Jodoh Tak Pernah Salah

Part 180 ~ Karma Samir



Part 180 ~ Karma Samir

0"Bara saja sudah melupakan lo. Asal lo tahu saja, Bara honeymoon ke Australia bersama Dila dan gue yakin mereka sudah bercinta. Sebentar lagi akan lahir Bara junior. Setelah lo tahu kenyataan ini masih bersikeras mempertahankan cinta sama Bara? Kalo gue jadi lo, gue akan lupakan Bara dan cari pengganti dia. Tak hanya ada satu kumbang Egi masih ada kumbang-kumbang lainnya. Buka mata dan pikiran lo."     

Samir bangkit, mengambil segelas air dari dispenser dan meminumnya. Terlalu banyak bicara membuat tenggorokannya kering.     

"Jangan banyak bicara Samir pergi lo dari sini!" Egi frustasi mengetahui Bara dan Dila sudah bercinta dan akan lahir Bara junior.     

"Jangan marah-marah Egi. Masih ada gue yang setia menunggu lo."     

"Samir gue mau istirahat. Jangan ganggu waktu istirahat gue. Gue dalam masa pemulihan."     

"Bukan hanya tubuh lo butuh pemulihan Gi. Hati lo juga. Setidaknya buka hati lo buat gue. Jangan hanya Bara dalam hati dan pikiran lo. Life must go on. Dunia tidak akan berhenti berputar jika Bara meninggalkan lo. Move on," ujar Samir memberikan semangat.     

"Jika gue move on berarti gue kembali ke kodrat," pancing Egi mempermainkan perasaan Samir. Egi ingin tahu apa reaksi Samir setelah tahu jika Egi ingin jadi pria normal.     

Samir menggeram kesal. Ia mencengkram kerah baju Egi. Wajahnya gelap segelap dewa kegelapan. Hanya ada rona hitam yang menyiratkan kebencian dan ketidakpuasan.     

"Setelah apa yang gue lakukan sampai memohon sama kakak angkat gue ini balasan yang lo kasih sama gue?" Teriak Samir di telinga Egi.     

Egi sampai menutup telinga karena pekak. Egi tak menyangka jika Samir gila dan sangat nekat. Egi berpikir dialah yang paling gila ternyata ada yang lebih gila daripada dia.     

"Gue enggak pernah meminta lo buat menculik Dila. Gue enggak pernah meminta bantuan apa-apa dari lo. Lo saja yang melibatkan diri dalam hubungan gue dan Bara. Cinta memang buta Samir, tapi kita tak perlu sebuta itu. Cinta tidak bisa dipaksakan."     

"Jika cinta tak bisa dipaksakan kenapa lo masih mengejar Bara?" tanya Samir penuh kemenangan.     

Egi tak menjawab, memilih untuk bungkam. Samir tak perlu tahu kisah percintaannya. Menurut Egi ini masalah pribadi, orang lain tak perlu tahu.     

"Kenapa diam saja Egi? Kenapa mendadak bisu?"     

"Lepaskan Dila!" Balas Egi melenceng dari topik.     

"Akan gue lepaskan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku."     

"Tidak jika harus menjadi kekasih lo," tolak Egi tegas. Ia tetap dengan pendiriannya. Hanya Bara yang ia cintai.     

"Jika begitu dengan terpaksa gue harus bunuh Dila. Pelaku pembunuhan Dila akan mengarah pada lo. Bara yang mulai mencintai Dila akan marah dan dendam sama lo. Dia akan membunuh lo dengan tangannya sendiri." Tawa Samir menggelegar memecah kesunyian.     

"Bajingan lo Samir." Egi melempar bantal. Menggeram frustasi karena tak berdaya dengan kondisinya. Andai saja kaki dan tangannya tidak patah Egi akan mengambil pisau di atas keranjang buah dan akan menusukkannya pada Samir.     

"Sesama bajingan dilarang saling menghujat," balas Samir menohok.     

"Lo manusia paling kejam yang pernah gue kenal," kata Egi berteriak dan menghapus air matanya.     

Egi tak bisa membayangkan jika Samir melakukan rencananya membunuh Dila dan menjadikannya tersangka. Dijauhi Bara sudah membuatnya sakit, apalagi dibenci Bara tentu lebih menyakitkan untuknya.     

"Tergantung lo sebenarnya. Jika lo nurut sama gue, gue akan jinak dan mengabdi buat lo. Gue pergi dulu. Pikirkan dengan baik penawaran gue," ujar Samir menepuk pipi Egi, setelah itu ia pergi meninggalkan Egi sendirian.     

Samir menutup pintu kamar Egi seraya mengulas senyum. Ia yakin Egi tak punya pilihan lain selain menjadi kekasihnya. Samir jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat Egi di klub. Bertahun-tahun tinggal di luar negeri belum pernah ia jatuh cinta seperti orang gila seperti jatuh cinta pada Egi. Bagaimanapun caranya ia harus mendapatkan Egi. Menurutnya Egi pasangan yang pantas dan cocok untuknya.     

Merenggangnya hubungan Bara dan Egi seolah memberi angin segar untuk Samir mendapatkan cinta Egi. Samir juga tahu jika Bara mulai taubat karena istrinya. Samir mensyukuri keadaan Bara yang sadar dengan kodrat. Setidaknya satu halangan besar untuk mendapatkan Egi telah lenyap. Ia hanya perlu mendekati Egi dan memperlihatkan ketulusannya. Samir tak akan berhenti sebelum mendapatkan Egi.     

Egi pria tampan idaman wanita. Berwajah tampan seperti paras Oppa Korea, hidung mancung, bibir kecil, mata lebar dengan senyum merekah. Siapa yang tidak jatuh hati dan kesemsem dengan pesona Egi, pantas saja Clara atau Samir melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan Egi.     

Samir bersiul dan bernyanyi menuju parkiran. Tak ada yang lebih membahagiakannya selain mendapatkan Egi.     

Egi mengambil kunci mobil dari saku celana. Saat akan membuka pintu mobil. Leher Samir ditusuk seseorang. Ia teler dan pingsan.     

Guyuran air dingin menyadarkan Samir dari pingsan. Tangannya terikat kebelakang. Tubuhnya lemah dan tak berdaya. Saat membuka mata, ia kaget dan tak percaya melihat wanita yang ada di depannya. Sang wanita ditemani lima orang bodyguard.     

"Clara kenapa lo culik gue?" Pekik Samir serak. Samir tak leluasa bergerak, tubuhnya kaku dan sendinya lemah.     

"Coba lo tanya sama diri lo sendiri?"     

"Apa salah gue sama lo? Gue enggak punya masalah sama lo."     

Clara menendang Samir hingga terhuyung ke belakang. Samir tergolek tak berdaya. Clara mendekati Samir dan menginjak wajahnya. Samir menjerit-jerit kesakitan.     

"Awwww...," pekik Samir pilu.     

Para bodyguard memalingkan wajah ketika Clara menginjak-injak wajah Samir hingga babak belur.     

"Salah gue apa sama lo?" rintihan Samir semakin memilukan. "Obat apa yang lo kasih sama gue hingga tubuh gue lemah kayak gini?"     

"Hanya morfin dengan dosis rendah. Jika gue kasih dosis tinggi mungkin lo sudah mati." Jawab Clara dingin.     

"Kenapa lo lakukan ini sama gue?"     

"Kayaknya otak lo enggak bisa berpikir dengan keadaan seperti ini. Biar gue perjelas Samir. Beraninya lo mengancam Egi, memaksanya untuk jadi kekasih lo. Gue mencintai Egi dan tak akan gue biarkan lo rebut dia dari gue," suara Clara melengking tinggi.     

"Apa?" Mata Samir membulat mengetahui Clara mencintai Egi. Samir mendengus napas kasar. Nasib buruk akan menimpanya. Clara salah satu anggota di klub Vegi yang terkenal kasar dan barbar.     

"Lo kaget?" Clara menatapnya dengan tatapan tajam dan mengintimidasi.     

"Gue tadi datang untuk menjenguk Egi. Saat gue masuk gue mendengar keributan kalian. Gue berdiri di depan pintu mendengarkan keributan kalian. Bencong kayak lo bisa punya kakak seorang mafia, tapi gue enggak takut. Beraninya lo menekan Egi untuk menerima cinta lo." Clara merunduk lalu menampar Samir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.