Jodoh Tak Pernah Salah

Part 78 ~Hasutan Clara ( 2 )



Part 78 ~Hasutan Clara ( 2 )

3Egi bak tersambar petir mendengar ucapan Clara. Darimana perempuan itu tahu?     

"Lo kaget kenapa gue tahu? Tidak ada yang tidak bisa gue ketahui Egi. Semua informasi tentang lo bisa gue dapatkan dengan mudah. Jangan lupakan siapa gue. Apa lo mau gue melenyapkan om Musba? Orang seperti dia layak untuk mati. Pedofil."     

"Jangan ikut campur," cegah Egi marah.     

"Bagaimana kejantanan lo? Sudah baikan? Maafkan kami terlalu keras malam itu hingga lo sakit."     

"Jangan ungkit masalah itu lagi. Gue benci mengingatnya."     

"Gue senang mengingatnya karena gue akhirnya bisa bercinta sama lo dan gue bahagia. Gue ingin mengulanginya lagi."     

"Jangan mimpi."     

"Gue tidak mimpi Egi. Jika gue mau gue bisa bercinta sama lo. Dian dengan senang hati membantu gue."     

"Apa maksud lo?"     

"Kasih tahu gak ya?"     

Egi mendekati Clara dan menyandarkannya ke dinding.     

"Apa maksud omongan lo tadi?"     

"Gue mau ngomong dengan syarat." Clara menyentuh pipi dan bibir Egi.     

"Apa syaratnya?" Egi penasaran.     

"Lo mandi dan temani gue sarapan di restoran. Gue akan bicara."     

"Gue tunggu dibawah," lanjut Clara sebelum keluar dari kamar Egi.     

Clara menunggu Egi di meja makan seraya melihat kukunya yang baru saja di warnai.     

"Benar-benar perempuan tidak tahu malu," sindir Musba tiba-tiba muncul di hadapan Clara.     

"Siapa yang om bilang tidak tahu malu?" Clara melirik Musba tajam.     

"Siapa lagi jika bukan kamu," jawab Musba ketus berkacak pinggang.     

"Jika boleh tahu kenapa om bilang aku tidak tahu malu?" Clara menatap Musba dengan tatatpan jijik dan menghina. Ia malah menantang Musba untuk berkelahi.     

"Kamu memalukan. Datang ke rumah laki-laki sementara laki-laki itu sudah menolakmu. Dimana harga dirimu sebagai perempuan? Kamu sama saja menjatuhkan harga diri kaum wanita."     

"Ha....Ha...Ha....." Clara tertawa terbahak-bahak. Bukannya marah ia malah mentertawai Musba.     

"Kenapa kamu tertawa? Apa kamu sudah gila? Apa ada yang lucu?" Emosi Musba malah terpancing. Ia berharap ucapannya tadi membuat Clara malu dan memutuskan pergi, tapi justru reaksi Clara diluar dugaannya.     

"Aku tidak gila om. Cukup yang gila itu om," balas Clara sengit.     

"Kurang ajar, kamu tidak sopan sekali sama orang tua. Aku adalah wali Egi. Aku bisa menghalangi hubungan kalian. Jangan mimpi Egi akan mau bersama kamu."     

"Aku tidak perlu hormat pada laki-laki tua seperti om. Pedofil."     

"Apa katamu?" Emosi Musba semakin tinggi karena sikap sombong dan angkuh Clara.     

"Aku bisa melaporkan kamu karena telah memfitnahku seorang pedofil."     

"Silakan mau lapor. Aku tidak takut," balas Clara balik seraya menyunggingkan senyumnya.     

"Om pikir aku tidak tahu siapa om?"     

Musba kaget, air mukanya langsung keruh.     

"Apa maksud kamu?"     

Clara bangkit dari tempat duduk mendekati Musba seraya meniup-niup kuku cantiknya.     

"Apa aku harus jujur om?"     

"Apa maksud kamu?" Musba semakin bingung.     

"Aku tahu kenapa om tidak suka padaku. Aku tahu jika Egi gay dan aku menerima kondisinya."     

Musba tak dapat menyembunyikan rasa kagetnya. Clara tahu jika Egi gay tapi kenapa masih mengejar cintanya?     

"Jika kamu tahu dia gay kenapa kamu masih mengejarnya?"     

"Om mau tahu atau mau tahu banget?" Tanya Clara mempermainkan Musba.     

"Jangan berputar-putar. Jawab saja pertanyaanku!"     

"Baiklah om. Sepertinya om tidak suka basa-basi. Aku tahu Egi seorang gay. Dia punya kekasih, tapi kenapa aku masih mengejarnya? Aku sangat mencintai Egi dan aku terobsesi padanya."     

"Masih banyak laki-laki lain. Kau terlalu naif. Dia tidak akan sembuh."     

"Siapa bilang dia tidak akan sembuh? Aku akan menyembuhkannya. Satu hal lagi aku dan Egi pernah bercinta," kata Clara tersenyum kecil.     

"Tidak mungkin," balas Musba dengan ekspresi marah dan cemburu.     

"Kenapa ekspresi om seperti itu? Menyiratkan kecemburuan?"     

"Jangan asal bicara kamu!"     

"Aku tidak asal bicara om. Sebelum aku memutuskan untuk mendekati Egi aku sudah menyelidiki latar belakangnya. Bahkan aku tahu siapa yang membuat dia gay," kata Clara berbisik di telinga Musba. Clara sengaja membisikkan agar tak terdengar Ira.     

Tubuh Musba terasa lemas,ia melangkah mundur menjauhi Clara.     

"Kenapa gugup gitu om?" Goda Clara lagi.     

"Aku tidak gugup," jawab Musba mengelak.     

"Aku bukan anak kecil yang bisa om bohongi. Aku tahu jika om yang membuat Egi menjadi seorang gay. Om menyodominya sejak kecil. Om yang membuatnya menyalahi kodrat," kata Clara tajam menyiratkan kebencian.     

Musba bak disambar petir mendengar ucapan Clara. Wajahnya pucat dan pias. Lututnya tiba-tiba lemas.     

"Tidak perlu gugup begitu. Aku akan tutup mulut dari tante Ira asal om jangan mencampuri urusanku. Sedikit saja om mengusik aku dan Egi atau berusaha mengancam Egi, aku tidak segan menghancurkan om. Aku akan meminta papa untuk menghancurkan perusahaan kecil om itu. Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku." Clara mengancam Musba.     

Clara melihat Egi turun tangga.     

"Aku tidak pernah main-main dengan ancamanku. Jangan sampai aku membongkar jati diri om seorang biseksual."     

Musba hampir serangan jantung, Clara mengetahui rahasianya. Clara bukanlah wanita sembarangan. Musba pergi meninggalkan Clara dan tak mau mencari masalah.     

"Sepertinya lo akrab banget sama om Musba?"     

"Tidak seperti yang lo lihat. Mari kita pergi," ajak Clara bersemangat.     

Clara dan Egi sarapan di sebuah restoran cepat saji yang buka 24 jam.     

"Apa yang lo bahas sama om Musba tadi?" Egi tak dapat menyembunyikan rasa penasarannya.     

"Lelaki tua itu cemburu dan menghina gue."     

"Apa yang ia katakan?"     

"Gue wanita yang tidak tahu malu."     

"Dia benar," kata Egi membela Musba. Egi tergelak tawa. Clara kena damprat om Musba.     

"Lo jawab apa?"     

"Gue emang tidak tahu malu karena gue mencintai lo. Mulai detik ini si tua bangka itu tidak akan berani lagi mengganggu lo. Gue sudah membungkam mulutnya."     

"Apa yang lo katakan?"     

"Gue bilang, gue tahu jika dia yang bikin lo jadi seorang gay dan gue juga bilang jika gue tahu dia seorang biseksual."     

Egi tertawa terbahak-bahak. Pantas saja Musba tidak berkutik.     

"Pantas saja si tua bangka itu ketakutan."     

"Gue juga ancam dia akan menghancurkan perusahaannya jika dia masih ganggu lo."     

"Benarkah?" Egi terlihat senang. Senyum manis terkembang di kedua sudut bibirnya.     

"Harusnya lo berterima kasih sama gue."     

"Terima kasih Clara," kata Egi terpaksa.     

"Lo tampan jika tersenyum," kata Clara mengulas senyum.     

"Lo jangan menggombali gue. Kita langsung saja ke pokok permasalahan."     

"Gue tidak buru-buru Egi. Kita masih punya banyak waktu."     

"Gue enggak mau lama-lama berduaan sama lo,"balas Egi ketus.     

"Marah membuat lo semakin menggairahkan. Lo jangan pancing gue nanti gue horny."     

"Cewek gila," cebik Egi kesal.     

"Gue gila karena mencintai lo."     

"Telinga gue budek dengar ucapan cinta dari lo."     

"Kalo budek biar gue obati Egi. Gue akan sembuhkan budek lo termasuk seks menyimpang dan bantu lo lupakan Bara. Gue lupa jika membahas Bara."     

"Jangan mutar-mutar. Cepat bicara!"     

"Bara hebat ya bisa bikin lo emosional seperti ini. Gue pengen banget lo bucin kayak gini ke gue."     

"Jangan mimpi."     

"Tak ada salahnya bermimpi Gi. Kesuksesan gue berawal dari mimpi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.