Jodoh Tak Pernah Salah

Part 217 ~ Kado Manis ( 3 )



Part 217 ~ Kado Manis ( 3 )

0AREA DEWASA 21+ MAKANYA POSTING DI MALAM HARI. SEMOGA DEDEK GEMES TIDAK MEMBACA.     

******     

"Bu bos. Pak bos bilang langsung ke lantai tiga," kata Abi usai mengantarkan Dila.     

"Baiklah. Makasih Abi."     

"Sama-sama Bu bos."     

Dila langsung masuk ke dalam rumah disambut oleh ketiga ART. Tuti, Diah dan Via.     

"Bapak mana?" Tanya Dila pada ketiga ART.     

"Kata Bapak langsung ke lantai tiga buk. Kata Bapak jangan lupa pakai baju di atas ranjang." Tuti menjawab.     

"Kami permisi ya buk mau ke paviliun dulu," kata Diah berpamitan.     

"Ya."     

Dila masuk ke dalam kamar. Ia meregangkan tubuhnya di atas ranjang. Dan dia kaget melihat pakaian di atas ranjang. Sebuah lingerie merah nan menerawang dengan belahan dada rendah dan panjangnya hanya sebatas paha dan G-string. Dila tertawa terbahak-bahak melihat pakaian yang dipersiapkan suaminya. Dila mengerti balasan apa yang diinginkan oleh Bara.     

"Dasar mesum. Ini sama aja enggak pakai baju," kata Dila mengangkat lingerienya.     

Dila pergi ke kamar mandi membersihkan diri. Tidak lucu ketika berdua dengan Bara badannya bau dan keringatan. Sekitar tiga puluh menit Dila berada dalam kamar mandi. Dia memakai lingerie dan G-string yang telah disediakan sang suami.     

Dila agak risih memakai lingerie karena dia tak pernah memakai sebelumnya. Dila melangkahkah kaki menuju lantai tiga. Dila dibuat takjub karena tangga menuju lantai tiga ditaburi bunga mawar dan lilin aroma terapi. Dila menutup mulutnya karena kaget dan tak percaya dengan kejutan sang suami. Dila melangkah selangkah demi selangkah menuju lantai tiga. Saat membuka pintu lantai tiga, Dila diguyur taburan bunga mawar. Rambut Dila bermandikan bunga. Dila tersipu malu, penasaran dengan kejutan yang diberikan sang suami selanjutnya. Saat masuk ke dalam bertaburan aneka bunga di lantai. Wowww Dila bahagia mendapatkan kejutan sebagus ini.     

"Bara kamu dimana?" Dila memandangi sekitarnya.     

Tak ada sang suami. Yang terlihat di depan matanya sebuah meja bulat yang sudah di dekorasi sangat bagus dengan dua kursi. Mejanya menghadap ke dinding kaca. Dari sana bisa melihat pemandangan sekitarnya. Danau yang luas dan lampu-lampu berkelipan. Di samping meja makan ada sebuah kolam pemandian air panas yang sudah ditaburi bunga mawar dan aroma terapi dan sebuah ranjang besar berkelambu. Dila tak menyangka ada ruangan seperti ini di rumah ini. Maklum Dila baru tinggal disini dan tak sempat menjelajahi rumah.     

Dila terus berjalan menuju ke dalam. Dila sangat suka berada disini. Matanya bebas melihat pemandangan kota di malam hari.     

"Bara dimana kamu?" Tanya Dila mencari keberadaan sekitarnya.     

Tak ada jawaban. Dila merapikan rambutnya ke belakang telinga. Ia takjub melihat kolam air panas. Ia merendamkan kakinya ke dalam kolam. Hangat dan rilek. Dila memicingkan matanya menikmati aroma terapi dan pemandangan kota. Saat sedang asik berendam seseorang menarik kaki Dila hingga terjatuh dalam kolam. Bajunya basah dan Bara berada di atas tubuhnya     

"Bara," kata Dila kaget memegangi dadanya.     

Bara merapatkan tubuhnya dengan Dila. Tak ada jarak di antara mereka. Kulit bertemu kulit. Dada montok Dila merapat erat pada dada Bara.     

"Sayang sudah satu bulan bukan?" Tanya Bara sensual di telinga Dila sembari menjilat caping telinga Dila. "Sudah bisa aku berbuka puasa?"     

Dila gelagapan ketika Bara membasahi tubuh, kepala dan rambutnya. Bahkan tangan Bara sudah bergerilya menyentuh dada Dila dan berlama-lama disana.     

"Kenapa tidak menjawab pertanyaanku sayang?" Tanya Bara sensual dikabuti gairah.     

"Bara kapan kamu menyiapkan semua ini?" Dila mencoba bangun dari kolam tapi Bara menahan tubuhnya. Lengannya melingkari perut dan menahannya tetap dalam air.     

"Pertanyaan yang tidak perlu sayang."     

"Aku penasaran. Bapak ketua hebat bisa menyiapkan semuanya."     

"Sini aku bantu mandi." Bara mengalihkan pembicaraan.     

Bara menyergap Dila dengan sebuah ciuman yang panas. Dila termenung mendapatkan serangan mendadak. Ia mengatup bibirnya sehingga Bara memaksanya membuka mulutnya. Lidah Bara melesak ke dalam mulut Dila dan mengisap lidah sang istri. Bara melumat bibir sang istri panjang, memberi ciuman yang sangat memabukkan. Dila mengalungkan kedua tangannya di leher Bara dan membalas ciuman lebih panas.     

"Kamu semakin pintar sayang," ucap Bara dengan suara serak.     

"Belajar dari kamu," jawab Dila malu-malu seraya merunduk.     

Bara mengangkat wajah sang istri, "Jika bicara denganku jangan merunduk. Tatap mataku Dila. Apa kamu senang?"     

"Hmmmmmm"     

"Kenapa cuma hmmm? Mana hadiahku?"     

"Kamu mau hadiah apa? Aku akan persiapkan untukmu." Dila bangkit dan akan keluar dari kolam.     

Bara menarik tangan Dila hingga kembali masuk dalam kolam berenang. Ia kembali menyergap bibir sang istri.     

"Bibirmu sudah menjadi candu bagiku.Memabukkan dan manis," ucap Bara merayu, jari jemarinya bergerak menurunkan lingerie Dila dan melepaskannya dari tubuh sang istri.     

"Aku harus beli satu dus indomie agar aku tahu kapan akan berbuka puasa?"     

"Apa hubungan?"     

"Aku harus berpuasa selama 30 hari tidak boleh menyentuhmu. Aku beli satu kardus indomie untuk menghitung hari. Satu dus ada 40 buah dan aku hanya berpuasa satu bulan. Ketika indomie tingga sepuluh buah artinya aku sudah bisa berbuka puasa."     

"Kamu makan mie tiap hari?" Sorot mata Dila menyorotkan kemarahan.     

"Tidak sayang. Bisa usus buntu jika makan mie tiap hari. Aku bagikan ke OB di kantor." Bara terkekeh mengingat kekonyolannya.     

"Awas saja kamu makan mie tiap hari." Dila mencubit dada sang suami.     

"Sayang kamu sudah membangunkan singa tidur. Lihat dia sudah bengkak." Bara menunjuk selangkangannya.     

Dila menutup mata karena malu.     

"Jangan tutup matanya. Lihat saja."     

Bara mendudukan Dila di atas tubuhnya. Dengan terampil ia melepaskan kain yang melekat di tubuh sang istri. Bara membuang lingerie dan G-string Dila sembarang tempat. Toch ini rumahnya dan bebas mau ngapain. Bara mengisap puncak payudara Dila yang sudah telah menegang.     

Dila mengerjap menahan gejolak di tubuhnya. Sentuhan demi sentuhan Bara membangkitkan hasratnya.     

Bara kembali menyergap Dila dengan ciuman panas dan Dila tak sungka untuk membalasnya. Bahkan Dila membantu Bara melepaskan pakaian atas dan bawah. Kini mereka sama-sama tidak berpakaian. Hangatnya air dalam kolam membuat mereka tidak kedinginan.     

"Cari suasana baru sayang. Bosan bercinta di ranjang terus." Bara tersenyum nakal seraya bergerak menciumi leher jenjang Dila.     

Bara menggigit kecil telinga Dila dan berbisik, "Malam ini aku akan memakanmu."     

Wajah Dila memerah dirayu sang suami. Perlakuan sang suami membuatnya melayang dan lupa daratan. Dila menggelepar dalam gairah ketika Bara menghujami tubuhnya dengan ciuman dan mengulum puncak dadanya yang menegang. Tangan Bara bergerilya ke pangkal paha Dila dan berakhir di area intim Dila.     

Jari jemari sangat terampil membelai dan memainkan kewanitaan Dila. Bara kembali melumat bibir Dila yang sudah bak candu untuknya. Tubuh Dila menegang mendapatkan rangsangan demi rangsangan dari sang suami. Setelah membaca doa akan berhubungan intim Bara menghujamkan tubuhnya pada tubuh Dila dengan lembut.     

Dila menggigit bibirnya menahan perih. Gara-gara sudah satu bulan tidak bercinta kewanitaannya rapat kembali. Bara bahkan meringis karena kesakitan dijepit kewanitaan sang istri. Dila memekik kuat saat Bara menghujam tubuhnya dengan kuat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.