cinta dalam jas putih

Sepupu



Sepupu

0"Banyak sekali mobil " ucap nita pelan ketika mereka berdua sudah sampai di rumah baru.     

"Koko " dia menahan dokter edwin yang akan keluar dari mobil.     

"Ada apa? "     

"Rambut saya masih kelihatan basah tidak? " dia bertanya seraya mengibaskan rambutnya.     

"Tidak kelihatan " jawab dokter edwin melihat nita yang memainkan rambutnya.     

"Lalu ini amankan? " nita menunjuk ke arah lehernya yang tertutup oleh kerah blouse berwarna nude dengan turtle neck yang menutupi lehernya.     

"Aman " jawab dokter edwin sambil tertawa kecil.     

"Jangan tertawa koko! " rengek nita, "lain kali jangan kasih tanda-tanda merah di sembarang tempat! "     

"Kalau dilihat orang kan malu! " sambungnya.     

"Apalagi sekarang di rumah ada banyak keluarga yang sedang kumpul! "     

"Itukan tanda gemas " dokter edwin menanggapi dengan wajahnya yang masih terlihat biasa saja, datar tanpa ekspresi.     

"Percuma mengadu sama koko, pasti jawabannya tetap saya yang tidak bisa menang! "     

Dia membuka pintu mobil dan keluar, berdiri sambil kembali memastikan sesuatu yang di sembunyikannya.     

Merapikan kerah bajunya agar supaya tanda-tanda merah di lehernya tidak terlihat oleh keluarga dokter edwin yang sedang berkumpul di rumah barunya sekarang ini.     

"Akhirnya kalian pulang juga " mama mertuanya dengan cepat menghampiri nita yang baru saja masuk ke dalam rumah. Sementara dokter edwin masih berada di luar rumah.     

Nita tersenyum dan mencium pipi mama mertuanya itu.     

"Kamu sudah baikan sekarang? " tanyanya pada nita.     

"Sudah, ma. Berkat doa mama dan semuanya juga "      

"Oh, iya. Mama kenalkan kamu dengan sepupu edwin yang dokter juga " dia meraih tangan nita dan membawanya menuju ke sebuah ruang makan dimana semua keluarganya yang lain berkumpul.     

Dia melihat sosok seorang perempuan dengan rambut lurus sebahu tengah duduk membelakanginya.     

"Nita kenalkan ini putri sambung adik mama " ucapnya.     

Mendengar mama mertuanya bicara perempuan itu berbalik dan berhadapan dengan nita seraya mengulurkan sebuah senyuman manis.     

"Dia dokter juga, rencananya mau melanjutkan kuliahnya " lagi-lagi mamanya berucap, "namanya elleanor, tapi dia senang dipanggil ellen "     

Nita terdiam mematung, dan hanya kedua kelopak matanya yang berkedip ketika bertemu dengan sosok ellen yang ternyata baru diketahuinya sekarang bahwa dia adalah sepupu dari dokter edwin.     

Ellen menanggapi sikap nita dengan senyumannya yang semakin lebar sambil mengulurkan satu tangannya.     

"Hallo " sapanya, "saya harus panggil tante, bibi atau nita? "     

"Ellen, dia itu istri pamanmu! " ada seorang wanita paruh baya di sudut ruangan memperingatkannya.     

"Iya, ma! "      

Dia lalu beranjak dan berdiri di hadapan nita yang masih terkejut bertemu dengannya.     

"Saya mau mengobrol sebentar dengan istri baru paman edwin, biar kami akrab! " ucap ellen seraya bergelayut di tangan nita dan membawanya pergi ke taman belakang untuk bicara berdua saja.     

Ellen tersenyum ke arah nita, "jangan terkejut seperti itu "     

"Saya memang terkejut sekali " ucap nita dengan senyumannya yang dipaksakan, "saya sama sekali tidak tahu kalau dokter ellen adalah sepupu dokter edwin "     

Tawa kecilnya muncul, "kenapa masih panggil dokter ellen, aku kan sepupu suamimu sekarang "     

"Pastilah paman tidak akan cerita kalau saya sepupunya " sambung ellen, "diakan tahu cerita aku sama axel "     

"Mungkin dia takut menyakiti perasaanmu dan mengira kalau paman sengaja menikahimu supaya aku dan axel nanti bisa menikah "     

Nita semakin merasakan bibirnya kaku untuk bisa mengatakan sesuatu sedikit saja menanggapi ucapan ellen.     

Ellen lalu tersenyum lebar, "tapi terima kasih banyak "     

Satu tangannya kali ini meraih pundak nita, dan memperlihatkan wajah sumringahnya.     

"Terima kasih untuk apa? " tanya nita.     

"Karena kamu mau dengan baik hati mengalah buat hubungan aku dan axel "     

"Karena dokter axel itu memang milik dokter ellen " nita menanggapi jawaban ellen, "dan saya cuma orang selintas saja, yang tidak tahu diri berusaha untuk masuk diantara kalian "     

"Dan setelah itu saya memutuskan untuk pergi dan tidak mengganggu hubungan kalian " sambung nita, dia tahu bagaimana rasanya dikhianati maka dari itu dia lebih memilih mundur dan tidak melanjutkan perasaannya.     

"Tuhan masih berbaik hati karena wanita yang dia pilihkan itu kamu " ucap ellen, "kalau wanita lain pasti tidak mau dengan mudah melepaskan axel "     

Dia lalu menarik nafasnya dalam-dalam, "karena aku juga tidak bisa pergi dari axel "     

"Dia itu susah sekali aku dapatkan, harus menunggu belasan tahun sampai akhirnya dia mau jadi pacar aku! "     

Nita tersenyum, "itu artinya kalian memang di jodohkan oleh tuhan "     

Ellen tertawa kecil mendengar ucapan nita yang sama seperti dulu ketika mereka bertemu untuk mengambil keputusan setelah dia tahu ada hubungan khusus antara nita dengan axel secara sembunyi-sembunyi.     

"Nita " ada suara dokter edwin di belakang mereka memanggil nita yang sedang bicara dengan ellen.     

Nita berbalik, "ya "     

Dokter edwin terlihat terkejut melihat sosok sepupunya ellen sudah berada di dekat istrinya itu membuat dia tidak melanjutkan lagi kata-katanya hanya terdiam.     

"Kalau depan paman aku harus panggil kamu bibi atau tante! " ellen berguman ke arah nita agar dokter edwin tidak mendengar apa yang dikatakannya.     

"Paman itu galak sekali kalau semua yang tidak dia suka aku lakuin! " lagi-lagi dia menggerutu disamping nita, "dia sudah seperti ayahku! "     

Nita tersenyum tipis karena memang dokter edwin itu adalah sosok seorang ayah terbaik.     

"Oke " nita menganggukkan kepalanya dan lalu berjalan menghampiri dokter edwin yang sepertinya lebih terkejut dari nita ketika bertemu dengan ellen.     

"Kamar kita di atas " ucap dokter edwin yang masih memandangi sosok ellen yang tersenyum ke arahnya.     

'Bukannya dia masih berlibur di luar negri! ' cetus dokter edwin dalam hatinya.     

Dia lalu membawa nita untuk ikut dengannya, karena ini adalah rumah baru mereka dan mereka pindah ketika nita berada di ruang isolasi.     

"Maaf aku belum memberitahumu kalau ellen itu sepupuku " ucap dokter edwin sengaja membawa nita ke dalam ruang tidur mereka dan membawanya untuk duduk di sebuah sofa untuk menjelaskannya pada nita sekarang.     

Nita tidak menjawab apapun, dia hanya memandangi wajah dokter edwin yang sedari tadi terlihat tidak nyaman. Mungkin dia merasa bersalah karena menyembunyikannya pada nita, pikirnya.     

"Sebenarnya aku tahu cerita kamu dan axel dulu dari ellen " dia kembali bicara, "tapi aku tidak mau mengungkitnya lagi setelah menikah dan menekankan untuk melupakannya "     

"Alasan lain selain hak rawat asuh key, apa mungkin soal ini juga? " lalu nita memberanikan diri untuk bertanya walaupun sebenarnya dia sudah tidak mempermasalahkannya.     

"Dulu sewaktu kuliah kedokteran ayah ellen menitipkannya padaku, dia sudah seperti adikku sendiri " jawabnya, "dan ketika ellen tiba-tiba ingin pindah sekolah supaya bisa lebih dekat dengan axel, dan menceritakan tentang hubungan kalian aku mendukung keputusannya "     

"Tapi ellen bilang kalau kamu sengaja mundur supaya dia bisa tetap bersama dengan axel, kamu mau percaya atau tidak tiba-tiba aku yang baru satu kali melihatmu dulu merasa kagum "     

"Sebenarnya setelah itu aku menyusul ke tempatmu, tapi ternyata kamu sudah mengundurkan diri dari pekerjaanmu " lagi-lagi dia kembali menjelaskan, "sampai kemudian ternyata kamu sendiri yang datang padaku "     

"Walaupun dengan cerita merusak mobilku "     

Nita memainkan bibirnya karena tidak tahu lagi harus berkata apa setelah mendengarkan perkataan dokter edwin yang penjelasannya berbeda dengan yang dikatakannya di vihara beberapa waktu yang lalu. Walaupun intinya dia sudah dapat menangkap dengan jelas bahwa dokter edwin memang jatuh cinta padanya.     

Dia menarik nafasnya dalam-dalam, "koko jahat sekali! "     

Dan hanya itulah kata-kata yang terucap dari mulut nita setelah mendengar semua penjelasan dokter edwin...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.