cinta dalam jas putih

Dua Anak



Dua Anak

0"Apa pasiennya sudah siap? " nita bertanya pada zhemi yang telah selesai melakukan informnt consent pada pasien yang datang dengan kehamilan di usia kehamilan tiga puluh dua minggu perdarahan antepartum.     

"Sudah " jawab zhemi.     

"Biar aku temani dorong ke ruang instalasi bedah sentral " nita memberikan sebuah bantuan pada rekan satu ruangannya itu.     

"Terima kasih " zhemi senang sekali karena nita mau menemaninya untuk mendorong pasien ke ruang operasi.     

Dia menunggu zhemi melakukan hand over pasien dengan petugas ruang IBS, ada seseorang yang menarik tangan nita dan membawanya ke dalam ruangan.     

Nita terkejut ketika dia sudah dibawa oleh seseorang ke sebuah ruangan sepi.     

"Koko! " dia memberikan sebuah pukulan kecil di tangan dokter edwin yang sudah membawanya tanpa bicara sedikitpun.     

"Saya pikir siapa! "     

"Kalau tadi saya teriak dokter pasti malu! "      

Dokter edwin memandangi kedua mata berwarna amber itu cukup lama.     

"Kamu tidak marah denganku soal ellen? " tanya dokter edwin.     

"Yang bilang marah siapa? " nita balik bertanya.     

Dokter edwin tertegun dan memikirkan jawaban untuk pertanyaan nita kali ini.     

"Ayo siapa yang bilang aku marah? " kimi kembali bertanya, "nggak ada kan... "     

"Iya, tidak ada tapi aku merasa saja kalau kamu marah "      

Nita tersenyum, "cuma perasaan, biasanya cuma orang tua saja yang instingnya kuat "     

Dokter edwin memencet hidung nita, "kamu harus ingat kalau aku ini sudah tua! "     

"Tapi walau setua ini aku suamimu! "     

Nita terkekeh menahan tawanya, "iya maaf pak suami yang sensitif "     

Nita bergelayut manja di tangan dokter edwin yang merasa dirinya sangat tua sekali tetapi masih sangat terlihat keren dan ganteng, jajaran roti sobek di perutnya saja mengalahkan semua laki-laki muda di mata nita. Tapi walaupun dia mengaku sudah tua tetapi sikapnya masih terlihat seperti anak kecil ketika sedang bersama nita.     

"Koko cepat pasien di ruang operasinya sudah menunggu dokter! " kimi memperingatkannya bahwa masih ada hal penting lain yang harus dia dahulukan daripada membicarakan hal ini.     

"Aku akan bilang bibi supaya ellen tidak tinggal bersama kita ketika PPDS nanti " ucap dokter edwin memberitahukan nita keputusan yang akan dibuatnya nanti.     

Nita tersenyum dan memberikan sebuah kecupan singkat di bibir dokter edwin yang belum memakai maskernya itu.      

"Kita bicarakan itu nanti " nita masih memperlihatkan senyumannya.     

"Semangat bekerja! "      

Dokter edwin masih terbengong dengan tindakan nita tadi dan belum mengatakan apapun.     

Nita berbalik untuk keluar dari ruangan dimana dia dan dokter edwin bersembunyi, tetapi niatnya terhenti ketika melihat ada petugas ruang operasi yang berjalan menuju tepat ke ruangan dimana dia bersembunyi.     

"Koko, ada perawat yang berjalan kesini " nita bicara pelan pada dokter edwin yang sedari tadi masih berdiam diri.     

Nita kembali bersembunyi di ruangan yang sama karena dia tidak boleh terlihat oleh petugas ruang intalasi bedah sentral tengah berdua dengan dokter edwin.     

"Kita harus bersembunyi dan jangan bicara.. " dia bicara pelan pada dokter edwin menyimpan jari telunjuk di depan bibirnya diperlihatkan pada dokter edwin.     

Terlihat olehnya senyuman dokter edwin yang merekah, dia tidak bicara karena dengan berani memberikan sebuah ciuman balasan di bibir nita.      

Kedua tangannya menahan penolakan dari istrinya itu.     

"Dokter " ada suara seseorang di luar ruangannya yang tertutup dibarengi dengan ketukan pintu.     

Dokter edwin menghentikan aksinya pada nita untuk menjawabnya.     

"Iya, dua menit lagi saya masuk kesana " ucapnya dengan setengah teriakan.     

"Siap dokter "     

Mereka berdua terdiam memastikan bahwa tidak ada orang lagi di balik pintu agar nita bisa keluar dengan aman dari ruangan itu.     

"Kalau wajahmu memerah seperti itu nanti orang yang melihatmu akan tahu kamu sudah melalukan sesuatu... " goda dokter edwin.     

"Koko! " nita memukul kecil tangan dokter edwin karena malu.     

Dia celingak celinguk memastikan tidak ada orang lagi agar bisa dengan cepat pergi dari ruangan itu.     

Perasaan bersalahnya muncul karena melakukan perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan di tempat kerjanya kali ini. Tapi dokter edwin yang memulainya lebih dulu dan dia dilarang melakukan penolakan.     

"Koko " nita memanggilnya dengan suara pelan.     

Ketika dokter edwin menoleh ke arahnya nita menjulurkan lidahnya dengan kedua matanya yang menyipit sebelum dia pergi meninggalkan ruangan itu dan berjalan dengan cepat.     

Senyuman lebar dokter edwin muncul, dia merasa malu dengan apa yang sudah dilakukannya tadi. Walaupun dia sangat sadar sekali tapi ternyata dia lupa diri ketika sudah berada di dekat nita.     

"Mommie sudah pulang, daddy mana? " key menyapanya ketika melihat nita yang hanya pulang sendirian.     

"Daddy tidak bisa pulang cepat karena pasien operasinya masih belum selesai " jawab nita.     

"Ayo kita buat mie pedas! " nita mengajak key untuk membuat makanan yang sangat dilarang oleh dokter edwin.     

"Tapi mommie, di kamar atas kak ellen sedari tadi menangis terus! " cetus key.     

"Aku jadi pusing! "     

Nita mengerutkan dahinya, "kenapa memangnya? "     

Key mengangkat kedua bahunya, "putus dari pacarnya mungkin, atau dia tidak lulus ujian karena sering pulang malam dan bukan belajar! "     

"Darimana key tahu? " nita bertanya pada key tentang kebiasaan ellen.     

"Dari kirey diakan dekat sekali rumahnya dengan kak ellen " jawab key, "sebaiknya sekarang mommie tempelkan lakban di mulut kak ellen supaya dia tidak berisik karena aku harus belajar karena besok aku ada ulangan matematika "     

Nita tersenyum tipis, "nanti mommie lihat setelah selesai mandi "     

"Oke "     

key yang mengambil cemilan dari dalam lemari di dapur lalu kembali ke ruang keluarga dan kembali menonton televisi.     

Nita berjalan pelan menuju ke lantai dua rumahnya ke kamar ellen.     

"Aku belum melahirkan anak tetapi seperti sudah punya dua anak remaja sekarang ini... " ucap nita pelan sambil berjalan menuju kamar yang berada di ujung ruangan lantai dua.     

Tadi dia dan dokter edwin baru saja aka membicarakan kesepakatan tentang ellen yang akan tinggal di rumah mereka, tapi sepertinya dia tidak akan pernah tega untuk tidak menerima kehadiran ellen di rumahnya. Mengingat dulu dia pun pernah ikut menumpang di rumah saudara jauhnya ketika harus mengikuti praktek di lapangan.     

"Dokter ellen " nita mengetuk pintu kamar ellen yang tidak tertutup rapat dan dia melihatnya terbaring di atas tempat tidur sambil menangis.     

"Dokter tidak apa-apa? " nita berjalan pelan sambil melihat ellen yang terlihat kesakitan.     

"Apa dokter sakit? "     

Ellen bangun dari tidurnya dan terduduk di atas tempat tidur.     

"Untung masih terlihat cantik! " nita terperanjat ketika ellen bangun dari tidurnya dengan memperlihatkan kedua lingakaran hitam di bawah matanya.     

"Ini aku! " ellen tahu nita terkejut dengan penampilannya sekarang ini yang tanpa make up.     

Dan lagi-lagi dia meringis kesakitan lalu melanjutkan kembali tangisannya.     

Nita kebingungan mencari tahu apa yang menyebabkan wanita cantik yang menjadi pasangan axel ini menangis histeris seperti itu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.