cinta dalam jas putih

Heartburn



Heartburn

0Nita berjalan menuju ke tempat kerjanya setelah perutnya kenyang karena dokter edwin memaksanya untuk makan siang yang banyak sekali.     

Di tengah perjalanan dia melihat seorang wanita yang baru saja keluar dari instalasi farmasi tengah merasakan kesakitan karena dia memegangi perutnya dan mencoba mencari pegangan.     

"Dokter tidak apa-apa? " nita dengan cepat mendekat ke arah wanita yang memakai jas putih berlengan pendek membuat nita yakin bahwa dia adalah seorang dokter.     

"Perut saya kram " ucapnya sambil mencoba menahan rasa sakitnya.     

Nita dengan cepat meraih tangan wanita itu dan membantunya untuk duduk di kursi yang berada tidak jauh dari mereka.     

"Saya akan bawakan kursi roda dan mengantarkan dokter ke instalasi gawat darurat agar mendapatkan pengobatan " ucap nita setelah dia memastikan wanita yang kesakitan itu sudah aman dan dia akan membawa kursi roda untuk membawanya ke ruangan yang bisa membantunya mendapatkan pengobatan.     

"Aku sedang hamil " dia memberitahukan pada nita yang sudah membawakannya kursi roda dan hendak membawanya ke instalasi gawat darurat.     

"Jadi sebaiknya aku di bawa ke ponek saja " sambungnya.     

Nita tersenyum, "baik dokter, kebetulan saya bekerja di ruangan ponek "     

"Saya akan membawa dokter ke ruang ponek sekarang " sambung nita.     

"Apa sekarang ada perdarahan dokter? "     

"Tadi pagi saja ada flek " jawabnya, "saya residen obgyn disini "     

"Maaf dokter saya tidak tahu kalau dokter residen obgyn yang baru " nita dengan cepat memperbaiki sikapnya.     

"Saya baru melihat dokter varda saja kemarin " sambung nita.     

"Iya, dia junior saya " jawabnya.     

Nita tersenyum tipis memandangi residen obgyn yang memiliki paras cantik dan tubuh yang proporsional. Dia seperti seorang model yang pintar dan menggeluti dunia kesehatan.     

Melihat kecantikannya membuat nita terkagum dan dia yakin bahwa laki-laki yang memilikinya sangatlah beruntung.     

"Kamu panggilkan saja edwin, dan bilang saya ada di ruang ponek sekarang " ucapnya pada nita ketika telah berpindah dari kursi roda ke tempat tidur khusus pasien.     

'Edwin??? ' celetuk nita dalam hatinya.     

Dia terkejut sekali ketika reside yang lain selalu memanggil dengan sebutan dokter edwin dan wanita cantik itu hanya memanggil namanya saja.     

Membuat nita semakin penasaran dengan sosok residen cantik yang sedang hamil itu.     

"Tadi aku lihat dia masih ada di poliklinik kebidanan " ucapnya lagi pada nita yang seolah sangat tahu sekali dimana keberadaan koko nya yang baru saja makan siang dengannya di poliklinik.     

Nita tersenyum, "baik dokter, saya akan telpon dokter edwin sekarang "     

"Kak yeslin " lalu muncul satu lagi wanita yang sudah nita kenal sebagai dokter varda, residen yang akan bertugas di tempatnya bekerja selama dua minggu ini.     

"Aku kan sudah bilang kakak di kamar saja hari ini! " ucapnya pada wanita yang baru nita tahu dia bernama dokter yeslin.     

"Dokter varda " nita memutuskan pembicaraan mereka berdua.     

"Apa saya telpon dokter edwin sekarang? " tanya nita.     

"Biar saya saja yang telpon " jawab dokter edwin.     

"Apa sekarang ada perdarahan? " tanyanya pada yeslin.     

"Ada "     

"Siapkan saja infus jaga bidan nita " dokter varda lalu memberikan sebuah instruksi pada nita untuk menyiapkan semua alat-alat yang dibutuhkan untuk pemasangan infus sementara dokter varda menghubungu dokter edwin.     

"Siapa nit? " tanya zhemi pada nita melihat kedua wanita cantik dengan jas putih itu.     

"Residen baru " jawab nita sambil menyiapkan semua alat-alat.     

"Cantik-cantik banget mereka! "     

Zhemi memekik pelan mengagumi kecantikan dua wanita itu.     

"Aku jadi iri " zhemi menarik nafasnya dalam-dalam, "kenapa coba mereka itu sudah cantik, pintar- pintar juga! "     

"Kalau jadi dokter itu pastilah gak mungkin dengan kepintaran yang pas- pasan "     

Nita tersenyum lebar seraya menggelengkan kepalanya.     

Dia hanya sesekali memandangi wanita yang cantik itu dengan kagum, melihat dia begitu akrab sekali dengan koko nya membuat nita merasa dirinya bukan apa-apa jika harus fi bandingkan dengannya.     

"Dokter mau langsung dipakaikan infus sekarang atau tunggu dokter edwin datang? " nita yang sudah selesai menyiapkan alat-alat infus yang tadi diminta untuk dia siapkan.     

"Karena ada perdarahan sebaiknya kakak di infus ya? " tanya dokter varda pada yeslin yang sedang terbaring di tempat tidur pasien.     

"Iya "     

Nita lalu menyiapkan sebuah jarum abocath nomor dua puluh lalu menusukkan giving set ke cairan ringer laktat yang sudah di siapkannya.     

Setelah semua yang disiapkan nita memasangkan sebuah torniquete di pergelangan tangan yeslin mencari pembuluh darahnya dan di oleskannya dengan kapas alkohol.     

"Kenapa tiba-tiba perdarahan? " dokter edwin datang tepat waktu ketika nita sedang menusukkan jarum abocath di pembuluh darahnya.     

"Aku tidak tahu! " yeslin meringis kesakitan ketika jarum menusuknya.     

Satu tangannya yang lain memegang dengan erat tangan dokter edwin dan dia menyembunyikan wajahnya ke arah dokter edwin yang berdiri di sebelahnya.     

"Yeslin... " dokter edwin memanggilnya pelan ketika melihat nita yang sedang memasangkannya infusan dan telah selesai.     

Dia terlihat sedang memasangkan beberapa plester agar infus yang dipasangnya tidak terlepas.     

"Sudah selesai dokter yeslin " nita berkata sambil memperlihatkan senyumannya pada yeslin dan juga dokter edwin.     

Ujung matanya melihat wanita itu memegang tangan suaminya, tapi dia berusaha untuk tetap tenang dan biasa saja.     

Nita juga tahu dokter edwin memperhatikannya, tapi nita hanya berpikir untuk bersikap profesional di tempat pekerjaannya jadi dia harus menyingkirkan keegoisannya.     

"Ah, kak yeslin mah mau pegang dokter edwin! " celetuk dokter varda yang bisa di dengar oleh nita yang memisahkan alat-alat disposible yang dipakainya tadi.     

"Jangan sampai cinta lama belum kelar bersemi lagi di stase obgyn! "     

Nita mengerutkan dahinya mendengar itu, seperti ada sesuatu yang membuat hatinya perih dan sedikit sakit.      

Sakit yang tidak berdarah ketika tahu bahwa wanita cantik dan sempurna itu ternyata adalah bagian masa lalu dokter edwin selain wanita bernama kanita.     

'Ternyata mantan pacarnya banyak sekali! ' cetus nita dalam hatinya.     

Dia mencoba mengusap dadanya agar tetap legowo dan sabar serta sadar diri. Bahwasannya dia sangat tahu jika laki-laki keren setingkat dokter edwin pastilah akan sangat tenar di masa jayanya dulu. Dan jika dokter cantik itu pernah menjalin hubungan dengan dokter edwin dia menyayangkan sekali kenapa mereka tidak menikah, padahal nita merasa mereka adalah pasangan yang paling serasi jika menikah.     

"Hati-hati nita heartburn menyerang! " cetus zhemi ketika nita mencuci tangannya setelah melakukan tindakan.     

Nita mengernyit dan dia melihat ke arah zhemi yang sedari tadi melihat dokter yeslin yang masih memegangi tangan dokter edwin.     

"Cemburu itu menyebabkan asam lambung naik ke atas dengan gejala terasa terbakar panas di sekitar dada terus menjalar ke seluruh tubuh sampai otak! "     

Nita tertawa kecil mendengar sindiran zhemi padanya ketika dia sedang memberitahukan pada nita bahwa suaminya itu bersikap sangat baik bahkan terlalu berlebihan kebaikannya pada juniornya.     

Hal yang seharusnya tidak perlu di perlihatkan di depan semua staf, walaupun mungkin fiantara keduanya masih memiliki secuil perasaan tapi terhalang oleh status masing-masing yang sudah memiliki pasangan.     

"Terima kasih karena kamu selalu memperlakukan aku dengan baik " yeslin bicara pada dokter edwin yang masih mau mengantar ke ruang perawatan.     

"Hati-hati jangan sampai kamu kembali mengalami keguguran " dokter edwin memberikannya sebuah nasehat, "sebaiknya kamu bed rest untuk beberapa hari dan jangan pikirkan apapun "     

"Nanti aku akan telpon suamimu dan bilang kalau kamu sedang di rawat disini "     

"Jangan, nanti mengganggu pekerjaannya " yeslin menolak ketika dokter edwin akan menghubungi suaminya.     

"Apa kamu akan keberatan kalau aku terus meminta pertolonganmu? " tanya dokter yeslin.     

Dokter edwin tertegun, "tentu saja tidak, tapi bukan begitu maksudku "     

"Yeslin " panggilnya setelah menghela nafas.     

"Aku sudah pernah bilang kalau aku sudah menikah " ucapnya, "aku sama sekali tidak akan pernah keberatan jika kamu meminta pertolonganku "     

"Bahkan istriku juga telah dengan baik menolongmu "     

Yeslin mengerutkan dahinya, dan dia sedang memikirkan seseorang yang sedang dibicarakan oleh dokter edwin.     

"Dia yang sudah memasang infus padamu tadi " lalu dokter edwin memberitahukannya.     

"Nita itu istriku, jadi aku merasa tidak enak hati walaupun dia pasti tidak akan marah melihatmu begitu dekat sekali denganku "     

"Iya, bidan itu... " ucap yeslin akhirnya ingat pada nita yang dengan sangat baik dan peduli membawakannya kursi roda dan dengan cepat membawanya ke ponek.     

"Dia memang sangat baik, karena dia orang yang pertama melihatku sedang kesakitan tadi "      

"Dia memang orang yang baik " ucapnya lagi sambil memperlihatkan senyuman untuk menyembunyikan kekecewaannya kali ini.     

Karena ternyata dokter edwin sudah memperingatkannya secara tidak langsung jika mereka tidak boleh terlalu dekat seperti dulu.     

"Kalau istrimu marah karena melihat aku memegang tanganmu tadi, biar aku yang jelaskan padanya " ucap yeslin.     

"Aku mau istirahat sekarang... " dia lalu memalingkan wajahnya ke arah samping dan meminta dokter edwin untuk pergi meninggalkannya sendiria.     

"Istirahatlah " ucapan terakhir dokter edwin sebelum akhirnya dia meninggalkan ruangan yeslin dan membiarkannya sendirian untuk beristirahat.     

Dia merasa cobaan dari tuhan padanya ketika dia sedang mencoba untuk berumah tangga dengan baik terlalu sulit baginya.     

Dokter edwin melihat sosok nita yang sedang berdiri menunggunya di samping mobilnya, dia tersenyum ke arahnya yang berjalan ke arahnya. Sikapnya seperti memperlihatkan pada dokter edwin bahwa tidak hal yang merubahnya sekarang ini...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.