cinta dalam jas putih

Makna Cinta



Makna Cinta

0Nita mencoba menenangkan ellen yang masih menangis sejadi-jadinya, tanpa dia tahu apa penyebabnya.     

"Dokter tenang dulu " ucap nita duduk disamping tempat tidur ellen.     

"Coba bicarakan dulu ada apa "     

"Aku sudah hancur! " ucapnya sambil terus menangis.     

Nita semakin kebingungan, "hancur kenapa? "     

"Apa yang dokter axel lakukan? "     

"Apa dia meninggalkanmu dan tidak mau bertanggung jawab? "     

"Atau ada hal yang mengancam hubungan kalian berdua? "     

Nita terus menerus bertanya pada ellen dengan wajahnya yang terlihat sangat sedih.     

"Padahal aku suka sekali dengan kalian.. " ucapnya pelan, "kalian serasi, dokter cantik dan dokter ganteng! "     

Ellen mengerutkan dahinya mendengar semua yang nita katakan dan ketika dia masih menangis tiba-tiba dia merasa nita sangat lucu dengan pertanyaan-pertanyaan yang aneh.     

"Bukan itu... " ellen merengek.     

"Lalu apa? " tanya nita lagi.     

Ellen meringis kesakitan, dia lalu mengangkat selimut yang menutupi tubuhnya dan lalu memperlihatkan kaki dengan kulit termulus dan indah yang pernah nita lihat.     

Tetapi ada beberapa kasa yang sengaja di tempel di betis kanannya itu.     

"Lihat ini! " ellen membuka semua kassa yang menempel dan memperlihatkannya pada nita yang duduk di sebelah tempat tidurnya.     

Nita mengerutkan dahinya, "kenapa dokter bisa terluka seperti itu? "     

Dia melihat sebuah luka bakar di betis kanan ellen, yang cukup besar dan membengkak terlihat cairan di dalam gelembung luka bakar itu.     

Tapi di ujung lukanya terlihat mengelupas dan cairannya seperti mulai keluar sedikit-sedikit.     

"Tapi kamu harus bisa menjaga rahasia " ucap ellen pada nita.     

"Rahasia apa dokter? "     

"Jangan bilang sama axel apalagi sama paman, nanti aku kena marah sama mereka! "      

"Memangnya kenapa? " nita kebingungan.     

Tapi dia melihat ellen sepertinya sudah menyiapkan obat-obatan untuk lukanya itu di meja riasnya, dia beranjak dari duduknya dan mendekatkan semua obat-obatannya di dekat ellen.     

"Dokter habis masak? " dia bertanya lagi seraya memakai handscoon di kedua tangannya.     

"Tahan sedikit, ini pasti sakit " ucapnya mengeluarkan cairan yang menumpuk di lapisan bawah luka bakarnya itu.     

"Sakit nita! " ellen berteriak sambil mengcengkram kuat tangan nita yang sedang mengobati luka ellen.     

"Tadi kan saya bilang ini akan sakit sedikit " ucap nita pelan masih penuh kesabaran menghadapi ellen.     

"Tapi ini cairannya harus dikeluarkan lebih dulu, supaya nanti ketika di oleskan salepnya akan cepat kering dan lukanya cepat sembuh "     

Ellen sepertinya tahu itu, tapi dia tidak bisa menahan rasa sakitnya ketika nita mengeluarkan cairan yang menumpuk di bawah lapisan lukanya.     

"Aku bukan masak dapat luka ini " ellen lalu sudah mulai terbiasa dengan rasa sakitnya dan dia mulai tenang ketika nita masih membersihkan lukanya.     

"Kemarin aku terima pekerjaan untuk pemotretan khusus otomotif " ellen lalu memberitahukan asal muasal luka itu bisa berada di kakinya.     

"Dokter terima pekerjaan pemotretan bukan belajar? " tanya nita tanpa melihat ke arahnya.     

"Bukannya dokter harus belajar untuk ujian masuk dokter spesialis? "     

"Iya makanya aku minta kamu untuk tidak bilang ini sama axel dan paman! " ellen menjawab pertanyaan nita.     

"Aku sudah lama tidak ikut kegiatan itu dan kangen sekali bergaya di depan kamera " sambungnya.     

"Dokter menyukai pekerjaan model? " nita lagi-lagi bertanya.     

"Aku suka sekali! " ellen menjawabnya dengan semangat, "dengan itu aku bisa memperlihatkan bahwa aku itu cantik di depan semua orang "     

Nita tersenyum menganggukkan kepalanya, walaupun menurutnya ellen tidak perlu menunjukkan lebih keras kecantikannya karena tanpa dia mengatakannya pun semua orang pasti mengakui kecantikannya.     

"Gara-gara aku berbohong pada axel, sewaktu dia menelponku aku mencari tempat sepi dan berdiri di samping motor yang terparkir. Sama sekali tidak tahu kalau knalpotnya masih panas! " ellen memasang wajah penuh penyesalan karena telah berbohong pada axel.     

"Apa saya boleh mengatakan sesuatu? " nita lalu mencoba memberikan sebuah saran untuk ellen.     

"Apa itu? "     

"Apa tidak sebaiknya dokter memikirkan lagi untuk melanjutkan sekolah " jawab nita, "setahu saya belajar itu akan sangat mudah jika kita mempunyai antusias yang besar untuk mempelajarinya "     

"Sekolah yang dokter pilih itu kan sebuah profesi yang nantinya dimanfaatkan untuk mahluk hidup bukan benda "     

"Dan sekolahnya juga memakan waktu yang cukup lama, apa jadinya kalau dokter mencintai pekerjaan lain tapi menjalankan profesi lain "     

"Mana yang lebih berat untuk ditinggalkan? "      

Ellen mengerucutkan bibirnya dan memikirkan sebuah jawaban dari pertanyaan nita yang menyulitkan itu.     

Dia memang menjadi dokter dengan alasan pertamanya adalah mewujudkan cita-cita orang tuanya.     

Yang kedua karena axel dan keluarganya, dia merasa mereka akan sangat bisa menerimanya jika dia mau melanjutkan kuliahnya ke kedokteran.     

"Atau dokter pilih saja spesialis khusus kulit atau kecantikan, supaya bisa menyalurkan hobi dokter juga yang menjadi model "      

Ellen tertawa kecil, "kenapa tidak terpikirkan olehku ya... "     

Dia seperti mendapatkan sebuah ide paling bagus yang didengarnya dari nita.     

"Pantas saja axel menyukaimu " tiba-tiba dia mengatakan sesuatu hal yang membuat nita terdiam untuk beberapa saat, dan lalu menanggapinya dengan senyuman.     

"Kamu itu bukan hanya menyenangkan tapi membuat siapapun yang bicara denganmu nyaman "     

Dipuji seperti itu nita tersenyum malu dan hanya menggelengkan kepalanya.     

"Mungkin perasaan dokter saja " ucap nita lalu mengoleskan salep agar luka di kaki ellen bisa cepat kering.     

"Berhenti memanggilku seperti itu, kitakan saudara sekarang "      

"Panggil ellen saja, kamu istri dari pamanku sekarang jadi tidak boleh memanggilku dokter! "     

"Sepertinya nanti akan membekas lukanya " nita mengalihkan pembicaraan ellen dan mulai menutup lukanya.     

"Coba aku tanya sekarang sama kamu " ellen terlihat antusias sekali ingin menanyakan sesuatu pada nita.     

"Coba kalau tidak ada aku sekarang, kamu akan pilih axel atau paman? "     

Nita tertawa kecil, "pertanyaan apa itu? "     

"Ini seandainya saja " jawab ellen, "kamu jawab saja yang jujur aku juga tidak akan bilang sama paman! "     

Nita tersenyum lebar, "jawabannya tetap sama "     

Ellen tercengang, "kenapa kamu tidak pilih axel? diakan masih muda, sebentar lagi juga dia sama seperti paman menjadi dokter obgyn. Orang tuanya baik dan semua keluarganya sangat baik "     

"Ya walaupun paman juga keren, tapi dia galak! "     

Nita tersenyum, "menikah itu mencintai seseorang, dan mencintai itu bukan hanya terfokus pada fisik tapi ketika kita menerima caranya membuat kita bahagia "     

"Cinta itukan dirasakan bukan dilihat atau diucapkan saja "     

Ellen mengerutkan dahinya, "aku iri sekali kamu memiliki konsep bahagia yang semudah itu "     

Nita tersenyum mendengar ellen yang iri padanya, padahal dia sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berlebihan untuk bisa membuat ellen iri.     

"Pasti paman baik sekali padamu " ucap ellen.     

"Sangat baik sekali " nita membenarkan ucapan ellen, "sudah selesai "     

Dia lalu membuka kedua sarung tangannya dan merapikan semua obat-obatan yang sudah dipakainya tadi.     

"Sudah makan obat? " nita bertanya seraya beranjak dari duduknya.     

Ellen menjawabnya dengan anggukan kepalanya.     

"Mau saya ambilkan makanan? " dia lalu menawarkan pada ellen makanan.     

"Tidak terima kasih, nanti aku bisa mengambilnya sendiri "     

Ellen meraih satu tangan nita dan tersenyum, "terima kasih mau membantuku merawat lukanya "     

Nita tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "aku akan keluar supaya kamu bisa beristirahat lagi "     

"Terima kasih sekali lagi "     

"Iya " nita menutup pintu kamar ellen dan berjalan menuruni anak tangga.     

Rencananya dia berniat untuk menemani key, tetapi dia tidak melihatnya lagi di ruang keluarga dan akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.     

"Kapan koko pulang? " nita terkejut ketika melihat sosok dokter edwin yang sedang berdiri memandang ke arah diluar jendela kamarnya.     

Dia berbalik dan tersenyum ke arah nita, berjalan kecil mendekat ke arahnya dan tanpa mengatakan apapun tiba-tiba nita mendapatkan sebuah serangan ciuman di bibirnya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.