kamar rumah sakit dan pintu dikunci dari luar.     

Niken dan Dila tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Vinta yang diluar dugaan mereka. Nyai badas jadi malu dan wajahnya merona merah.     

"Rasain lo." Emir mencibirkan bibirnya pada Vinta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.