cinta dalam jas putih

Oksitosin Hormon



Oksitosin Hormon

0"Selamat dokter " yoga mendapat ucapan selamat dari dokter andien setelah selesai melakukan pemasangan shirodkar pada nita. Wanita itu melihat wajah yoga yang penuh kekhawatiran bercampur bahagia karena telah dapat melakukan yang terbaik untuk istrinya tersebut.     

"Terima kasih karena kamu telah membantuku " yoga tersenyum ke arah dokter andien.     

"Sudah seharusnya saya membantu " ucap dokter andien, dia kembali mengingat beberapa waktu kebelakang yoga yang sangat dia kagumi untuk pertama kalinya melihat kedua tangannya yang bergetar ketika melakukan tindakan. Hal yang sangat tidak dia percayai melihatnya yang berusaha membuat semuanya berjalan dengan baik, ketika secara tidak sengaja menangkap kumpulan air di ujung mata yoga. Betapa dia berusaha tidak meneteskan air matanya karena di ruang tersebut masih ada orang lain selain dirinya.     

Dokter andien lalu berganti pandangan ke arah nita yang terbaring dengan kedua matanya yang masih tertutup, wanita yang menurutnya hanya seorang biasa seperti wanita lainnya itu begitu berhasil membuat yoga berubah seperti itu. Dia telah membuat yoga tergila-gila padanya.     

"Keadaan umum baik, tanda-tanda vital dalam batas normal dokter " seorang perawat ruang pemulihan melaporkan hasil pemeriksaannya pada yoga yang setelah selesai tindakan tidak beranjak sedikitpun dari samping nita.     

"Terima kasih " ucapnya pada perawat tersebut, dia lalu kembali memandangi wajah nita dan memegang satu tangannya yang begitu terasa dingin.     

Yoga menciumi tangan nita untuk mengalirkan suhu hangat pada tangan nita.     

"Apa kamu merasa kesakitan? " tanya yoga pelan, melihat nita yang belum sepenuhnya sadar meneteskan air matanya. Dengan cepat dia mengusap air mata nita yang berjalan di pelipisnya.     

Yoga mendekat ke arah nita dan berbisik, "sayang, apa yang kamu rasakan sekarang? "      

"Apa kamu masih merasa kesakitan? " tanyanya lagi, "apa kamu bisa mendengar suaraku? "     

Nita bereaksi mendengar bisikan yoga di telinganya, dia masih terlihat kesulitan untuk membuka matanya dan memberikan jawaban pada yoga dengan satu anggukkan kepalanya.     

Yoga tersenyum sedih, "apa kamu maaih merasa kesakitan? "     

Lagi-lagi nita hanya menjawab dengan isyarat, kali ini gelengan di kepalanya menjawab pertanyaan yoga.     

Dia dapat bernafas dengan lega ketika melihat gelengan kepala nita, tetapi kekhawatirannya tidak lantas sepenuhnya hilang. Karena sepertinya nita masih dalam pengaruh narkose umum, dan kedua matanya belum dapat terbuka.     

"Sayang, aku mencintaimu! " bisik yoga kembali, dan menempelkan bibirnya yang tertutup masker di telinga nita.     

"Aku jadi tambah merinding mendengarnya " tiba-tiba mulut nita bersuara walaupun dengan nada pelan dan lemah.     

Yoga terkejut mendengar ucapan nita, dia dengan cepat memastikan nita yang beebicara dan lalu memandangi wajahnya. Kedua mata nita telah membuka, mereka saling bertatapan kali ini.     

"Oppa dokter,,, " nita memanggilnya dengan satu tangannya yang terlihat menutupi mulutnya.     

"Ada apa? "     

"Aku,,, " ucapan nita terjeda, "dimana bengkok,, "     

Yoga semakin mendekat ke arah nita, tetapi justru nita mendorongnya agar sedikit menjauh. Membuat yoga terheran dan kembali mendekat ke arah nita.     

"Jangan mendekat,,, " sepertinya nita tidak dapat menahan rasa mualnya, dia memuntahkan semua dan mengotori pakaian operasi yoga yang belum digantinya.     

Nita yang masih dalam keadaan terbaring memasang wajah yang penuh keterkejutan walaupun masih merasakan ketidak berdayaan pada tubuhnya.     

"Maaf,,, " ucap nita, melihat seragam yang dikenakan yoga basah.     

Yoga tersenyum lebar, "tidak apa-apa " dia lalu membawa sebuah kassa steril untuk membersihkan pipi nita.     

"Kamu masih merasa mual? " tanyanya dengan penuh kesabaran.     

Nita menganggukkan kepalanya, sepertinya perutnya kembali mendorongnya kembali untuk memuntahkannya.     

Yoga menoleh ke arah samping kanan dan kirinya mencari sesuatu untuk menampung apa yang dimuntahkan nita.     

"Pakai ini dokter " suara seseorang muncul dari arah belakang nita.     

Yoga berbalik dan melihat sosok dion berdiri menyodorkan sebuah bengkok dan sekotak tisu padanya.     

"Aku pikir kamu sudah pulang " ucap yoga seraya menerima barang yang dion sodorkan padanya, "bukankah kamu jaga semalam? "     

"Saya akan menunggu sampai ibu dipindahkan ke ruang perawatan dokter " jawab dion, sikapnya aneh kali ini setelah yoga menerima barang yang sengaja dia carikan untuk yoga dengan cepat dia pergi meninggalkan yoga.     

"Terima kasih,,, " ucapan yoga tidak sempat didengar oleh dion karena dia begitu cepat pergi.     

Dion bersembunyi di balik pintu, menyaksikan kesabaran yoga merawat istrinya. Dia sudah berada di balik pintu yang sengaja dibiarkan terbuka itu melihat kekagumannya pada sikap yoga.     

Dia dengan cepat mengusap matanya yang akan mengeluarkan bulir air mata, rasa harunya muncul ketika melihat pimpinannya itu begitu memperlakukan istrinya dengan sangat baik. Dia laki-laki yang terkenal begitu tegas dalam memimpin begitu lembut memperlakukan seorang wanita.     

"Semoga tuhan memberi ujian berat terakhir pada keluarga dokter " ucap dion dalam hatinya.     

Dia yang sudah begitu diberi kepercayaan oleh yoga ketika di awal masuk ke rumah sakit, yoga telah memberikannya banyak ilmu dan terus mendukung pekerjaannya sampai dengan saat ini. Yoga sudah seperti seorang kakak yang baginya.     

"Masih mualkah? " yoga membersihkan pipi nita dengan tisu yang diberikan dion padanya tadi.     

"Sedikit " jawab nita, dia menatap baju yang dipakai oleh yoga yang telah dibuatnya kotor.     

"Baju operasinya,,, "     

"Tidak apa-apa " yoga menyela nita dengan senyumannya, "tinggal aku ganti dengan pakaian lain "     

"Disini kan ada ruang whasrey " sambungnya.     

"Kamu yakin sudah tidak mual? " tanya yoga kembali.     

Nita tersenyum dengan wajahnya yang masih terlihat pucat, "sudah tidak mual "     

"Syukurlah " yoga tersenyum, dia mendekati nita dan memberikan kecupan di keningnya.     

Nita tertegun, dia tidak dapat berkata apapun kali ini.     

"Kamu ibu yang hebat " puji yoga, kali ini dia mencium pipi nita.     

"Pak dokter nanti kalau ada yang datang melihat aku diciumi seperti itu pasti mereka malu " ucap nita, "lagipula aku baru saja muntah pasti tercium bau sesuatu "     

Yoga tertawa kecil, dia semakin sengaja memberikan ciuman di pipi nita bertubi-tubi sampai membuat nita menggeliat karena kegelian.     

Lalu kali ini dia memberi pelukan pada nita agar dia dapat menyalurkan hormon oksitosin yang membuat nita bahagia dan membantu menghilangkan rasa sakitnya.     

"Tapi aku hanya mencium wangi saja " lagi-lagi yoga melontarkan pujiannya, "kamu wanita terhebatku "     

"Iya, sudahlah aku kegelian! " nita berusaha keluar dari pelukan yoga yang membuat kerja jantung dua kali lebih cepat.     

"Terima kasih " ucap yoga masih memeluk nita, dia menyembunyikan wajahnya diantara pundak nita.     

"Terima kasih karena telah rela berkorban untuk calon putri kita " dia kembali berucap.     

Nita tersenyum lebar, tetapi matanya mulai berkaca dan meneteskan air matanya.     

"Kenapa kamu menangis? " yoga dengan cepat menyeka air mata nita.     

"Apa sekarang kamu merasakan kesakitan? " tanyanya kembali, "apa aku terlalu erat memelukmu tadi? "     

"Atau ada perkataanku yang menyakiti hatimu? "      

Nita menghela nafasnya, "tidak ada, semua yang kamu lakukan padaku tidak pernah ada yang menyakitiku justru sebaliknya selalu memberikan kebahagiaan "     

Yoga bernapas lega, "aku akan minta perawat memindahkanmu ke ruang perawatan semula "     

"Aku harus ganti pakaian ini terlebih dahulu "      

Nita menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.     

"Tunggu aku di ruanganmu! " yoga mengecup kening nita sebelum akhirnya meninggalkan nita dan menghilang dari balik pintu.     

Nita tersenyum dengan kedua matanya yang kembali mengeluarkan air mata karena bahagia.     

"Tuhan tahu kamu adalah terbaik untuk hidupku " ucap nita dalam hatinya, "laki-laki yang mencintaiku dengan hati bukan dengan mata,,, "     

"Yang tidak pernah membandingkannya dengan keindahan yang jauh lebih bagus darinya "     

Nita mengusap dengan cepat air matanya agar tidak ada yang melihatnya menangis.     

"Aku akan melakukan apapun untuk kebahagiaanmu,,, "     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.