Jodoh Tak Pernah Salah

Part 242 ~ Hasrat Berbahaya ( 21+ )



Part 242 ~ Hasrat Berbahaya ( 21+ )

1"Dila apakah kamu sudah di rumah?" Tanya Bara terengah-engah di telepon.     

"Baru saja aku sampai," balas Dila merasa aneh dengan pertanyaan Bara.     

"Di rumah Danau Teduh atau di rumah orang tua kamu?"     

"Danau Teduh," jawab Dila singkat.     

"Tunggu aku di kamar. Jangan kemana-mana!" Titah Bara tegas tak mau di bantah.     

Dila menaruh ponselnya di atas nakas. Bara sedikit aneh setelah Dila menanyakan apakah sang suami mencintainya apa tidak. Dila mengambil handuk lalu berjalan menuju kamar mandi. Satu persatu pakaiannya di lepas. Hari ini sungguh melelahkan bagi Dila, ketika rapat Pak Irwan sibuk membahas target baru. Dila sangat kesal pada Pak Irwan. Dila baru saja menyelesaikan kasus kredit fiktif dan di interogasi tim audit Pak Irwan sudah memberondongnya dengan target.     

Dila seakan tak bernapas karena tak diberi jeda waktu untuk istirahat. Memberi otaknya untuk tenang dan rilek. Sepertinya Dila butuh piknik untuk menenangkan pikirannya. Ambil cuti pun sudah tak bisa karena ia sudah mengambil cuti gajah hampir tiga bulan. Dila mengguyur tubuhnya di bawah shower, kepalanya sakit. Tak hanya kepalanya yang sakit tapi juga hati dan pikirannya. Mood Dila sedang buruk karena pekerjaan dan sikap Bara. Entah kenapa ia merasa tertekan dengan sikap Bara beberapa hari ini. Sang suami mengacuhkannya dan mereka tak bertergur sapa selama dua hari.     

Dila merasa tertekan dengan sikap Bara. Ingin melihat sikap suaminya yang manis seperti dulu. Menghujaminya dengan kasih sayang. Dila merasa salah karena telah meragukan Bara padahal sang suami sudah bersikap baik padanya dan memprioritaskannya. Perkembangan Bara pun semakin baik. Bara sudah bersikap seperti pria normal pada umumnya walau belum sembuh seratus persen.     

Ketika menyabuni tubuhnya Dila kaget. Ada seseorang yang memeluk tubuh telanjangnya dari belakang dan mencium tengkuknya. Dila merasa geli dan kaget. Tanpa melihatnya Dila tahu siapa yang memeluknya seintim ini. Dila berusaha berbalik namun bisikan di telinganya menghentikan aksinya.     

"Tidak usah berbalik. Biar seperti ini. Aku merindukan kamu," bisik Bara menjilati caping telinga Dila.     

"Apa yang terjadi sama kamu?" Dila merasa aneh dengan sikap Bara. Beberapa hari ini dicuekin sekarang Bara sangat intim dengannya.     

"Aku merindukan kamu Dila," balas Bara mengecup leher, bahu dan punggung Dila.     

Tubuh Dila meremang menikmati sentuhan demi sentuhan sang suami. Dila wanita normal yang akan terbakar hasratnya jika di perlakukan seperti ini apalagi dia dalam kondisi tak berpakaian. Dila membalikkan tubuhnya dengan paksa walau Bara tak mau melepaskannya.     

"Biarkan aku melihatmu," ucap Dila.     

Bara melonggarkan pelukannya dan membiarkan sang istri berbalik menatapnya. Dila menyentuh pipi Bara lalu merapikan rambut sang suami yang telah basah karena guyuran air shower.     

"Apa yang terjadi Bara?" Dila melihat kabut gairah di mata sang suami. Sebagai istri Dila sudah mulai memahami Bara.     

"Jangan panggil namaku." Bara menghujam Dila dengan ciuman panas yang sedikit memaksa. Seperti biasa memberikan hukuman pada sang istri. Dila hanya boleh memanggilnya sayang bukan Bara.     

"Maafkan aku. Aku lupa," ucap Dila penuh penyesalan. Jari jemari Dila dengan terampil melepaskan pakaian atas sang suami lalu melepaskan pakaian bawahnya.     

"Dila aku menginginkan kamu," ucapnya melumat bibir Dila dengan kasar bahkan menggigit bibir sang istri.     

"Hmmmmmmm." Dila menepuk pundak Bara. Kaget dengan sang suami yang sedikit kasar padanya. Bara tak pernah mengasarinya kecuali waktu pemerkosaan itu.     

"Kenapa Dila?" Bara menatap sinis sang istri seolah tak dibiarkan meminta haknya sebagai suami.     

"Pelan-pelan. Jangan kasari aku. Aku istrimu bukan..."     

Bara membungkam mulut Dila dengan ciuman panas nan lembut. Dila kelabakan dan kaget namun lama kelamaan ia menikmatinya. Bara mengisap bibirnya dengan kuat. Dila terengah berusaha menghentikan ciuman Bara yang membuatnya tak bisa bernapas. Bara hanya berhenti sebentar lalu kembali menghujami sang istri. Bibir mereka bertautan. Bara dan Dila kehilangan kesadaran karena mereka diliputi gairah yang membara.     

Bara menurunkan ciumannya pada puncak dada Dila yang telah menegang. Mereka berdua menggelepar dalam gairah. Bara sibuk mengecup, mengisap dan mengulum dada sang istri. Bara mengangkat kepala menatap sang istri yang dengan suka rela melayani hasrat berbahayanya. Bara tidak boleh dengan kejadian di kamar mandi sebuah restoran. Dia harus menuntaskannya pada sang istri bukan pada laki-laki. Dia harus straight.     

Dila bisa melihat dengan jelas kabut gairah dimata suaminya. Dila mendesah dengan seksi ketika jari jemari Bara membelai puncak dadanya, membelas dan meremas buah dadanya.     

Belaian Bara turun ke pangkal paha Dila dan berlanjut ke area intimnya. Bara bermain di area itu, memancing dan membangkitkan gairah sang istri.     

"Ahhhhhhhh." Desah Dila seksi dengan suara yang parau.     

Bara mendekati sang istri, Dila sudah basah dan sudah siap untuk dimasuki. Bara tak ingin istrinya merasa kesakitan makanya ia merangsangnya terlebih dahulu. Tangan Bara meraih kedua tangan Dila dan memaku di atas kepala. Satu tangannya lagi bergerilya di area intim sang istri. Bara mengangkat sebelah paha Dila dan membelitkan di pinggangnya. Ia kembali melumat bibir Dila lalu turun menciumi ceruk leher, turun untuk mengisap dada dan kembali bermain di area kewanitaan Dila.     

Dila pasrah dengan perlakuan yang diberikan Bara padanya. Tubuhnya milik Bara tempat bercocok tanam dan sekarang Bara sedang bercocok tanam di ladangnya. Tubuhnya menegang, dalam satu hentakan kuat Bara memasukinya.     

Bara melepaskan tangannya dan menopang pada dinding. Bara menyandarkan tubuh Dila ke dinding kamar mandi. Panasnya hasrat mereka mampu menghilangkan rasa dingin guyuran air shower. Dila memeluk bahu Bara sementara tubuh mereka menyatu. Bara mengangkat tubuhnya dan bergerak dengan liar. Dila memekik saat Bara menghentakkan tubuhnya dengan kuat. Hentakan Bara meluluh lantakkan pertahanan Dila. Ia mendesah dan meracau dengan keras. Tanpa merasa malu Dila bahkan mengecup bibir sang suami.     

Bara semakin bernafsu menghentakan tubuhnya dari bawah. Mereka mendesah dan meracau dengan keras. Kamar mandi mereka kedap suara sehingga mereka tak perlu malu-malu lagi mendesah dengan keras. Bara memdominasi permainan. Bara terus memacu tubuhnya demi mencapai puncak gairah. Permainan ini benar-benar panas dan Dila sudah tak malu-malu lagi untuk mendesah memanggil namanya. Selama ini ketika mereka berhubungan intim Dila diam tak melakukan gerakan yang berarti. Kali ini sang istri bersikap lebih agresif dan ia sangat senang. Betapa bahagianya Bara melihat sang istri juga menginginkannya juga.     

"Sayang….." Panggil Dila dengan suara terengah-engah.     

"Apa?" Balas Bara lembut dan seksi.     

"Cepatlah."     

"Cepat apa?"     

"Aku mau orgasme. Bergeraklah dengan cepat. Jangan menyiksaku," balas Dila sensual di telinga sang istri.     

"Baiklah nyonya Aldebaran." Bara tersenyum manis. Ia menggerakkan pinggulnya lebih cepat dan menghentakkan tubuhnya lebih kuat dari pada yang tadi. Racauan dan desahan Dila menambah semangat Bara. Ia memacu tubuhnya agar sama-sama mendapatkan pelepasan. Mereka berdua mendesah panjang mengakhiri permaian mereka. Mereka berdua melempar senyum dan merasa puas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.