Jodoh Tak Pernah Salah

BaraDila 5



BaraDila 5

2"Sudahlah sayang. Masa gitu aja ngambek," rayu Dila pada Bara. Ia menidurkan Shaka di tengah mereka. Tentu saja sebagai pembatas.     

"Kenapa Shaka tidur sama kita?" Bara mendelik menatap anaknya cemburu. "Ini kentang sayang. Selesaikan yang tadi," cebik Bara manja.     

Dila berjalan mendekati suaminya. Ia peluk Bara lalu mengecup kening dan bibir sang suami.     

"Aku udah off sayang. Mau ketahuan sama anak lagi wik wik?"     

"Tapi sakit kepalanya sayang. Lagi seru malah berhenti."     

"Masih ada waktu lain sayang. Kayak enggak ada hari lain aja. Masih bisa mengulanginya."     

"Kalo sama kamu bawaannya pengen itu terus. Menebus empat tahun puasa," ucap Bara manja. Pria itu mendudukkan Dila di pangkuannya.     

"Dasar mesum." Dila mentertawai Bara. Ia buat rambut Bara acak-acakan. "Ini cambangnya udah terlalu panjang. Harus dicukur ini."     

"Bukannya suka sama cambang ini. Bikin geli dan sensasi beda kalo ciuman," cicit Bara menahan geli.     

"Jangan genit ya Pak Aldebaran. Ngomongnya selalu arus basah."     

"Biarin aja tapi kamu suka kan?" Goda Bara mencubit hidung Dila.     

"Sakit Bar."     

"Kok panggil aku Bar sih?"     

"Suka aja. Kalo manggil Bar ingat penulis favorit aku si Vivi Barbara. Panggilan dia juga Bar. Aku pernah chat dia kapan buku Karma Si Gundik dia terbit lagi."     

"Oh pantes kamu suka panggil aku Bar. Jadi kamu suka liat handphone berarti baca novel ya? Emang novel dia bagus?"     

"Bagus sayang. Paling greget baca novel Karma Si Gundik itu. Kisah pramugari selingkuh sama Dirut. Jodoh Tak Pernah Salah di aplikasi webnovel juga bagus."     

"Kayak kisah nyata." Bara tertawa kecil.     

"Bisa jadi gitu. Dia nulis karena terinspirasi kisah nyata lo. Bar," ucap Dila lembut.     

"Hmmmm."     

"Kamu dan Rere kenapa marah sama Dian? Kalian enggak sadar jika dia tengah hamil. Gara-gara kalian dia melahirkan prematur." Dila bicara pelan pada sang suami.     

Bara mendecih kesal. Ia masih marah pada Dian karena telah membohonginya. Dila orang paling penting dalam hidupnya.     

"Jangan bahas Dian bisa sayang?"     

"Tapi Bar. Aku enggak suka kalian kayak gitu sama Dian. Aku yang salah. Aku yang minta dia buat sembunyikan keberadaan kami. Aku takut jika ayah dan uda mencelakakan kamu. Aku tidak mau kamu masuk penjara. Aku lebih rela berpisah dengan kamu asal kamu tidak mendekam dalam penjara. Aku tidak sanggup melihat kamu tersiksa Bar. Aku….." Dila tak sanggup melanjutkan ucapannya karena menangis tergugu.     

Bara reflek memeluk istrinya erat seakan tak mau melepaskan. Ia cium pipi sang istri. Meresapi cinta yang semakin hari semakin bertambah. Meski mereka bukan pengantin baru lagi namun cinta itu semakin besar dan dalam.     

"Sudah jangan bahas lagi."     

"Kamu jangan marah sama Dian ya. Please…" Dila memelas.     

Bara tak kuasa melihat wajah memelas istrinya. Pria itu langsung luluh. Tak bisa menolak permintaan sang istri. Baginya Dila dunianya dan tak akan ada yang bisa menggeser posisi sang istri dalam hatinya. Empat tahun sudah cukup menguji kesetiaan dan kesabaran Bara.     

"Lain kali jika ada masalah kamu harus berbagi padaku Dil. Aku suami kamu. Jangan simpan sendiri sakit yang kamu rasakan. Suami istri tidak hanya berbagi suka tapi juga duka. Selalu bersama baik susah maupun senang. Jangan telan pil pahit sendirian pada akhirnya kita berdua yang tersakiti. Cukup masalah dengan ayah dan Iqbal kamu atasi sendiri. Suami kamu bukan orang lemah. Jangankan mereka berdua, 45 orang anggota dewan bisa aku hancurkan dalam satu tepukan."     

"Itu yang tidak aku inginkan Bar." Dila menggoda suaminya dengan mencium bibir lelaki itu. "Kamu, ayah dan uda orang terpenting dalam hidupku. Ayah cinta pertama dalam hidupku. Uda garda terdepan yang melindungiku dan kamu imam dalam hidupku. Aku tidak mau kalian bertiga saling menyakiti. Aku lebih baik mengorbankan diri sendiri agar kalian baik-baik saja. Aku tahu kamu mampu mengatasi ayah dan uda. Tapi Bar aku enggak mau kamu seperti yang dulu. Jangan kedepankan emosi. Berusaha untuk tenang dan berpikir jernih dalam menghadapi masalah."     

Bara menyentuh pelipis Dila. Pria itu memberikan ciuman sayang. Dila dengan sabar dan dewasa membuat pria itu tenang dan nyaman.     

"Kamu melengkapi hidupku Dil. Kamu menyempurnakan aku yang tidak sempurna ini." Bara menggiring Dila menuju balkon. Mereka menatap bintang-bintang di langit. Bara memeluk Dila dari belakang. Ia berikan ciuman panas yang menggelora, memancing gairah sang istri.     

"Ada Shaka Bar." Dila mengelak dari ciuman sang suami.     

"Enggak harus di kamar menuntaskan yang tadi." Bara mengedipkan mata genit.     

"Maksudnya?" Dila kebingungan dan tak mengerti arah pembicaraan suaminya.     

"Sesekali kita liar gapapa." Bara tersenyum evil.     

Bara masuk ke dalam kamar lalu kembali membawa sarung. Pria itu meminta Dila masuk dalam sarung yang sama dengannya. Posisi Dila membelakangi Bara. Pria itu memeluknya dengan erat lalu memberikan sentuhan demi sentuhan yang memabukkan. Dila terperangah ketika Bara menyingkap dressnya ke pinggang, memperlihatkan bokong seksi yang membuat Bara candu. Bara melepaskan celana dalam Dila. Ada yang menggesek bokongnya dari belakang. Sesuatu sudah tegang dan keras.     

"Bar." Mata Dila membulat ketika menyadari apa yang dilakukan suaminya. Ia menoleh ke belakang ingin protes tapi sang suami membungkam bibirnya dengan ciuman panas yang menuntut.     

"Ga ada yang bakal liat. Hari sudah malam. Lagian kita dalam sarung. Tertutup kok. Sesekali ganti suasana. Menegangkan." Bara memborbardir Dila dari belakang. Tangannya memegang erat pinggul Dila. Ia masuki sang istri dalam posisi berdiri. Dila harus berpegangan pada pagar pembatas balkon. Serangan bertubi-tubi dari Bara membuatnya lupa daratan.     

"Bar. Pelan," cicit Dila menahan perih.     

"Baik sayang." Bara menurunkan tempo permainan dan melakukan dengan lembut.     

Dila mulai merasa nyaman dengan posisi percintaan mereka. Bara selalu dengan ide dan imajinasi liarnya membuat hubungan mereka semakin hari semakin hangat.     

"Bar," ucap Dila meracau. Hentakan Bara dalam tubuhnya membuat gairahnya terbakar.     

Tangan Bara menjalar dari pinggang hingga ke punggung. Ia elus kulit lembut yang selalu membuatnya candu. Ia hirup aroma tubuh Dila dengan rakus sesekali mempermainkan dada istrinya. Bara benar-benar nakal dan liar namun Dila suka.     

Bara merasakan 'genggaman' Dila semakin kuat. Ia benar-benar gila. Istrinya selalu bisa membuatnya ketagihan dan selalu menginginkannya. Rasanya Bara ingin memasuki tubuh istrinya.     

"Kamu nakal," cicit Dila menahan tawa.     

"Bukannya kamu suka kalo aku nakal."     

"Aku suka dinakali," jawab Dila tak terduga.     

"Kita akan bercinta semalaman."     

"Ya. Kita lakukan sampai pagi," balas Dila memejamkan mata.     

Pecahlah tawa Bara mendengar balasan dari sang istri. Diluar sana Dila boleh kalem dan berwibawa, tapi jika sudah bersamanya wanita itu akan nakal dan genit, bahkan sikapnya tak terduga.     

"Kita harus rajin bercocok tanam agar triplets segera punya adik."     

"Mau punya anak lagi Bar?"     

"Tentu saja mau. Banyak anak artinya banyak rejeki." Bara menekan tubuhnya dengan kuat.     

Dila merasa kelabakan. Rasa hangat menjalar ke seluruh syarafnya. Keduanya larut dalam gairah bersama menuju puncak kenikmatan.     

*****     

Baca kisah Rere dan Dino di novel "TERJERAT PESONA DUDA TAMPAN". Dijamin diabetes dan senyum-senyum sendiri. Simpan Di Library Kalian ya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.