cinta dalam jas putih

Wanita Modern



Wanita Modern

0"Sayang, tunggu! " yoga berusaha menyusul langkah nita yang sudah lebih dulu keluar dari mobilnya.     

Nita menghentikan langkahnya dan berbalik, "bukannya surat cuti sudah dibuat? kenapa masih memaksakan diri bekerja? "     

"Masa aku tega membiarkanmu bekerja sendirian " ucap yoga berdiri disamping nita, "lagipula kamu itu sedang hamil kenapa berjalan begitu cepat! "     

"Cara berjalanku memang seperti ini! " cetus nita, "istirahat saja dirumah agar lukanya cepat kering, nanti aku pulang dijemput supir saja "     

"Tapi,,, "     

"Tidak boleh melanggar " nita menyela ucapan yoga, "sayang, dengarkan aku "     

Kedua mata mereka kali ini saling memandang, akhir-akhir ini sikap yoga memang semakin manja padanya tapi nita harus bisa bersabar menghadapinya. Dia tahu yoga tidak suka di acuhkan, dia senang wanita disampingnya itu selalu cerewet berkata apapun bahkan pada hal yang tidak penting sekalipun.     

"Jadi, mumpung surat cuti sudah dibuat ini waktunya menemani ayah, ibu dan axel seharian penuh tanpa di ganggu pekerjaan " ucap nita, "ini kesempatan langka, jadi waktunya untuk memberikan perhatian pada orang tua dan putramu selama menghabiskan masa cuti sakit "     

"Kamu harus lebih dekat lagi dengan axel, kemarin dia bermimpi buruk tentang ibu kandungnya " sambung nita.     

Yoga terdiam beberapa detik lalu menanggapi ucapan nita dengan senyuman lebar. Dia sedang mengungkapkan permohonan secara tidak langsungbpada nita.     

"Nanti aku telpon jika aku sudah menyelesaikan pekerjaanku " nita lalu memberikan janji pada suaminya itu.     

"Menurutmu aku harus membawa mereka pergi ke tempat seperti apa supaya mereka senang? " yoga lalu meminta pendapat nita.     

"Mereka akan senang ke tempat manapun " jawab nita, "meskipun hanya di rumah sekedar minum teh dan makan cemilan itu akan sangat menyenangkan, karena kalian bisa bicara dengan akrab "     

"Aku minta tolong selama aku bekerja hari ini perhatikan axel, dia sepertinya sangat sedih "      

Yoga tersenyum lebar, "baiklah, perintah nyonya besar pasti akan aku laksanakan dengan baik! "     

"Terima kasih " ucap nita.     

Yoga merasa aneh setelah bicara dengan nita, dia merasa bukankah seharusnya dia yang berterima kasih pada istrinya itu. Wanita itu selalu saja menjadi orang pertama yang memperhatikan putranya, bahkan dia orang pertama yang tahu kesedihan axel. Dia juga mengingatkan yoga untuk mengutamakan kedua orang tuanya, padahal nita sendiri seharusnya lebih diutamakan karena tengah mengandung.     

"Selamat pagi,,, " nita menyapa seseorang yang berpakaian seragam putih sudah terduduk di ruangannya.     

Wanita berwajah mungil dan cantik itupun tersenyum ke arah nita, "selamat pagi, bu "     

"Saya rasti, penanggung jawab shift yang berjaga pagi ini "     

Nita tersenyum lebar, "maaf rasti, saya belum mengenal semua rekan kerja disini. Jadi harus meminta bantuan dinar terlebih dulu untuk diperkenalkan secara individu "     

"Tidak apa,bu " ucapnya, "saya sengaja datang lebih awal dari teman-teman supaya bisa berbicara dengan ibu "     

"Sepertinya ada hal yang penting sekali " nita lalu duduk disamping rasti agar tidak memberikan kesan seperti seseorang yang tengah diintrogasi.     

"Saya sudah lama ingin membicarakan ini, tapi tertunda karena kepala ruangan kami harus diganti " ucapnya, "bisakah ibu mengganti satu orang di tim saya? "     

"Mengganti? " suara nita pelan, "siapa? "     

"Karlin " jawabnya, "bukankah penanggung jawab shift di berikan hak istimewa untuk menilai semua rekan kerjanya dan boleh menggantinya dengan persetujuan dari kepala ruangan "     

"Iya, benar sekali " nita membenarkan ucapannya, "tapi alasan apa yang akan kamu katakan untuk membuat aku bisa menyetujui permintaamu itu, dan saya mungkin akan lebih dulu mengatakan ini kalau saya tidak menilai dari perkataan orang lain saja. Saya akan menilainya secara langsung "     

"Tapi, jika saya mengatakan alasan bahwa saya tidak menyukainya saja bagaimana? "     

Nita tersenyum kecil, "jika semua orang berpikiran sama sepertimu, kamu bisa bayangkan betapa pusingnya saya harus mengganti staf hanya karena tidak menyukainya "     

"Kamu tahu teman satu tim itu tidak ada yang sama pemikirannya " sambung nita, "kalian di persatukan dari berbagai macam perbedaan, tapi di perintahkan pada satu tujuan yaitu memberikan pelayanan terbaik untuk keselamatan ibu dan bayi "     

"Tapi bukan itu " ucap rasti, "itu karena dia,,, "     

Rasti tidak melanjutkan ucapannya, sepertinya ada sesuatu yang membuatnya tidak mengungkapkan alasannya.     

"Tidak perlu dikatakan kalau memang itu masalah yang sangat pribadi " tebak nita, dia mengusap lembut tangan rasti satu kali lalu beranjak dari duduknya.     

"Ibu tahu darimana kalau ini masalah pribadi? " tanya rasti, "saya belum membicarakan ini dengan siapapun "     

Nita berbalik dan tersenyum kecil, "rasti, sebelum mendapatkan jabatan seperti sekarang ini dulu aku sama sepertimu "     

"Bekerja di ruangan dengan mayoritas perempuan, apalagi kalau bukan masalah dengan popularitas, senior dan junior, dan yang paling rumit adalah masalah percintaan "     

"Bahkan tidak ada yang aneh ketika mantan pacar teman kita menjadi pacar kita sendiri, yang membuat hubungan persahabatan menjadi bermasalah dan berujung ke permasalahan di tim kerja "     

Nita melihat rasti yang terkejut dengan mulutnya yang menganga karena ceritanya.     

"Tapi dia bukan merebut pacar saya " ucap rasti, "tapi suami saya! "     

Nita terdiam tidak dapat mengeluarkan kata-katanya untuk beberapa detik.     

"Walaupun saya dan suami saya sedang memproses perceraian, tapi apa ibu bisa bayangkan bagaimana perasaan saya ketika harus bekerja dengan rekan yang ternyata adalah wanita lain dalam hati suami saya "     

Nita mengusap keningnya setelah mendengar alasan pribadi dari salah satu rekannya, dalam waktu sekejap semua membuat kepalanya bertambah berat. Kehidupan pribadi rekan kerjanya kali ini lebih berat dibandingkan pekerjaan yang akan dikerjakannya.     

"Karena dia lebih cantik, lebih seksi dan bergaya modern membuat suami saya lebih tertarik padanya. Ditambah lagi suami saya pun bekerja disini namun berbeda ruangan " rasti kembali membeberkan permasalahan pribadinya pada nita.     

"Rasti " panggil nita, "saya tahu itu akan sangat menyakitkan sekali, tapi berikan saya beberapa waktu untuk mengetahui semua staf lain. Penggantian personil itu bukan hal yang mudah, pasti kamu tahu itu "     

"Saya akan catat ini terlebih dulu " nita menyambung ucapannya, "semoga kamu bisa bersabar untuk beberapa waktu "     

"Baiklah, bu " rasti mengerti dengan kesulitan yang nita hadapi sekarang ini, "saya minta maaf karena telah mempersulit ibu "     

Nita tersenyum tipis, "kamu pasti bisa menghadapi semuanya, jika kalian memang harus berpisah mungkin itu hal yang terbaik untuk kehidupan masa depanmu. Karena mempertahankannya pun akan percuma jika dihati suamimu sudah ada nama wanita lain "     

Rasti tertunduk, "terima kasih ibu sudah memberikan saya kata-kata yang penuh semangat, tapi jika memang tidak bisa menggantinya mungkin lebih baik saya akan mengajukan mutasi "     

"Saya akan coba mengaturnya " nita tidak lantas membuatkannya satu janji, dia sedang mengukur kemampuannya terlebih dahulu agar pergantian ini tidak menimbulkan masalah baru di ruangan.     

"Terima kasih, bu " rasti lalu beranjak dari duduknya dan keluar dari ruangan nita.     

Tarikan nafas nita seperginya rasti dari ruangan kerjanya begitu sangat berat dirasakannya, dia kembali mengusap keningnya memperhatikan satu persatu permasalahan dari tempat barunya itu bermunculan.     

Tidak lama setelah stafnya yang bernama rasti pergi, nita melihat dinar yang berjalan bersama dua orang yang belum dikenalnya.     

"Bu, ini karlin dan esha " dinar memperkenalkan kedua orang tersebut pada nita.     

Wanita modern yang disebutkan oleh rasti itu memang benar-benar cantik, dia sangat layak disebut seorang model dibandingkan menjadi bidan. Dalam pengamatannya pantaslah akan ada laki-laki yang tergila-gila dan rela meninggalkan apa yang mereka miliki hanya untuk mendapatkan wanita cantik seperti karlin.     

Dan esha, wanita berjilbab itu sangat ramah pada nita. Dia orang pertama yang begitu membuat nita merasakan bahwa tatapan dan senyumannya mencerminkan kebaikannya.     

"Hari ini ada pasien apa? " tanya nita pada dinar yang sedang asik mengobrol dengan karlin. Dia tidak melihat rasti, karena nita tahu ketidaknyamanan rasti pada rekan satu tim nya itu.     

"Ibu tenang saja " ucap dinar, "pasien post partum kita sudah pindah ke ruang perawatan, tersisa satu pasien yang sedang dilakukan terminasi karena preeklamsi berat "     

"Baiklah " nita tidak ingin mengganggu mereka yang sedang begitu serius membicarakan sesuatu sampai harus berhenti ketika nita datang.     

Dia berjalan menuju ke dalam ruang tindakan dimana terbaring satu pasien yang disebutkan dinar tadi, dan terlihat esha yang tengah memegang dopler untuk melakukan pemeriksaan pada pasien tersebut.     

Nita lebih mendekat ke arah esha, "apa bunyi jantung bayinya sudah bisa dinilai? "     

Esha menoleh sekali ke arah nita sebelum dia melanjutkan pemeriksaannya, "tiga puluh menit yang lalu saya masih bisa menemukannya, tapi sekarang sepertinya sulit dinilai "     

Nita memperhatikan wajah pasien yang tengah berbaring di atas tempat tidur, lalu dia melakukan pemeriksaan pada konjungtiva pasien.     

Dahi nita berkerut, "apa yang ibu rasakan sekarang? "     

Pasien tersebut tersenyum lemah, "saya hanya merasa pusing dan tidak nyaman di bagian perut "     

"Mungkin pusing karena dia preeklamsi, bu " ucap esha, "tapi saya kesulitan menemukan bunyi jantung bayinya, karena his nya sangat kuat "     

"His? " suara nita pelan, lalu dia menyimpan satu telapak tangannya di atas perut pasien tengah melakukan penilaian.     

"Esha, kamu katakan pada dinar untuk konsul pada dokter andien tentang keadaan pasien ini "     

"Apa yang harus di konsulkan, bu? " tanya esha, "kondisi pasien masih stabil, saya hanya kesulitan mencari denyut jantung bayinya "     

"Saya takut ini solusio plasenta " ucap nita, "konjungtiva pasien terlihat anemis, dan ini bukan his! perutnya menegang dan juga kita kesulitan mencari denyut jantung bayi "     

"Saya lapor dokter andien sekarang juga " esha segera berlari ke meja nurse station untuk menghubungi dokter andien yang masih berada di ruang IBS.     

Nita dengan cepat mengambil sampel darah pasien untuk persiapan operasi dan laboratorium, rasti menghampiri nita yang melakukan tindakan sendirian.     

"Rasti tolong lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital "      

"Baik, bu " rasti segera mendekatkan troli emergensi dan memasangkan sfigmomanometer untuk mengukur tekanan darah pasien.     

"Tekanan darahnya seratus dua puluh per sembilan puluh " rasti melaporkan hasil pemeriksaannya, "bukankah ini normal bu? keadaan umum pasien juga stabil "     

"Tidak seperti itu " nita masih berpikir, "berapa tekanan darah awal pasien datang? "     

"Dua ratus per seratus sepuluh, bu " esha yang menjawab pertanyaan nita tersebut, dia menyodorkan sebuah ponsel ke arah nita.     

"Dokter andien ingin bicara dengan ibu " ucap esha pelan, "dia sepertinya sedikit marah "     

"Marah? " nita mengernyit, lalu dengan cepat dia menerima telpin dari dokter andien.     

"Bidan kanita " panggilnya, "saya tahu kamu pintar, tapi tidak boleh seenaknya membuat diagnosa! "     

"Tapi dokter saya tidak mendiagnosanya dengan pasti karena itu saya konsul pada dokter " ucap nita, "saya melihat dari gejala yang ada pada pasien, preeklamsi berat dengan tekanan darah awal dua ratus baru saja dilakukan penilaian ulang menjadi seratus dua puluh. Apa itu tidak terlalu turun? "     

"Saya minta maaf jika melangkahi dokter membuat suatu diagnosa kemungkinan " nita menyambung ucapannya, "sampel darah sudah di kirimkan ke laboratorium dan denyut jantung janin sulit dinilai "     

"Jadi kamu mau melemparkan tanggung jawab karena kesulitan melakukan penilaian denyut jantung bayi? " sepertinya dokter andien belum bisa menerima apa yang sudah nita konsulkan, "lalu apa saja pekerjaanmu? membaca dan mengobrol di ruanganmu? "     

"Ya ampun wanita ini! " cetus nita dalam hatinya, dia harus beberapa kali menarik nafasnya agar tidak tersulut emosi karena ucapan dokter andien yang memojokannya.     

"Apa dokter akan memberikan advis pada pasien ini? " nita berusaha tidak menghiraukan kata-kata dokter andien yang sedikit menusuk hatinya.     

"Bukankah kamu sudah bilang kalau itu solusio " ucapnya dengan nada tinggi, "ketika saya melakukan operasi pada pasien dan jika hasilnya bukan solusio, kamu harus mempersiapkan tanggung jawabmu karena lalai melakukan observasi pada pasien sehingga menyebabkan intra uterin fetal death! "     

"Baik dokter " jawab nita pendek, dia merasakan tidak akan ada gunanya memiliki emosi yang sama dengan dokter andien harus ada yang mengalah kali ini untuk kebaikan pasiennya.     

"Dorong sekarang juga! " lalu tanpa mendengar konfirmasi dari nita dia menutup sambungan telponnya.     

Nita lalu mengintruksikan pada rasti dan esha untuk melakukan informnt consent pada suami pasien dan mendorong pasien ke ruang IBS.     

"Dokter andien marah sekali tadi di telpon! " ucap dinar ketika dia dan ketiga rekannya itu berkumpul di ruang ganti.     

"Dia marah karena bidan kanita merasa paling tahu semuanya " karlin menanggapi ucapan dinar, "kita itu harus tahu diri, kalau kita cuma pelaksana! "     

"Tapi aku percaya " esha kali ini menjadi orang yang membela nita, "dia bukan semata-mata merasa paling pintar, tapi semua gejala solusio memang terlihat pada pasien tadi "     

"Saya suka karena dia begitu benar dalam pemeriksaan dan bertindak dengan cepat " puji esha.     

"Disini orang pintar akan dibenci " ucap dinar, "dia akan menjadi orang yang tunggal tanpa dukungan siapapun, karena pasti akan menganggap orang lain tidak lebih pintar darinya.     

"Tapi bu kanita tidak terlihat seperti itu " esha tidak sepemahaman dengan kedua temannya itu, "dia orang yang baik! "     

"Esha " panggil rasti, "kita tidak akan pernah mendapatkan pembicaraan positif jika terus mendengarkan mereka, orang yang selalu menganggap teman lain tidak lebih pintar itu justru kamu! "     

Rasti menajamkan pandangannya ke arah dinar, "bilang saja kamu tidak suka ada wanita bijak yang akan membuat perubahan pada tempat kita bekerja kali ini! "     

Tawa kesal dinar muncul, "perubahan seperti apa? dia masuk kesini saja karena dia istri dokter yoga bukan karena kemampuannya! "     

"Terserah apa yang kamu pikirkan saja! " cetus rasti, "simpan untuk dirimu sendiri, jangan mempengaruhi rekan-rekan yang lain! "     

"Sudah jangan ribut seperti ini! " esha melerai adu mulut kedua seniornya itu, dia sesekali menoleh ke arah pintu karena yang dia takutkan adalah jika tiba-tiba nita mendengar pertikaian mereka hanya karena masalah kecil.     

Nita tersenyum kecil setelah mendengarkan semua keributan tentang dirinya di belakangnya, dia hanya sedang memakluminya saja. Dia telah sadar dan mempersiapkan dirinya jauh-jauh hari karena tahu tidak semua orang menyukainya dan sepemahaman dengannya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.