cinta dalam jas putih

Aff Infus



Aff Infus

0"Terima kasih suster ghina " ucap nita tersenyum ketika suster ghina sudah melepas infusan yang terpasang di tangannya setelah dua hari dia demam.     

"Karena cek darah rutin dan kimianya normal, dokter deva memberikan ijin untuk aff infus sambil menunggu hasil apus "     

"Iya " ucap nita memandangi tangan suster ghina yang sigap membalurkan kapas alkohol, melepaskn plester dan kassa yang menutupi infusan.     

Dia meringis kesakitan sampai ke dalam hatinya, rasanya di aff infus itu lebih menyakitkan daripada ketika pertama kali di pasang infus.     

"Suster harus memberitahuku hasilnya nanti " ucap nita setelah suster ghina selesai melepaskan infusannya.     

"Tentu saja " jawabnya, "semoga sehat selalu "     

"Terima kasih " nita menundukkan kepalanya sekilas.     

Dia senang sekali karena tubuhnya hari ini jauh lebih baik dari hari-hari kemarin yang membuatnya tidak bisa melakukan apapun.     

'Semoga besok aku bisa pulang ' ucap nita seraya beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil ponsel miliknya.     

Sudut matanya menangkap sosok seseorang yang masuk ke ruangannya kali ini.     

"Koko " panggilnya tanpa menoleh ke arah dokter edwin karena harus mencari ponselnya.     

Dari sudut lain tampak dokter edwin yang melihat nita jauh terlihat lebih sehat dan dia tidak lagi menggunakan baju khusus pasien rumah sakit yang dianggapnya tidak cocok nita pakai.     

"Bagaimana kabarmu hari ini? " tanyanya pada nita.     

Dia melepaskan jas putih miliknya dan disimpannya di sebuah sofa lalu melempar masker yang dipakainya, berjalan menghampiri nita yang sedang berdiri membelakanginya di samping tempat tidur.     

"Saya merasa baik,,, " nita belum menyelesaikan ucapannya karena dokter edwin sudah membuatnya terkejut dengan meraih pinggangnya dan memberikan sebuah ciuman di bibir nita.     

"Koko! " nita mendorong tubuh dokter edwin pelan dan menjauhkannya.     

"Kenapa maskernya tidak dipakai! "     

"Nanti kalau tertular bagaimana? " omelan-omelan nita muncul kali ini.     

Dokter edwin memperlihatkan senyuman lebarnya.     

"Karena hasil apusnya negatif! " jawab dokter edwin yang lalu kembali menggencarkan ciumannya lagi di bibir nita.     

Dia berhasil mendorong tubuh nita sampai di ujung tempat tidur dan menghempaskannya, kedua tangannya berhasil memegangi tangan nita.     

"Koko tanganku sakit! " ucap nita seraya mengalihkan pandangannya ke arah tangannya yang baru saja aff infus.     

Dokter edwin membulatkan kedua matanya, terkejut melihat darah yang keluar karena cengkraman tangannya yang terlalu kuat.     

"Maafkan aku " ucapnya pada nita dengan wajah paniknya.     

Dia segera beranjak dari atas tubuh nita dengan kepanikannya.     

"Aku akan minta kassa pada suster ghina "     

Dengan cepat dia berjalan ke arah luar ruangan meninggalkan nita.     

Nita tertawa kecil ketika tadi dia melihat ekspresi dokter edwin yang panik, dia terlihat sangat lucu dan menggemaskan.     

"Apa ini masih sakit? " tanyanya sambil membersihkan darah di pergelangangan tangan nita dengan kassa.     

Nita tersenyum, "sudah tidak apa-apa, darahnya sudah tidak keluar "     

"Tadi itu aku sedang dep lukanya supaya tidak berdarah, tapi koko datang tiba-tiba memberi ciuman dan mendorongku ke atas tempat tidur! "     

"Itukan luapan rasa bahagia karena hasilnya negatif, masa kamu tidak mengerti "     

"Koko yang tidak mengerti " nita balik menyalahkan dokter edwin, "bahagia boleh, tapi koko ini di rumah sakit! "     

"Masa mau melakukan hal seperti itu di tempat rawat! "     

"Iya maaf " ucap dokter edwin pelan dengan kedua matanya yang masih fokus membersihkan darah.     

"Itu artinya kalau di rumah kamu pasti ijinkan " gerutu dokter edwin dengan pelan.     

'Dasar koko, kalau seperti ini dia lupa sama umur! ' celetuk nita dalam hatinya.     

Dia menahan dirinya untuk tidak tertawa sambil memperhatikan dokter edwin yang telah selesai membersihkan darah di tangannya.     

"Saya bisa pulang hari ini? " tanya nita.     

"Tentu saja,,, " dia menaikkan wajahnya dan melihat pada nita yang sudah terlihat senang.     

"Tidak bisa! "     

Raut wajah nita yang pada awalnya senang berubah menjadi cemberut dan menyipitkan kedua matanya memandangi dokter edwin yang tersenyum senang karena ekspresinya.     

"Kamu bosan berada di ruangan ini? " tanya dokter edwin.     

"Sangat bosan " nada bicara nita terdengar kesal.     

"Tapi sayangnya dokter deva mengijinkanmu pulang besok "      

"Iya sudah, koko jangan tanya-tanya lagi "     

Dia tertawa kecil melihat kemarahan nita kali ini.     

"Aku punya ide bagus untukmu " ucapnya.     

Nita mengerutkan dahinya, "ide apa? "      

Tapi nita bisa menebak pasti dokter edwin sedang mengerjainya, karena semua ide yang dia bilang bagus itu selama ini hanya menguntungkan dirinya sendiri saja.     

"Ayo kita keluar secara sembunyi-sembunyi dari tempat ini " dokter edwin mengatakan ide yang sangat mengejutkan nita.     

"Itu namanya kabur koko! "     

"Bukannya kamu bosan? " dia lalu bertanya pada nita, "kita bisa pergi jalan-jalan keluar sampai jam sembilan malam ketika petugas jaga memberikanmu obat "     

Nita menyipitkan kedua matanya, "ternyata koko aneh juga! "     

"Dokter mana coba yang ajak pasiennya keluar rumah sakit buat jalan-jalan supaya tidak jenuh! "     

Nita beranjak dan lalu memberi pelukan pada dokter edwin dan berjingkrak.     

"Aku senang sekali, akhirnya ada yang mengerti aku! " ucapnya senang.     

Dokter edwin tertawa kecil, "baiklah, kamu mau pergi kemana? "     

"Aku pengen sekali makan donat dan green tea hangatnya " nita sudah membayangkan makanan yang dia inginkan sekarang ini.     

"Kita beli sekarang " ucap dokter edwin sambil mengusap dengan lembut rambut nita.     

"Sekarang kamu harus ganti baju dulu "      

Nita menganggukkan kepalanya dan mengambil pakaian di dalam tas miliknya.     

"Kamu dengar, nanti ketika aku bicara dengan suster ghina kamu harus cepat-cepat keluar dari kamar dan tunggu aku di depan lift " ucapnya pada nita yang sudah mengganti bajunya dengan hoodie sweater coklat bigsize.     

"Siap "     

"Seperti ini,,, " dokter edwin memakaikan hoodienya untuk menutupi kepala dan wajah nita.     

"Cantik " pujinya.     

Nita tersenyum lebar, "terima kasih, koko juga keren dengan kemeja lengan pendek itu walaupun tanpa jas putihnya "     

"Sudahlah, aku bisa gila kalau terus mendengar perkataanmu yang manis itu " dokter edwin bicara pelan dengan wajahnya yang datar tetapi sebenarnya dia sedang berusaha kuat untuk menyembunyikan rasa malunya di hadapan nita.     

"Aku akan bicara sekarang dengan suster ghina "     

"Oke "     

Dia berjalan ke arah luar ruang rawat nita dan untuk beberapa saat dia berdiri dan terdiam.     

'Apa ini aku yang sebenarnya? ' dia bertanya dalam hatinya.     

'Aku sendiri yang menawarkan ide gila ini pada nita! '     

Dia masih belum bisa percaya jika sekarang di pikirannya selalu muncul ide-ide anehnya untuk menyenangkan nita.     

"Suster ghina " panggilnya dengan satu tangannya yang dia letakan di belakang tubuhnya memberikan sebuah isyarat pada nita.     

"Sepertinya bidan nita sangat lelah dan dia tertidur lelap sekali " ucapnya, "sebaiknya jangan di ganggu sampai waktunya pemberian obat "     

"Baik dokter " suster ghina menuruti perkataan dokter edwin, "lagipula obat nanti malam hanya vitamin saja "     

"Baiklah " dokter edwin menganggukkan kepalanya, "saya pergi dulu "     

"Tapi apa dokter tidak membawa jas milik dokter? " tanya suster ghina terheran karena tadi ketika dokter edwin datang dia memakai jas putih dan kali ini dia tidak memakainya.     

"Saya akan datang lagi nanti jam sembilan " jawab dokter edwin, dia tidak terlihat seperti seorang pembohong di hadapan suster ghina karena raut wajahnya sam sekali tidak berubah tetap kaku dan dingin seperti biasanya.     

"Baiklah dokter "     

Setelah dia yakin nita telah keluar dari ruangannya dia lalu melanjutkan langkahnya untuk menuju ke arah lift dimana dia dan nita berjanji bertemu di tempat itu untuk pergi ke satu tempat yang nita inginkan.     

"Koko hebat sekali " lagi-lagi nita memujinya ketika mereka berdua sudah masuk ke dalam lift.     

"Aku kan sudah bilang jangan puji lagi sekarang ini " ucap dokter edwin dengan nada datar, "atau nanti pertahananku akan roboh dan kamu aku makan di tempat ini juga! "     

Nita mengernyit dan sedikit menjauh dari dokter edwin.     

"Menakutkan sekali,,, " ucap nita pelan sambil sesekali mencuri pandang ke arah dokter edwin yang masih berdiri tegak dan pandangannya yang lurus ke depan walaupun itu adalah pemandangan pintu lift yang tertutup...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.