cinta dalam jas putih

Suara Perpisahan



Suara Perpisahan

0"Apa kabarmu hari ini? " tanya dokter edwin setelah mereka terdiam untuk kedua kalinya.     

"Baik dokter " jawab nita.     

"Bagaimana kabar calon istriku yang berada dalam kandunganmu? " tanyanya lagi.     

"Dia sangat baik " nita tersenyum kecil, "walaupun kemarin hampir akan lahir sebelum waktunya, tapi dia masih senang berada di dalam perut untuk sekarang ini "     

Lalu terdengar kembali tawanya di telinga nita, "iya, dia sama hebatnya denganmu "     

Nita tidak dapat menahan tawanya ketika pujian dokter edwin muncul untuknya.     

"Kamu tidak perlu bertanya tentang kabarku sekarang " ucap dokter edwin penuh dengan percaya diri.     

Nita semakin tidak dapat menahan tawanya, "siapa juga yang akan bertanya seperti itu "     

"Karena jawabannya adalah sedang tidak baik " dokter edwin kembali berucap.     

Seketika tawa nita menghilang dari wajahnya, dia menanggapi ucapan dokter edwin itu dengan serius. Tiba-tiba dia merasakan ketidak nyamanan di dalam perasaannya.     

"Ada apa dokter? " lalu nita memberanikan diri untuk bertanya.     

"Apa aku bisa melihatmu hari ini untuk terakhir kalinya? "      

Kening nita terlihat berkerut wajahnya berubah menjadi seseorang yang penuh dengan rasa ingin tahu.     

"Saya minta maaf dokter " ucap nita, "saya sudah berjanji untuk tidak keluar dari kamar "     

Nita menolaknya dengan cepat, tapi setelah dia berkata seperti itu ada perasaan bersalah muncul dalam hatinya.     

"Iya, aku tahu kamu harus bed rest sekarang ini " dokter edwin memakluminya.     

Nita mendengarkan dengan jelas suara-suara dari ponselnya, dia lalu beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan pelan menuju ke arah jendelanya. Dia menggeser tirai putih jendela kamarnya ke samping tanpa membukanya.     

"Saya bisa melihat dokter dari sini " ucap nita menangkap sosok dokter edwin yang berada di dalam mobil tepat di depan rumahnya.     

Dia tidak menjawab apapun, sepertinya dokter edwin memusatkan pandangannya ke arah jendela dimana nita berdiri. Nita melambaikan satu tangan ke arahnya.      

Walaupun seperti itu, dokter edwin sudah merasa bahagia lengkungan bibir membentuk senyuman terlihat oleh nita walaupun dengan kedua matanya yang terlihat berkaca.     

"Dokter mau pergi kemana sampai mengatakan untuk terakhir kalinya? " tanya nita.     

"Aku akan pergi ke tempat yang sangat jauh besok " jawabnya, "dan sepertinya aku akan menetap tinggal disana bersama dengan nenek disana "     

Nita sedikit mengingat, beberapa waktu yang lalu dia pernah bercerita tentang nenek dokter edwin yang tinggal di negara cina. Salah satu dari keluarganya tinggal disana dan berprofesi sama dengannya sebagai seorang dokter.     

"Kamu tenang saja, aku pergi bukan karena tidak bisa memilikimu " ucapnya, "tapi kondisi nenek sekarang sudah setelah kakek meninggal "     

Nita tertegun dengan ucapan dokter edwin yang lagi-lagi mengungkit kembali perasaannya.     

"Aku mendapat pekerjaan disana " lagi-lagi dokter edwin berucap, "dan aku sangat sedih karena tidak dapat melihat langsung kelahiran calon istriku nanti "     

"Apa nenek dokter juga mencarikan dokter calon istri disana? " pertanyaan nita membuat tawa dokter edwin terdengar kembali.     

Akan tetapi nita melihat dengan jelas dari arahnya dokter edwin yang mengusap sesuatu yang muncul dari matanya, nita tidak dapat memastikan apakah itu air mata atau ada sesuatu yang masuk kedalam matanya.     

"Apa kamu mau menikah denganku? "     

Pertanyaan dokter edwin itu membuat nita tersenyum dalam keterkejutan.     

"Tentu saja tidak " nita menjawab dengan pasti.     

Dia terdiam sejenak setelah memberikan jawabannya, "menikah itu seperti kehidupan, satu kali seumur hidup kita "     

"Benar " dokter edwin setuju dengan jawaban yang nita ucapkan, "karena menurutku juga aku mencintai seseorang hanya pada satu orang dan satu kali dalam hidupku "     

Nita lalu teringat pada tunangan dokter edwin yang tidak dapat diselematkan dalam kecelakaan, yang nita dengar dia sangat menyayangi wanita yang berprofesi sama dengannya itu.     

"Tentu saja aku sudah memprediksi jawabannya " dokter edwin menanggapinya jawaban nita, "kamu pasti akan merindukanku karena hari ini adalah terakhir aku mengganggumu "     

"Kapan dokter akan pergi? " tanya nita.     

"Lusa " jawabnya, "aku punya harapan besar kamu bisa mengantarku untuk terakhir kalinya, tapi aku akan memprioritaskan kesehatanmu "     

"Maka dari itu hari ini aku menemuimu " sambung dokter edwin.     

"Dokter " panggil nita.     

"Ya "     

"Maafkan aku,,, " ucap nita, entah apa yang membuatnya mengatakan hal tersebut. Tetapi dia telah merasa bersalah pada dokter edwin karena penolakan yang lagi-lagi dia ucapkan karena seperti itulah jawaban yang semestinya.     

"Aku tidak menyalahkanmu " ucapnya, "aku yang tidak tahu diri saja terus menerus menyatakan perasaanku padahal aku sangat menghormati dokter yoga "     

"Tapi kamu adalah satu-satunya wanita yang aku sebutkan tadi " dia menyambungkan ucapannya, "bukan yang pertama "     

Nita menggelengkan kepalanya seraya tertunduk menanggapi ucapan dokter edwin padanya.     

"Tapi satu-satunya,,, " lalu dia kembali berucap.     

Nita seketika mengangkat wajahnya, kedua mata mereka saling memandang dari kejauhan.     

"Dokter! "     

"Tidak apa-apa " lalu tawanya terdengar, "inikan terakhir aku bisa menggodamu, jadi aku akan mengatakan semuanya padamu "     

Kedua mata nita seketika berkaca, jantungnya bekerja lebih cepat.     

"Pertama aku bertemu denganmu, aku merasa kamu wanita cantik yang selalu menebar pesona. Aku tidak suka denganmu yang tidak terlihat pintar dan bekerja karena dekat dengan pejabat penting " jelasnya, "tapi ternyata, kamu jauh lebih pintar dari yang orang-orang sebutkan. Kamu tidak menyombongkannya, aku tertarik dengan bicaramu yang lemah lembut tapi tegas itu memperlihatkan bahwa kamu tidak lemah dan mempunyai prinsip "     

"Sudah hentikan " nita menyela, dia tertawa tetapi air matanya menetes.     

"Sebentar lagi hidungku pasti terbang karena terus menerus dipuji seperti itu! "     

"Kamu memang layak dipuji seperti itu,,, " ucap dokter edwin, "dokter yoga orang yang tepat untukmu "     

"Aku menangis dokter! " cetus nita, dia tidak bisa menahan tangisannya.     

"Tidak bisakah dokter menjadi kakakku? "      

"Kalau aku menjadi kakakmu aku tidak bisa menikahimu " dokter edwin menolaknya.     

Nita tertawa, dia menghapus air matanya. Disisi lain dia senang karena mendapat teman bicara yang membuatnya tertawa, disisi lain dia merasa tersudut karena ungkapan perasaannya yang kesekian kali begitu membuatnya tidak dapat menghilangkan rasa sedihnya.     

Nita sedih bukan karena menangisi kehidupannya yang telah menjadi lebih istri yoga sebelum dia bertemu dengan dokter edwin. Tapi dia adalah wanita melankolis yang jika mendapati seseorang yang tidak dapat memiliki cintanya dia akan sangat sedih begitu saja.     

"Apa dokter tidak akan pernah kembali? " tanya nita.     

"Kalau kamu yang memintanya aku akan kembali dengan cepat " jawabnya.     

Nita menutup mulutnya agar dia tidak bersuara ketika menertawakan dokter edwin.     

"Aku pernah mengirimmu pesan ketika kamu akan melakukan pemasangan shirodkar " ucap dokter edwin.     

"Pesan sebelum pemasangan shirodkar " ucap nita pelan.     

"Aku tahu dokter yoga yang membalas pesannya "      

Kedua mata nita membulat ketika dia tahu yoga yang membalas pesannya, dia sama sekali tidak tahu isi pesan yang dokter kirimkan untuknya.     

Nita lalu tersenyum, karena yoga sama sekali tidak berpikiran lain tentang pesan yang dokter edwin kirimkan untuknya. Suaminya itu memang yang terbaik karena dia tidak pernah memiliki pemikiran negatif padanya.     

"Tenang saja, isi pesannya bukan hal yang aneh " dokter edwin memberikan penjelasan, "aku hanya mengucapkan penyemangat saja "     

Nita bernafas lega ketika dokter edwin menjelaskan tentang isi pesan yang dia kirimkan, dia lalu dapat tersenyum.     

"Dokter " panggil nita, "nanti jika nenek dokter mengenalkan calon istri dokter dan dokter menyukainya jangan lupa beritahu kami yang berada di indonesia "     

"Saya mau lihat pasti wanita itu setiap hari di beri ucapan gombal oleh dokter! " sambung nita.     

Tawa dokter edwin kembali terdengar di telinga nita.     

"Aku cari dulu yang seperti kamu! "      

Nita tersenyum menggelengkan kepalanya menanggapi kriteria wanita yang dia inginkan.     

"Jaga dirimu baik-baik " ucap dokter edwin kembali, "aku akan pamit sekarang, supaya kamu bisa memakan sarapanmu "      

"Karena kalau hanya segelas susu tidak akan cukup " sambungnya.     

Nita tersenyum, "dokter juga jaga diri dengan baik, sukses selalu di tempat kerja yang baru "     

"Semoga tuhan memberikan kesehatan pada dokter dan keluarga dokter disana " nita menyambungkan ucapannya.     

"Terima kasih doanya " ucap dokter edwin, "apa aku boleh melihat lagi wajahmu dari sini beberapa waktu lagi? "      

"Tentu saja " nita melambaikan tangannya ke arah dokter edwin yang juga melambaikan tangan ke arah nita.     

Hal sebenarnya yang membuat dokter edwin menemui nita sebelum pergi, dia bermimpi membawa nita ditengah-tengah keluarganya yang memiliki latar belakang yang berbeda. Seluruh keluarganya yang adalah keturunan cina begitu menyukai nita, padahal dia sangat tahu keluarganya itu sangat pemilih.     

Tapi itu hanyalah sebuah mimpi, dia tahu nita bukanlah wanita yang harus dia kejar lagi. Dia telah menjadi milik orang lain yang sangat berjasa padanya mengajarkan hal yang dia tidak pernah lakukan.     

"Aku mencintaimu,,, " ucap dokter edwin pelan, dia tidak ingin nita mendengarnya cukup hanya dia saja yang tahu.     

"Selamat tinggal " dia lalu menutup telponnya dengan cepat dan lalu segera menghidupkan mesin mobilnya.     

Nita memandangi mobil dokter edwin yang melaju menjauhinya, nita masih terus memegangi ponsel miliknya dengan pandangan yang tetap kedepan.     

"Kamu kenal dengan orang yang berhenti di depan rumah tadi? "     

Bibir nita tidak dapat terkatup ketika mendengar suara ibu mertuanya yang menanyakan sosok dokter edwin, sepertinya dia mencurigai mobil yang berhenti di depan rumah dan ketika ke kamar tidur mendapati nita yang tengah bicara dengan seseorang di ponselnya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.