cinta dalam jas putih

Panggilan Tidak Terjawab



Panggilan Tidak Terjawab

0"Jangan lihat seperti itu koko! " ucap nita ketika sampai di rumah dan berada di ruang tidur.     

Dokter edwin sedang mengoleskan luka di leher kimi dengan antiseptik dan menutupnya dengan plester luka.     

"Tidak apa-apa koko... " nita mencoba meyakinkan dokter edwin.     

"Iya, karena dulu kamu pernah di patuk ular dan pernah melewati lembah yang penuh dengan lintah " ucap dokter edwin sambil memandangi nita.     

Nita tertawa kecil, "ahhh, suamiku perhatian sekali sih! "     

Dia memeluk dokter edwin dan bersikap manja.     

"Sampai semua yang pernah aku ceritakan koko ingat! "      

"Tentu saja aku ingat, aku mendengarkan semua ceritamu " dokter edwin menanggapinya dengan nada kesal karena dia masih khawatir dengan kejadian yang menimpa nita tadi.     

Itu semakin membuatnya merasa tidak bisa membiarkan nita di luar pengawasannya, walaupun dia tahu nita kuat dan bisa mengatasi semuanya.     

"Sekarang kamu harus istirahat dan tidur " lalu dia memberikan perintah pada nita.     

"Koko ini masih sore, kenapa aku harus tidur! " nita merengek menolak untuk tidur di sore hari.     

Walaupun sebenarnya kepalanya sedikit pusing karena tadi dia harus berada di bawah terik matahari selama berjam-jam. Tapi nita masih bisa menahannya, jika dia harus tidur nita yakin pasti akan membuatnya malas untuk melakukan apapun.     

"Jangan pikirkan key dan ellen " ucap dokter edwin, "mereka sudah besar, dan ada istri pak tito yang menyiapkan makan malam mereka "     

"Aku harus kembali ke rumah sakit satu jam lagi, ada operasi mioma yang harus aku lakukan "     

"Iya " nita menganggukkan kepalanya dan melepaskan pelukannya.     

Dia melihat dokter edwin yang masuk ke dalam kamar mandi.     

Tidak lama setelah itu dia muncul dan berpakaian rapi untuk kembali ke rumah sakit dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.     

Nita beranjak dari tempat tidur dan mendekat ke arah dokter edwin, dia mencium parfum hugo boss botled. aroma vanilla lembut eksotis, dipadu harum woody yang maskulin dan disusul kesan wangi apel yang membuat dokter edwin terlihat gentlemen tapi manis.     

Membuatnya ingin memeluk dokter edwin.     

"Koko, apa boleh aku ikut saja? " nita memeluk punggung dokter edwin yang sedang merapikan rambutnya.     

"Aku tidak apa-apa kalau harus menunggu di mobil... " sambung nita memejamkan matanya dan mencium wangi parfum yang menempel di pakaian dokter edwin.     

"Kamu harus istirahat setelah mengalami kejadian menegangkan tadi " ucap dokter edwin pada nita yang masih terus memeluknya.     

"Aku mau ikut.... " lagi-lagi dia merengek manja pada dokter edwin.     

"Key sudah mulai sibuk dengan sekolahnya, dan aku jadi sendirian di rumah besar ini! "      

Dokter edwin tersenyum mendengar nita yang selalu manja padanya itu, dia berbalik ke arah nita merapikan rambut-rambutnya.     

"Seharusnya aku cepat-cepat punya banyak anak supaya aku ada kesibukan! "      

Dokter edwin tertawa kecil, "kita kan sedang berusaha membuatnya, dan tidak bisa dengan cepat mendapatkannya "     

"Iya, karena aku belum sembuh juga "      

"Aku temani sebentar sampai kamu tidur " dokter edwin membawa nita kembali ke tempat tidur agar nita berbaring dan istirahat.     

"Nanti baju koko kusut "      

"Tidak apa-apa, nanti bisa ganti baju lagi " dia bersikeras untuk menemani nita.     

Nita akhirnya berbaring di tempat tidur dalam pelukan dokter edwin dengan tatapan kosong. Dia merapikan rambut-rambut nita yang berada di keningnya.     

"Apa yang kamu pikirkan? " tanya dokter edwin.     

Nita tersenyum kecil, "koko... "     

Nita memainkan jari-jarinya di kancing kemeja dokter edwin.     

"Kenapa tiba-tiba aku takut kalau nanti setelah melahirkan akan sama seperti wanita muda tadi... "     

"Koko malah asik dengan pekerjaan, nanti aku ditinggalkan sendirian mengurus bayi padahal aku sedang kesakitan " ucap nita.     

Dokter edwin tersenyum lebar mendengar perkataan nita.     

"Kamu mau seperti aku seperti apa? " tanya dokter edwin, "kamu kan tahu pekerjaan itu menyita setengah kehidupanku "     

"Tapi aku usahakan untuk mengutamakanmu " sambungnya.     

Nita tertawa kecil, "kenapa kita jadi bicara ngawur seperti ini "     

Dokter edwin mengusap kening nita dengan lembut.     

"Apa ini artinya kamu akan bertahan denganku selamanya? " tanya dokter edwin pada nita, "aku tidak bisa memberikan janji yang indah karena pekerjaanku tidak pernah bisa di prediksi "     

Nita tersenyum lemah, "kenapa koko bilang begitu, semoga saja koko tidak bosan dengan aku nanti... "     

"Manja, tidak pernah bisa hati-hati, dan selalu membuat koko kesusahan "     

"Tapi kenapa justru itu yang membuat aku merasa menjadi laki-laki yang benar-benar di butuhkan oleh pasanganku sendiri " ucap dokter edwin.     

Dia melihat nita yang perlahan-lahan seperti merasakan berat di kedua matanya untuk membuka dan dia tertidur.     

"Kalau aku tidak bertemu dengan kamu mungkin sampai dengan sekarang aku hanya akan memikirkan diri sendiri " ucap dokter edwin lagi dengan pelan.     

"Aku sudah ketergantungan padamu, karena kamu mengajarkan aku bagaimana rasanya berbagi dengan pasangan kita "     

Dia beranjak pelan dari samping nita yang sudah terlelap, memberikan sebuah kecupan di kening nita sebelum dia kembali ke rumah sakit untuk melanjutkan pekerjaannya.     

Dia sudah berada di dalam mobilnya tapi teringat sesuatu, dokter edwin kembali masuk ke dalam rumah dan menemui putranya key.     

"Daddy mau titip sesuatu padamu " ucap dokter edwin pada key yang sedang berada di dalam kamarnya mengerjakan tugas sekolahnya.     

"titip apa? "     

"Nanti minta sama bibi untuk mengantarkan makan malam ke kamar mommie, dia sedang istirahat karena tadi ada kejadian yang sangat menakutkan "     

"Kamu harus pastikan mommie kamu makan makanannya "     

"Siap daddy! " key menyimpan satu telapak tangannya di kening membentuk sikap hormay pada seorang komandan.     

"Daddy harus ke rumah sakit karena masih ada pekerjaan yang harus di selesaikan "     

"Hati-hati daddy "     

"Iya "      

Dokter edwin merasa tenang setelah dia meminta pertolongan pada key untuk menjaga nita selama dia masih melakukan operasi di rumah sakit.     

Sesampainya di ruang operasi setelah dokter edwin mengganti seragam khusus untuk operasi.     

Dia melihat ponselnya untuk sebelum masuk ke ruang operasi dan memakai sarung tangan steril.     

Tiba-tiba dia merasa ingin melihat foto nita yang berada di ponselnya itu, senyumannya muncul karena dia malu menyadari sikapnya yang tiba-tiba merasa jika sekarang ini justru dialah yang tidak bisa berlama-lama untuk berjauhan dengan nita.     

"Kamu sudah informent consent keluarga pasien kalau kita akan melakukan miomektomi abdominal, mengingat jaringan mioma yang ukuran besar dan lebih dari satu " ucap dokter edwin pada dokter faiz yang menjadi asistennya kali ini.     

"Sudah dokter "      

"Bagaimana dengan persiapan darah? " tanya dokter edwin lagi.     

"Ada dua labu di persiapkan untuk operasi kali ini "      

"Sebaiknya kita mulai saja " dokter edwin yang sudah melihat pasiennya itu dibawah pangaruh obat bius ketika dia melakukan sebuah sayatan di perutnya untuk mengambil jaringan mioma uteri di rahim pasiennya tersebut.     

Operasi kali benar-benar menghabiskan waktu yang tidak sebentar karena jumlah jaringan mioma uteri yang berukuran lebih dari sepuluh centi meter.     

"Bagaimana keadaan umum pasien paska operasi? " dokter edwin bertanya pada dokter anestesi yang berada di ruang observasi setelah operasi dilakukan.     

"Keadaan umum baik, tanda-tanda vital stabil, kami akan pasangkan transfusi darah kesatu karena tadi banyak sekali perdarahannya "     

"Iya, terima kasih " dokter dengan cepat keluar dari ruang operasi membuka sarung tangan dan membersihkan kedua tangannya.     

Dia merasa lelah sekali dan tidak terasa waktu telah berganti malam.     

Dia terkejut melihat ponselnya yang terlihat sebuah notifikasi yang memperlihatkan ada sepuluh panggilan tidak terjawab dari key putranya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.