cinta dalam jas putih

Dengue fever



Dengue fever

0"Bidan nita! " terdengar suara seseorang yang memanggil namanya sayup.     

Tetapi kedua matanya sangat berat untuk membuka, diapun merasa sekarang ini tubuhnya sangat lelah.     

Nita berusaha membuka kedua matanya dan melihat satu sosok perawat perempuan yang berdiri di samping tempat tidurnya.     

"Maaf suster, saya ngantuk sekali " ucap nita lemah, "sampai-sampai tidak dengar suara suster "     

Dia terlihat tersenyum ke arah nita, "saya akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital "     

Dia lalu memasangkan sfigmomanometer di tangan kanan nita, dan memasang oxymeter di jari telunjuk tangan kirinya.     

"Sepertinya masih demam " ucapnya pada nita yang lalu menyimpan termometer.     

"Sedikit demam " nita mengatakannya dengan kedua matanya yang dia paksakan untuk terbuka.     

"Dokter edwin setiap satu jam pasti datang untuk memastikan kondisimu " dia memberitahukannya pada nita, "tapi sekarang sudah hampir dua jam lebih dia belum datang dan berdiri di depan jendela sambil memandangimu "     

Nita tersenyum lemah, "mungkin ada operasi yang tidak bisa ditinggalkan "     

"Tapi suster ghina, saya mau bertanya " nita kembali bicara, "apa ada perawat lain yang kamu bawa sekarang ini? "     

Suster ghina yang memakai masker di wajahnya itu terlihat mengerutkan dahinya.     

"Tidak ada orang baru yang saya bawa " jawabnya, "saya sendirian dan kebetulan hari ini saya bertugas melakukan pemeriksaan "     

Nita tertawa kecil, "suster senang bercanda! "     

Dia lalu menunjuk ke arah pintu ruang rawat, "lalu itu siapa yang berdiri di depan pintu memakai baju putih "     

"Saya tidak bercanda,,, " ucap suster ghina pelan seraya berbalik dan melihat ke arah yang nita tunjukkan.     

Tidak ada siapapun di balik pintu seperti yang nita katakan kali ini, dia semakin kebingungan dan merasakan bulu kuduknya berdiri merinding karena ketakutan.     

"Disana tidak ada siapa-siapa " dia kembali berucap memberitahukan pada nita.     

"Semalam juga disini ramai sekali orang-orang yang bisa terbang! " celetuk nita yang kali ini kedua matanya terpejam dan kembali terbuka.     

Suster ghina semakin ketakutan, dan dia terperanjat ketika mendengar suara termometer yang sudah satu menit berada di tubuh nita.     

"Hah! " dia terkejut melihat angka yang tertera di layar termometer, lalu ke arah nita dan meletakan satu telapak tangannya yang memakai sarung tangan.     

Panas dari tubuh nita sangat bisa dia rasakan walaupun dia menggunakan sarung tangan.     

Dia dengan cepat memasukan paracetamol infus sekarang dan mengawasi nita yang sejak awal dia melakukan pemeriksaan terlihat sangat aneh.     

Dia bicara sendiri tidak tentu arah dan terkadang diikuti tawa kecilnya.     

"Suster ghina sekarang saya ngantuk sekali! " ucap nita, "apa ini masih malam? atau mati lampu? "     

"Kenapa semuanya gelap,,,, ? " nita belum sempat menyelesaikan perkataannya tetapi kedua matanya tertutup dan dia tidak mengatakan apa-apa lagi.     

Suster ghina terkejut dan dia dengan cepat menekan bel ruangan untuk meminta bantuan rekannya yang lain.     

"Bidan nita! " dia menyimpan kedua tangannya di bahu nita mengguncangkannya perlahan untuk melihat reaksi yang di terima oleh nita.     

Meletakkan tiga jarinya di pergelanangan tangan nita, merasakan nadinya yang lemah.     

"Ayolah, jangan buat aku dimarahi oleh dokter edwin " dia bicara bercampur dengan rasa khawatir dan ketakutan sambil memasangkan oksigen pada nita.     

Dia terus mengawasi nita yang tiba-tiba pingsan, menunggu rekannya yang lain datang untuk membantu.     

Tubuhnya mengeluarkan banyak keringat ketika dia tidak sadarkan diri dan hanya mendengar suara keributan tetapi dia tidak bisa melihatnya.     

Dia seperti sedang terbang di atas langit yang lalu berputar-putar sampai membuatnya pusing, dan hawa panas yang dirasakannya berubah menjadi dinging di setiap aliran darahnya.     

'Apa yang sedang mereka ributkan? ' nita bertanya pada dirinya sendiri ketika masih bisa mendengar keributan tetapi dia tidak bisa melihatnya karena gelap gulita.     

'Siapa yang pegang tanganku? ' dia kembali bertanya ketika merasakan ada tangan seseorang yang memegang telapak tangannya dan terasa dingin.     

'Kenapa sekarang menjadi sepi? '     

Ketika dia tidak lagi mendengar keributan dan semuanya sunyi senyap, perlahan gelap yang ada padanya berubah terlihat sebuah cahaya.     

Dan kedua matanya tidak lagi berat untuk terbuka.     

Dia mendapati sesosok laki-laki yang duduk di samping tempat tidurnya sedang terduduk dengan sambil tertidur dan satu tangannya yang memegangi tangannya.     

Pria itu terlihat tidak nita kenali, karena dia memakai sebuah jubah berwarna abu lengkap dengan penutup kepala dan masker yang menutupi wajahnya.     

Gerakan tangan nita membuatnya terusik dan dengan cepat membuka kedua matanya menoleh ke arah nita.     

"Koko? " tanya nita dengan suaranya yang serak, ketika melihat tatapan dari mata yang sedikit sipit yang menjadi ciri khasnya.     

Tapi tenggorokannya terlalu kering untuk nita melanjutkan perkataannya, dia terbatuk.     

"Kamu jangan dulu bangun " ucapnya.     

Dia membantu nita agar bisa meminum seteguk air putih dari gelas untuk meredakan batuknya, dan kembali membaringkannya.     

"Kenapa koko masuk kesini? " tanya nita.     

"Kamu pikir aku akan diam saja ketika sustet ghina menelponku tadi siang kalau kamu pingsan dan demam tinggi " jawabnya.     

Dia lalu terdiam beberapa saat, karena mengingat hal yang terjadi beberapa saat sebelum dia akhirnya memutuskan untuk menemani nita dua jam yang lalu.     

Pasiennya belum selesai dia lakukan pemeriksaan tetapi dengan cepat dia berlari setelah menerima telpon dari suster ghina mengatakan tentang kondisi nita tadi.     

Jika dia katakan itu pada nita, tentu saja dia akan mendapatkan penolakan untuk di temani.     

"Apa masih pusing? " lalu dia bertanya pada nita seraya menyimpan satu telapak tangannya di dahi nita.     

"Sepertinya demamnya sudah turun " dia tidak lagi merasakan hawa panas dari tubuh nita.     

Hanya keringat saja yang membanjiri seluruh tubuh nita.     

"Sekarang saya sudah baikan, sebaiknya koko cepat kembali " ucap nita, "jangan lupa untuk desinfeksi setelah keluar dari ruangan ini "     

"Ruangan ini aku yang minta, dan kamu adalah tanggung jawabku. Jadi terserah aku sampai kapan akan tetap berada disini untuk menemani kamu! "     

"Tapi pasien koko,,, "     

"Ada dokter kaif dan dua residen obgyn yang membantunya " dia menyela perkataan nita.     

"Kalau hanya sakit kecil seperti ini aku tidak akan takut tertular " sambungnya, "karena biasanya penyakit itu lebih senang bertahan pada orang yang lemah "     

Mendengar itu nita tertawa kecil, "kenapa aku malah di marahin koko! "     

"Aku kan sedang sakit! " rengeknya, "bukannya di sayang, malah di kasih nasehat sama wejangan terus "     

"Koko itu harus kasih semangat supaya saya juga semangat, makanan pedas atau ajak aku jalan-jalan keluar karena aku bosan disini! "     

"Jadi pikiranku bosan, dan penyakit dengan enaknya diam di situ! "     

"Dasar nakal! " dia mencubit kecil hidung nita, "masih berani meminta makanan aneh seperti itu! "     

"Kalau kamu sembuh, aku berjanji akan membawamu ke tempat yang sudah aku siapkan buat kamu "     

"Coba aku lihat mulutmu sekarang, buka yang lebar "      

Nita menuruti semua yang diperintahkan oleh dokter edwin padanya.     

Dia mengerutkan dahinya melihat rongga mulut nita dari sinar penlight miliknya.     

"Sudah selesai " dan kembali duduk di samping nita.     

"Apa kamu merasa sakit di seluruh badan atau persendian? " tanyanya.     

Nita mengangguk, "sejak pertama masuk ke ruangan ini saya sama sekali tidak bisa tidur koko "     

"Tapi dua hari yang lalu ketika saya melihat aftab yang datang dan melambaikan tangannya dari balik jendela itu, lalu tiba-tiba badan terasa sakit "     

"Aku kan sudah bilang anak itu sudah pulang kerumahnya " ucap dokter edwin.     

"Iya, tapi tidak dalam hidup! " cetus nita, "koko sengaja tidak menceritakannya tetapi saya tahu dari berita di social media! "     

Dokter edwin menarik nafasnya, ternyata dia lupa bahwa ada informasi lebih cepat yang akan nita ketahui walaupun dia tidak mengatakannya.     

"Aku minta maaf " ucapnya, "tadinya aku tidak mengatakannya supaya tidak membuatmu ketakutan "     

"Iya, saya tahu " ucap nita pelan.     

Dia lalu menarik lengan jubah yang dipakai oleh dokter edwin.     

"Koko "     

"Ada apa? "     

"Bisa tolong panggilkan suster ghina "     

"Apa yang kamu butuhkan? katakan saja "     

Nita terdiam tidak mengatakan apapun, di sepertinya enggan untuk mengatakannya pada dokter edwin.     

"Keringat ini membuatku tidak nyaman, aku mau minta bantuan suster ghina untuk personal hygiene "     

"Baiklah " dia lalu beranjak dari duduknya dan keluar ruangan mengikuti semua yang nita katakan tadi.     

Tidak lama setelah itu suster ghina datang membawa air hangat di dalam baskom dengan waslap.     

"Terima kasih " ucap dokter edwin.     

"Biar saya,,, "     

"Tidak perlu " dokter edwin menyela, "saya yang akan lakukan sendiri "     

"Suster ghina istirahat saja "     

"Tapi dokter " dia merasa tidak enak hati.     

"Tidak apa-apa "      

Nita tertegun dan membulatkan kedua matanya mendengar dokter edwin yang akan menyekanya sekarang ini.     

"Koko saya sendiri saja " ucap nita malu.     

"Tidak apa-apa, anggap saja kita sedang mandi bersama " ucapnya dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi.     

"Aku sudah tahu setiap inchinya juga " sambung dokter edwin yang membuatnya semakin malu.     

"Koko! " dia merengek untuk menutupi malunya dengan memukul kecil tangan dokter edwin...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.