cinta dalam jas putih

Negatif



Negatif

0"Koko " panggilnya, ketika laki-laki itu dia masih tidak memiliki tenaga besar untuk bangun dari tidurnya sekarang ini.     

"Biar suster ghina saja yang menggantikan pakaianku "     

"Kamu pikir aku tidak bisa melakukannya? " tanya dokter edwin mulai membasahi waslap yang di pegangnya dengan air hangat.     

Dia lebih dulu membersihkan wajah nita yang telah lengket karena keringatnya sendiri.     

"Aku harus bisa melakukannya " dia berkata sambil terus menyeka wajah nita.     

"Karena aku berharap kalau nanti aku tua dan tidak dapat melakukan apa-apa, kamu bersedia untuk mau membantuku "     

"Koko bicara apa sih! "      

"Bicara tentang kenyataan " jawabnya dengan tangannya yang mulai turun ke daerah leher nita.     

"Kalau aku tidak akan seperti ini selamanya " sambungnya.     

"Koko percaya pada saya akan selalu berada di samping koko sampai tua nanti? " tanya nita.     

Kedua tangan dokter edwin lalu membantu nita untuk beranjak dari tidurnya agar terduduk dan dia bisa dengan mudah mengganti pakaian nita yang basah karena keringatnya.     

"Lima puluh persen percaya dan lima puluh persen tidak percaya " jawab dokter edwin sambil membuka satu persatu kancing baju nita.     

Dia lalu kembali menyeka tubuh nita dengan telaten.     

Nita tertegun dengan jawaban dokter edwin padanya kali ini.     

"Karena lima puluh persen aku tidak percaya, sekarang aku akan bertanya padamu. Apakah kamu mau menemani laki-laki tua ini sampai aku ditakdirkan tidak bisa berada di dunia lagi? "     

Nita tersenyum lemah, "tentu saja aku harus mau, seperti yang dokter bilang aku tidak perlu mencari yang sempurna kalau yang terbaik ada di hadapanku "     

Walaupun senyuman dokter edwin tidak bisa terlihat karena masker yang dipakainya sekarang tapi nita merasa laki-laki itu senang dengan jawaban yang nita ucapkan padanya.     

"Baju pasien ada di loker bawah itu koko " nita menunjukkan ke arah sudut ruangan ke sebuah kotak berbentuk loker.     

"Aku tidak supaya baju pasien rumah sakit, tidak cocok buatmu " dia menolak mengambil baju yang ditunjukkan oleh nita dan justru mengambil dari tas yang tadi dibawanya.     

"Aku suka kamu pakai baju tidur ini " dia lalu menunjukan sebuah piyama berbahan satin berwarna navy.     

"Warna ini cocok buatmu, membuat warna kulitmu cerah " sambungnya.     

"Tapi aku kan pasien disini koko " rengek nita, dia mulai dibuat pusing dengan kelakuan aneh suaminya itu.     

"Mereka tidak akan berani menentangku! " ucapnya dengan nada datar dan segera memakaikannya pada tubuh nita.     

"Bagaimana sekarang? "      

Nita tersenyum, "segar sekali, mungkin karena demamnya sudah hilang "     

"Biar aku rapikan rambutmu sekalian " dia lalu duduk di belakang nita dan menyisirkan rambutnya, merapikan dan mengikatnya walaupun hasilnya sama sekali tidak rapi.     

Dan setelah selesai dia memindahkan posisi duduknya menjadi berhadapan dengan nita.     

"Kamu tidak boleh terlihat pucat " dia mengambil liptint milik nita dari dalam tasnya dan lalu memoleskannya di bibir nita.     

"Sekarang kamu terlihat sangat cantik! " pujinya.     

Nita tersenyum malu, dan telah dibuat begitu terharu karena dia benar-benar diperlakukan seperti seorang ratu wanita yang paling spesial dalam kehidupan dokter edwin.     

"Sayang sekali aku tidak bisa memeluk koko " ucap nita pelan dengan wajahnya yang walaupun terlihat senyumannya tetap tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya.     

Satu tangan dokter edwin berada di pipi kanan nita dan mengusapnya dengan lembut.     

"Cepatlah sembuh " ucapnya dengan kedua matanya yang begitu lekat menatapi nita.     

"Aku merindukanmu "     

"Aku juga " nita memegang satu tangan dokter edwin yang berada di pipinya membiarkan dokter edwin membuainya dalam sentuhan lembut di pipinya.     

Aksi romantis mereka harus terhenti ketika terdengar suara ketukan di pintu ruang perawatan nita.     

Muncul sosok suster ghina yang tersenyum tetapi sepertinya dia takut sekali pada dokter edwin karena dia sudah mengganggu waktu kedua orang ini.     

"Dokter deva memberikan advis untuk mengambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium melihat trombosit dan juga IGg, Igm "     

"Diambil darah lagi,,, " nita memperlihatkan wajahnya yang sepertinya sudah begitu lelah ketika tubuhnya harus kembali mendapatkan kesakitan dari jarum-jarum yang menghisap darahnya.     

Tetapi yang bisa dilakukannya hanya pasrah dan membiarkan suster ghina untuk lagi-lagi mengambil sampel darahnya.     

Melihat nita yang meringis kesakitan karena jarum yang menembus pembuluh darahnya itu, dokter edwi merasa jarum itupun telah menusuk perasaannya.     

Dia merasakan kesakitan yang di dapatkan oleh nita saat ini dan membiarkan nita mengcengkram tangannya begitu kuat.     

"Bersabarlah, sebentar lagi kamu akan sembuh " ucapnya pada nita yang telah selesai dilakukan pengambilan sampel darah.     

Dia mengusap kepala nita dengan lembut dan membawanya masuk ke dalam pelukannya.     

"Koko jangan terlalu dekat seperti ini! " nita sedikit menjauhkan dirinya karena tidak ingin nanti dokter edwin justru tertular olehnya.     

"Koko harus pulang sekarang sudah malam, kasihan key sendirian di rumah " sambungnya, "saya sudah baikan " dia memperlihatkan senyumannya, "dan akan berjanji melakukan isolasi ini dengan baik, supaya cepat menghilang penyakitnya! "     

"Kamu yakin tidak apa-apa sendirian? "      

Nita menjawabnya dengan anggukan kepalanya.     

"Kalau kamu demam dan mengigau lagi seperti tadi, aku akan menyewa satu kamar lain di samping ruanganmu supaya aku bisa tahu apa yang terjadi padamu dengan cepat "     

"Ahhh, manis sekali " nita mengatakannya dengan nada manja dan bergelayut di tangan dokter edwin.     

"Aku jadi pengen cepat-cepat pulang, karena laki-laki seperti koko itu sangat langka dan banyak di buru oleh wanita! "     

"Aku jadi takut ada wanita lain yang mencari perhatian koko selama aku menjalankan isolasi disini! " sambungnya.     

Dokter edwin tertawa malu di balik maskernya, "kamu bicara manja lagi seperti itu aku tidak akan menjamin bisa menahan diriku "     

Nita terkekeh, "baiklah adegan romantisnya selesai! "     

"Sekarang koko harus cepat pulang "      

"Kamu hati-hati dan beri kabar jika merasakan sesuatu " dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memberikan sebuah ciuman di kening nita walaupun terhalang oleh masker yang dipakainya setidaknya itu sudah sedikit membayar rasa rindunya pada nita.     

"Koko " panggil nita ketika dokter edwin sudah sampai di depan pintu dan belum membukanya.     

"Ada apa? " dia berbalik dan menoleh ke arah nita.     

Nita tersenyum lebar dan menyimpan satu telapak tangannya di dada kirinya dan melemparnya pelan-pelan seolah-olah dia sedang mengirimkan cinta tidak kasat mata pada dokter edwin.     

Dokter edwin tersenyum menggelengkan kepalanya, dia menanggapinya dengan pura-pura telah menangkap cinta yang nita berikan padanya dan dia simpan di dalam jantungnya.     

Nita tertawa kecil dan lalu melambaikan tangannya sebagai bentuk perpisahan dengannya sekarang ini.     

'Aku selalu senang diperlakukan seperti itu dan menerimanya dengan baik jika itu nita yang melakukannya! ' celetuk dokter edwin dalam hatinya.     

Dia lalu berjalan ke arah ruang ganti dan melepaskan semua APD yang di gunakannya tadi.     

Sebenarnya dia merasa berat sekali untuk meninggalkan nita sendirian, tetapi sepertinya wanita itu tidak oernah membiarkannya karena tahu seperti apa pekerjaan yang menantinya setelah ini     

"Dokter ada kabar baik " ucap suster ghina ketika melihat dokter edwin yang keluar dari ruangan ganti.     

"Kami baru saja memberitahukan hasil laborartorium bidan nita dan hasil darah rutinnya telah normal " sambungnya, "untuk IGg, IGm dan widal negatif "     

"Dokter deva mengatakan untuk dilakukan apus ulang besok pagi "     

"Syukurlah " dia akhirnya bisa bernafas lega.     

"Saya sangat berterima kasih karena suster ghina merawat nita dengan baik " sambungnya, "tolong lakukan apusannya dengan pelan, supaya dia tidak merasakan sakit dan dengan cepat memberitahukan hasilnya pada saya "     

"Tentu saja dokter "      

Suster ghina mengawasi langkah dokter edwin yang perlahan menjauhinya.     

"Aku pikir dokter edwin akan marah karena istrinya itu pingsan tadi " dia bisa bernafas lega setelah tahu bahwa dia selamat dari ancaman di berhentikan dari pekerjaannya.     

"Dokter edwin perhatian sekali sama istrinya itu " ucap rekan kerjanya yang lain, "padahal wajahnya sama sekali tidak mencerminkan seorang yang perhatian, dingin dan cuek "     

"Jadi iri dengan bidan nita " ucap suster ghina berkhayal dia bisa menggantikan suaminya di rumah dengan sosok yang sama seperti dengan dokter edwin sekarang...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.