cinta dalam jas putih

Berita Bunuh Diri



Berita Bunuh Diri

0Nita berjalan dengan terseret-seret kali ini mencoba untuk menyelematkan diri. Wanita itu sudah seperti kerasukan dengan tenaganya yang sangat kuat.     

"Jangan nekad! " nita menarik tangan wanita itu agar tidak berjalan ke arah pembatas gedung.     

"Bunuh diri itu sakit sekali! " ucap nita.     

"Kamu mau ikut bunuh diri juga denganku? " dia bertanya pada nita sambil memandanginya dan membawa nita untuk berjalan bersamannya.     

"Tidak akan sakit kalau kita matinya dengan cepat tidak perlahan-lahan " dia menanggapi ketakutan nita kali ini.     

Kedua matanya lalu mengeluarkan air mata dan dia menangis sejadi-jadinya di hadapan nita.     

"Ibu tahu, hal yang paling menyakitkan adalah ketika kamu tidak memiliki siapapun yang bisa melindungimu padahal kamu ada di lingkungan dengan orang banyak " dia berkata sambil terus menangis kali ini.     

Nita terdiam mendengar yang dikatakan oleh wanita itu. Lalu tanganya mengusap dengan lembut punggung wanita itu.     

"Bagaimana kalau kamu ceritakan lebih dulu masalahmu dan setelah itu baru mulai lagi untuk bunuh diri? " nita mengatakan hal yang paling aneh pada seseorang yang sudah sangat putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan jalan yang sangat menyakitkan.     

"Kenapa kamu malah menyuruhku bunuh diri bukan melarangku? " dia bertanya pada nita masih dengan tangisannya.     

Dia lalu membawa nita untuk duduk di lantai dengan terik matahari yang membakar kulit mereka.     

"Aku merasa dadaku ini sesak akhir-akhir ini.. " ucapnya sambil menangis.     

Nita masih terus mengusap punggungnya dengan lembut.     

"Sesak itu karena kamu menahan sesuatu " nita menanggapi keluhan wanita itu.     

"Siapa namamu? " lalu dia bertanya.     

"Emily "      

"Emily nama yang cantik " nita mencoba memujinya sekarang ini, "kamu melahirkan anak laki-laki atau perempuan? "     

"Laki-laki " jawabnya masih terisak karena sisa tangisannya, "ketika melahirkan aku kesakitan sekali, dan harus mendapatkan jahitan di kemaluanku "     

"Semua keluarga suamiku mengatakan kalau aku manja tidak bisa menahan rasa sakit kecil saja! " karena dia menceritakan itu tangisannya kembali muncul dan terlihat sekali di wajahnya raut kekecewaan.     

"Apa mereka tidak tahu kalau itu sangat sakit? " dia bicara dengan nada tinggi dan kesal.     

"Itu sangat sakit sekali " jawab nita, "tapi mereka mengatakan seperti itu bukan berarti mereka tidak suka dengan sikap manjamu "     

"Kamu tahu ketika akan melahirkan ada satu lagi nyawa yang harus kamu lindungi " sambungnya, "bayi kecil lucu yang selama sembilan bulan kamu kandung itu adalah prioritas utama semua wanita yang akan menjadi ibu "     

"Kamu tahu kenapa ibu kita dulu itu sangat kuat ketika melahirkan kita? " nita menatap wajah emily dengan tatapan lembut.     

"Karena mereka selalu bisa menyampingkan keegoisan mereka " nita memberikan sebuah jawaban yang menjadi pengalamannya selama bertugas di desa.     

"Mereka bisa menerima bahwa rasa sakit yang di dapat sudah menjadi kodrat seorang calon ibu "      

"Itu wanita jaman dulu " ucapnya, "sekarang sudah modern kita punya hak atas tubuh kita sendiri dan orang lain harus menghargainya "     

"Iya benar aku lupa kalau jamannya sudah modern " nita mengikuti semua yang dikatakan emily.     

"Aku selalu mengingat rasa sakit yang aku dapat ketika melahirkan " sambung emily, "setelah itu bayiku menangis di malam hari, aku hanya terjaga sendirian menyusui bayiku "     

"Payudaraku bengkak dan sakit tapi bayiku menangis "      

"Dan keluarga suamiku bilang ini karena aku malas membersihkannya ketika hamil " emily lagi-lagi menangis, "dan mereka bilang bayiku kurus karena aku tidak bisa memberikan susu dengan baik! "     

Nita tersenyum sedih dan berusaha menenangkannya yang sedari tadi menangis untuk meluapkan kekesalannya.     

"Bayi itu akan kehilangan berat badan seminggu setelah dia lahir dan akan kembali mendapatkan berat badannya setelah sepuluh sampai empat belas hari " nita memberikan penjelasan pada ibu muda itu.     

"Yang membuat asi kamu sedikit itu karena kamu terlalu stres " sambung nita, "ibu menyusui itu harus memiliki kenyamanan tingkat tinggi agar asi yang di hasilkannya pun berlimpah "     

"Apa yang ada di pikiran kita itu berpengaruh pada asi "     

"Memang seharusnya suami menjadi orang pertama yang menjadi pendukung istrinya yang sedang menyusui bayinya "      

"Kamu mungkin merasa kecewa karena semua keluarga di rumahmu tidak pernah memberikan apresiasi sekecil apapun pada setiap usaha yang kamu lakukan dengan susah payah "     

Emily menganggukkan kepalanya sambil menangis ke pelukan nita dan tangisannya semakin menjadi.     

"Suamiku tidak pernah tahu kalau aku sakit, dia hanya sibuk dengan ponselnya bermain game online dan kumpul-kumpul dengan sahabat-sahabatnya! "      

"Kalau boleh saya tanya, berapa usiamu sekarang? " nita mencoba bertanya baik-baik pada ibu muda itu.     

"Sembilan belas tahun " jawabnya.     

Nita menganggukkan kepalanya mengerti kenapa dia bisa menjadi senekat itu dan emosinya pun sangat labil.     

"Ini memang terdengar sedikit menyakitkan, tapi memang lebih baik memikirkannya lebih matang jika sudah memutuskan akan menjadi orang tua "     

"Mengasuh anak itu tidak semudah seperti di dalam film, apalagi kalau kita belum bisa mengontrol emosi diri sendiri "      

Mendengar nita yang menasehatinya emily semakin menangis kencang. Dan dia sepertinya sangat merasa nyaman membicarakan semuanya pada nita dengan tangisannya itu.     

"Aku menyesal karena tidak pernah mau mendengarkan apa yang orang tuaku katakan! " kali ini dia berteriak karena menyesal sudah membuat kedua orang tuanya kecewa.     

Nita menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu harus mengatakan apalagi jika pada akhirnya ibu muda itu menyesal dan itu tidak akan pernah bisa mengembalikannya ke keadaan semula. Karena yang harus dia lakukan sekarang adalah berbesar hati meneriman kesalahan yang dia buat sendiri dan melangkah maju.     

Dia harus menunggu tangisan emily mereda karena hanya dengan cara seperti itulah dia bisa meluapkan semua emosinya. Walaupun sebenarnya nita sudah merasa pusing karena terik matahari yang tepat berada di atas kepalanya dan dia berada di lantai selama tiga jam hanya untuk bisa menemani emily meluapkan kekesalannya.     

Dia menoleh ke arah belakangnya dan melihat dokter edwin yang sedang berdiri mengawasi mereka karena emily masih memegang gunting yang dia pakai untuk mengancam nita tadi di tangannya.     

Nita menggelengkan kepalanya memberikan sebuaj isyarat pada dokter edwin agar tidak mendekat ke arahnya untuk sekarang.     

"Apa kamu masih mau menangis? " nita bertanya pada emily yang tangisannya mulai terhenti tetapi dia masih memeluk nita.     

"Tidak " jawabnya pelan.     

"Masih ada yang ingin kamu ceritakan lagi? " nita bertanya kembali.     

"Sudah cukup " jawab emily.     

"Kalau begitu sekarang waktunya " ucap kimi dia merapikan rambut emily dan melihat darah yang tadi keluar karena dia mencabut infusnya dengan paksaan telah mengering.     

"Waktunya untuk apa? " dia bertanya pada nita.     

Nita tersenyum lebih dulu sebelum menjawabnya, "bukannya tadi kamu mau melakukan bunuh diri? "     

"Tapi sayangnya aku tidak mau merasakan sakit, jadi mungkin aku lihat kamu dulu! "     

"Ibu jahat sekali! " cetusnya tertawa malu karena nita menyindirnya.     

Nita tersenyum lega ketika melihat tawa di wajah emily.     

"Kamu harus ingat bayi kecilmu di rumah " ucap nita.     

"Kalau kamu tidak mau, berikan saja bayinya padaku! " pinta nita.     

"Jangan, aku sayang anakku dan dia aku lahirkan dengan seluruh tenagaku! " emily menolak dengan keras permintaan nita.     

Nita beranjak dari duduknya dan mengulurkan satu tangannya agar bisa emily raih dan dia kembali ke ruangannya sekarang.     

"Terima kasih karena mau mendengarkanku " nita mendapatkan sebuah pelukan sebelum dia akhirnya ikut dengan zhemi dan dua petugas keamanan untuk kembali mendapatkan perawatan.     

"Aku akan mengantarkanmu pulang " dokter edwin meraih tangan nita yang seragam putihnya penuh dengan noda darah dan ada luka kecil di lehernya.     

Dia merasa khawatir sekali ketika mendengar nita menjadi sandera pasien yang mengalami post partum blues dan nekat untuk bunuh diri di rumah sakit.     

"Kamu selalu membuatku khawatir! " dokter edwin menghentikan langkahnya dan memeluk nita untuk menghilangkan semua rasa takutnya ketika di dalam pikirannya beberapa saat yang lalu hanya tentang berita bunuh diri seorang pasien yang membawa nita ikut ke dalam tindakan nekatnya itu.     

"Sudah tidak apa-apa koko... " nita tersenyum dalam pelukan dokter edwin.     

"Tidak apa-apa bagaimana! " cetus dokter edwin menunjuk ke sebuah luka kecil di leher nita.     

"Ini kejadian kedua, kalau ada lagi kejadian aneh aku akan putuskan kamu pindah ke bagian keuangan saja! "     

Nita tertawa kecil mendengar ancaman dokter edwin padanya yang adalah ungkapan ketakutannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.