cinta dalam jas putih

Post Partum Blues



Post Partum Blues

0Nita masuk ke ruangan tempatnya bekerja pagi ini dan melihat ada seorang pasien yang sedang terbaring di atas blankar dengan infusan yang sudah terpasang di tangannya.     

"Kemana semua orang... " dia tidak melihat rekan kerjanya yang berjaga malam dan juga keluarga dari pasien tersebut.     

"Ibu " pasien itu memanggil nita.     

Nita yang sudah menyimpan tas miliknya lalu menghampiri pasien yang memanggilnya itu.     

"Ada apa? "     

"Saya haus " jawabnya.     

Nita dengan cepat membantu wanita muda itu bangun dan minum.     

"Pasien itu masih belum pindah? " zhemi bertanya pada nita yang sedang berada di dekat pasien tersebut.     

"Dengan diagnosa apa? " tanya nita, dia melihat kondisi pasiennya sekarang ini sepertinya baik-baik saja dan dia tidak terlihat memiliki masalah kesehatan.     

"Hati-hati nita " zhemi berguman pada nita dan meminta nita untuk mendekat ke arahnya.     

"Kenapa? " nita terheran mendengar zhemi yang mengingatkannya untuk hati-hati dengan pasien tadi.     

"Tadi aku operan sama yang dinas malam pasien itu pas datang nangis dan marah-marah tanpa sebab, dia melempar semua barang-barang "      

"Dia itu post partum dua puluh hari dengan kemungkinan post partum blues " sambung zhemi.     

Nita sesekali menoleh ke arah pasien yang masih terbaring di blankar dan tidak menghiraukan zhemi yang bicara dengan nita.     

"Kasihan " ucap nita pelan, dia menarik nafasnya dalam-dalam melihat wanita itu.     

Semua wanita yang telah melahirkan nita tahu akan memiliki banyak permasalahan yang dihadapinya.     

Mereka menjadi lebih sensitif dan merasa tidak sempurna setelah menjadi seorang ibu. Maka dari itu sosok suami dan keluarga adalah orang utama yang harus menjadi pelindung ibu pasca bersalin dan memberikannya semangat dengan semua pujian-pujian yang akan membuatnya bahagia.     

"Bawa aku ke lantai atas! "      

"Nita!! " zhemi berteriak ketika melihat pasien yang sedang terbaring itu tiba-tiba bangun dan mengambil sebuah gunting yang dia todongkan pada leher nita.     

Nita terlihat tidak berbuat apa-apa karena kedua tangan wanita itu melingkar di lehernya dengan gunting sebagai senjata tajam yang menempel sekali dengan kulit lehernya.     

"Aku akan panggil sekuriti! " ucap zhemi yang awalnya mencoba menakuti pasien tersebut.     

"Kalau berani panggil sekuriti temanmu ini akan aku sakiti!!! " dia balik mengancam dengan menekan gunting yang di pegangnya itu di leher nita.     

Karena gunting yang dipakainya untuk mengancam nita adalah untuk memotong plester dengan ujung gunting yang runcing membuat nita merasakan sakit karena benda itu melukainya.     

Nita memberikan isyarata pada zhemi untuk mengikuti semua yang diinginkan pasien tersebut.     

"Aku akan antar kamu ke lantai atas " ucap nita pada pasiennya itu.     

Seragam putihnya telah di lumuri darah dari luka infusan yang di cabut dengan paksa oleh pasien tersebut.     

"Antar aku! "     

Nita menganggukkan kepalanya, dia seketika kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri karena rasa takut yang besar.     

"Ke arah depan " nita meminta pasien tersebut untuk berjalan melewati pintu ruang ponek dan keluar dari instalasi gawat darurat.     

Semua orang berteriak bahkan ada pasien-pasien yang karena terlalu ketakutan mereka meloncat dari tempat tidur dengan selang oksigen yang masih terpasang di hidung mereka bersembunyi di bawah tempat tidur.     

Mungkin karena melihat seragam putih nita yang berlumuran darah mereka berpikir dia membawa senjata lain yang membahayakan.     

"Tenang " zhemi mencoba mengatakan pada semua pasien ketika mereka berjalan melewati ruang instalasi gawat darurat.     

Dan setelah dia keluar dari pintu dengan cepat zhemi berlari menuju ke tempat sekuriti terdekat ruangan dan meminta bantuan.     

"Kita harus naik lift " nita berjalan terseret-seret karena wanita itu masih terus menyimpan gunting tajam itu di lehernya.     

"Kamu yang pencet! " dia meminta nita untuk menekan tombol angka di dalam lift untuk menuju ke lantai paling atas.     

Nita menurutinya dan membawa pasien tersebut ke lantai paling atas, dia sama sekali tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh pasien tersebut di lantai paling atas rumah sakit sekarang ini.     

Tapi karena dia menggunakan senjata tajam untuk mengancamnya membuat nita harus menuruti semua yang dikatakannya.     

"Tanganmu berdarah " ucap nita pada wanita itu.     

"Jangan pedulikan aku " jawabnya, "kamu tunjukan saja jalannya "     

Mereka keluar setelah pintu lift terbuka dan melihat sebuah tangga panjang di hadapan mereka.     

"Kenapa belum sampai juga? " lalu bertanya pada nita.     

"Katanya mau lantai atas " jawab nita, "karena di lantai atas itu tempat khusus untuk helicopter jadi kita harus naik tangga ini dulu untuk bisa sampai ke atas "     

"Tapi aku lelah sekali kalau harus naik tangga! " tiba-tiba wanita itu merengek seperti anak kecil pada nita.     

Nita mengerutkan dahinya melihat wanita itu yang sepertinya sudah sangat kelelahan, dan dia harus naik tangga yang lumayan panjang.     

"Kamu mau lanjut atau kita kembali lagi ke bawah? " nita akhirnya bertanya padanya walaupun itu kedengarannya sangat lucu.     

"Tidak, ayo kita lanjut naik tangga itu! "     

Dia memaksakan dirinya untuk menaiki anak tangga untuk bisa sampai ke atas dan melanjutkan kembali rencananya.     

"Apa aku boleh terima telpon? " tanya nita pada wanita itu ketika ponselnya berdering sekarang ini.     

Satu tangannya mencoba merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponselnya.     

"Ini koko yang telpon " ucap nita.     

"Siapa koko? "     

"Suami saya " jawab nita, tetapi dia memikirkan kembali jawabannya.     

"Aku kan sedang hamil, dia pasti khawatir kalau tahu aku ke lantai atas! "     

"Kamu sedang hamil? " tanyanya.     

Nita menjawabnya dengan anggukkan di kepalanya.     

"Kita naik tangganya pelan-pelan saja " ucap wanita itu.     

"Kamu boleh terima telponnya tapi jangan suruh dia kesini! "      

Nita mengangguk mengerti dengan apa yang sudah diperintahkan oleh wanita itu.     

"Kamu dimana? " dokter edwin dengan suara paniknya bertanya pada nita.     

"Di lantai atas koko... " jawab nita pelan.     

"Mau apa dia membawamu ke lantai atas?? "     

Nita merasa telinganya sangat kesakitan mendengar dokter edwin yang berbicara dengan suara kencang seperti itu.     

Dia menjauhkan sedikit ponselnya dan membiarkan dokter edwin terus bicara pada dengan volume yang sangat tinggi sampai wanita itu bisa mendengarnya.     

"Suamimu pasti bikin pusing! " celetuknya pada nita.     

"Memang semua laki-laki itu selalu membuat wanita pusing! "     

Nita tertegun dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu sebelum akhirnya fokus kembali pada ponselnya.     

"Halo koko... " nita mencoba mengalihkan pembicaraannya, "sinyalnya jelek jadi terputus-putus! "     

Dan lalu nita mengakhiri pembicaraannya dengan dokter edwin di telepon.     

Mereka sudah sampai di pintu darurat dan lalu membuka kuncinya agar bisa keluar dari tempat itu.     

Wanita itu melihat luasnya lantai atas rumah sakit kali ini dan dia mencari sebuah sisi pembatas dari gedung tersebut.     

"Apa yang mau kamu lakukan? " nita mencoba menahan wanita itu.     

"Aku mau melompat ke bawah!!! "     

Nita membulatkan kedua mata dengan mulutnya yang menganga mendengar rencana aneh dari wanita aneh tersebut.     

"Jangan nekad! " nita menarik tangan wanita itu agar tidak berjalan ke arah pembatas gedung.     

"Bunuh diri itu sakit sekali! " ucap nita.     

"Kamu mau ikut bunuh diri juga denganku? " dia bertanya pada nita sambil memandanginya dan membawa nita untuk berjalan bersamannya....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.