cinta dalam jas putih

Cerita Alvar



Cerita Alvar

0"Bulan depan kamu ambil cuti beberapa hari " ucap yoga masih memeluk nita di atas tempat tidur, anak-anak mereka belum juga muncul setelah dua jam yang lalu mereka ijin untuk pergi ke mini market.     

"Cuti? " nita terheran, "memangnya ada acara apa? " dia tidak pernah mengambil cuti dengan jadwal yang begitu mendadak.     

Yoga mempererat pelukannya, dia mencium kening nita.     

"Kita pergi ke suatu tempat yang pernah kita kunjungi dulu " jawabnya, "tapi, hanya berdua saja! "     

Nita tersenyum lebar, "tumben sekali mau mengajak jalan berdua "     

"Anak-anak sudah besar, mereka sulit untu dibawa bermain " ucap yoga, "jadi lebih baik aku ajak istriku saja "     

"Kita menginap satu malam bagaimana? " yoga merencanakan sesuatu hal kembali setelah dia merencanakan mengajak nita untuk ikut menemani yunna menonton konser idolanya.     

"Menginap " ucap nita pelan, dia lalu berpikir mungkin yoga sekarang ingin mulai mengurangi kesibukannya dan lebih banyak meluangkan waktu dengannya.     

"Aku ikut saja " ucap nita beranjak dari tidurnya, "cepat pakai bajunya pak dokter, anak-anak sepertinya sudah datang! "     

Nita mendengar suara mobil yang memasuki halaman rumahnya dan tidak terdengar lagi setelah beberapa menit.     

"Jangan sampai belum berpakaian dan terlihat oleh yunna! " nita memberikan peringatan pada yoga sekali lagi sebelum dia keluar dan menutup pintunya.     

Yoga tertawa kecil menanggapi sikap nita padanya, dia masih tidak berubah sampai saat ini. Bahkan menurutnya wajah nita tidak sedikitpun berubah, masih sama seperti ketika pertama menikah.     

"Kenapa mereka pulang cepat sekali! " ucap yoga pelan, dia memakai kembali pakaiannya sesuai dengan perintah ibu negara yang paling dia sayangi itu.     

Nita melangkahkan kakinya menuju ke ruang depan, karena suara keributan dari yunna terdengar.     

"Aku tidak bisa menerima ayah marah padaku karena aku membuat elma menangis " nita mendengar suara alvar yang bercerita pada seseorang, "elma jatuh karena dia tidak hati-hati berjalan, bukan aku yang sengaja membuatnya jatuh! "     

"Kamu harus bisa menerima kalau kamu adalah seorang kakak, jadi ayahmu itu mempercayaimu menjaga adikmu " kali ini suara axel terdengar oleh nita.     

"Kak, aku dengar ayah dan ibuku ribut dan lalu ibuku menyebut kalau aku ternyata bukan anak kandungnya " nada bicara alvar menceritakan ini begitu berat dan sepertinya membuat dia merasa sedih kembali menceritakannya.     

Axel terdiam, dia tahu memang ibu kandung alvar yang adalah sahabat dari nita telah meninggal setelah satu tahun dia melahirkan alvar.     

Bahkan axel begitu mengenal aline ketika masih kecil dulu, dia selalu bertemu dengan nita ketika selalu mengeluh merasakan kesakitan pada dadanya.     

"Kamu mungkin salah dengar " ucap axel menyimpan tangannya di pundak alvar, "bicara ketika sedang marah memang akan kacau dan apa yang tidak ingin dikatakan pasti keluar! "     

"Tapi, sepertinya aku memang bukan anak ibuku. Dia selalu berbeda ketika merawatku dan adikku " ucap alvar, "dia lebih sayang adikku, sepertinya dia tidak peduli apa yang aku lakukan "     

"Tidak boleh berpikiran jelek seperti itu " axel memperingatkan alvar, "dosa jika kita menuduh sesuatu yang belum kita ketahui pasti kebenarannya "     

Axel tidak akan pernah membiarkan alvar berprasangka buruk tentang ibu sambungnya, karena dia pun bukan putra kandung nita tetapi dia sama sekali tidak pernah merasakan hal yang sama seperti alvar.      

Baginya nita adalah ibu yang selalu dia sayangi dan dia hormati selamanya.     

"Coba lakukan ini supaya kamu tenang ketika sedih dan marah " axel membantu alvar menyilangkan kedua tangan di dadanya.     

"Coba tepuk " dia mengajarkan alvar untuk menepukkan telapak tangan yang berada di pundak alvar.     

"Lakukan itu setiap kali kamu sedih dan marah " axel menyambung perkataannya.     

"Kalau kamu masih belum merasa tenang, datanglah kesini. Ini rumahmu juga " axel dengan senang hati akan mendengarkan semua keluh kesah alvar yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.     

Nita terdiam, karena matanya sudah dipenuhi oleh genangan air mata. Dia meremas dada sebelah kanannya yang terasa begitu sesak dan menyakitkan.     

Bulir air matanya turun ketika dia harus mendengar putra dari sahabatnya itu diperlakukan seperti itu oleh ibu sambungnya. Dia merasa pasti alvar akan merasakan kebahagiaan yang lebih dari hari ini jika aline masih hidup dan melihat alvar tumbuh.     

"Aline putramu sudah tumbuh menjadi anak yang baik,, " nita sudah menutupi bibirnya agar tangisannya tidak terdengar oleh axel dan alvar yang sedang bicara di depan halaman rumah.     

Nita semakin terisak ketika mengingat bagaimana di waktu terakhirnya dia melihat aline yang harus menyerah pada penyakitnya dan pergi untuk selamanya. Sahabat terbaiknya itu tidak akan pernah dia temui lagi, dan yang bisa dia lihat secara nyata saat ini adalah putra aline, alvar.     

"Kita semua pasti sedih mendengar kenyataan pahit seperti itu,,, " suara yoga terdengar dibelakang nita, dia memeluk nita yang masih dalam tangisannya.     

Yoga memberikan nita sebuah pelukan di saat wanita paling berarti dalam hidupnya itu sedang bersedih ataupun marah.     

"Tapi alvar laki-laki dia pasti bisa mengatasinya " sambung yoga masih memeluk nita.     

Perlahan pelukan yoga membuat nita merasa nyaman, air matanya mulai menyurut. Dia menghapus sisa air mata yang membasahi pipinya, dan masih memandangi axel dan alvar dari balik jendela rumah.     

"Tidak semua wanita akan dengan mudah menyayangi anak yang lahir bukan dari rahimnya " ucap yoga, "mereka akan lebih sensitif ketika ada kesalahpahaman sedikit "     

Nita terdiam ketika yoga mengatakan hal yang sebenarnya sangat mirip dengan kehidupannya, tapi mereka sangat begitu berbeda. Jika nita menyayangi axel dengan mudah tidak dengan kia yang menikah dengan adit setelah aline meninggal.     

"Melihat ini, membuat aku merasakan keberuntungan yang sudah tuhan berikan " ucap yoga, "aku seharusnya tidak pernah berhenti mengucapkan terima kasih padamu karena kamu mau menerima axel dan menyayanginya melebihi kamu menyayangi diri sendiri... "     

"Tuhan menciptakan semua wanita sama pada awalnya, tetapi menjadi berbeda dari cara berpikir dan menerima sebuah cinta itu dari pola asuh dari orang tuanya "      

Nita semakin terdiam, dia membenarkan apa yang telah dikatakan oleh yoga kali ini.     

"Kamu tahu? aku bisa menebak apa yang sedang terlintas dalam pikiranmu sekarang " yoga lalu berbisik ke telinga nita yang masih terdiam karena beberapa saat yang lalu dia berurai air mata mengingat aline.     

"Apa? " wajah nita terlihat tegang, yoga tiba-tiba bicara seolah dia tahu apa yang sedang nita pikirkan.     

"Tapi sepertinya aditya tidak akan memberikan putranya pada kita, dia juga pasti menyayanginya " yoga kembali berucap pada nita, "kamu tahu kia itu sedang hamil, mungkin perasaannya sedikit sensitif "     

"Ini hanya sebuah kesalahpahaman saja, nanti alvar juga akan mengerti " sambung yoga.     

Dia lalu memperlihatkan sebuah pesan singkat dari ponselnya dari aditya.     

"Kenapa dia bisa tahu apa yang aku pikirkan tadi? " nita bertanya dalam hatinya.     

Dia terheran ketika beberapa saat yang lalu dia ingin membawa alvar untuk tinggal bersamanya, yoga selalu bisa membaca pikirannya.     

"Jangan aneh kenapa aku bisa menebak pikiranmu " ucap yoga seraya tersenyum tipis, dia sudah begitu lama hidup bersama dengan nita. Semakin lama dia bisa mengerti nita dan tahu apa yang dirasakannya.     

Dari sudut lain tampak yunna dan ellen yang berjalan menuju ke ruang depan, mereka berhenti ketika melihat orang tua mereka saling memeluk seperti itu.     

"Ihh, ayah sama ibu kayak anak muda pelukan terus! " yunna senang melihat kedua orang tuanya bahagia seperti itu.     

Ellen tersenyum sedih, "aku punya cita-cita mencari suami seperti ayah yoga "     

Yunna mengerutkan dahinya dan menoleh ke arah ellen, "kak ellen jangan merebut ayah dari ibu! "     

"Ya ampun princes yu " ellen terbelalak, "aku malin kundang banget kalau seperti itu, masa aku mengkhianati kebaikan ibu yang seperti seorang peri itu "     

"Siapa tahu kak ellen mau jadi da kyung " tebak yunna, "pelakor paling viral abad ini! "     

Ellen menahan tawanya, dia tidak pernah berpikiran jahat seperti yang yunna katakan.     

Walaupun dia cantik dan terkenal dia tidak pernah menyukai barang milik orang lain dan dia tidak suka miliknya pun diambil oleh orang lain.     

"Kak ellen sama prince A saja! " cetus yunna, "dia masih jomblo imut sepanjang tahun ini "     

Wajah ellen seketika memerah ketika yunna menyebut nama axel, dia tidak pernah bermimpi axel menjadi pasangannya walaupun sebenarnya itu yang dia inginkan. Tetapi sepertinya axel tidak pernah menganggapnya lebih dari seorang sahabat...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.