cinta dalam jas putih

Faringitis



Faringitis

0"Dokter maaf pagi-pagi sekali saya mengganggu "      

Dokter edwin mendapatkan telpon ketika dia sedang merapikan kemejanya. Dia sengaja akan berangkat pagi-pagi sekali supaya bisa melihat nita yang sedang berada di ruang isolasi khusus yang di minta olehnya.     

"Ada apa? "      

"Pasien aftab mengalami psedomenbran di paru-parunya dan terjadi miokarditis, dokter memutuskan untuk dipindahkan ke isolasi intesive care unit "     

Dokter edwin tertegun, dia merasa pagi ini telah mendapatkan kabar yang paling tidak menyenangkan di dalam hidupnya.     

"Tolong lakukan perawatan untuk anak itu dengan baik " ucap dokter edwin.     

"Tapi bagaimana dengan hasil pemeriksaan nita? " lalu dia bertanya tentang nita.     

"Saya minta maaf dokter, hasil pemeriksaan bidan nita kemarin menunjukan hasilnya adalah positif difteri "     

"Biar saya bicara dengan dokter yang merawat nita nanti " tanggapnya, "terima kasih informasinya "     

"Sama-sama dokter "     

Dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya setelah mengakhiri telpon dengan seseorang yang memberikan kabar tidak menyenangkan padanya.     

Tetapi dia tidak boleh menyerah begitu saja, terlebih ketika tahu ada alergi yang nita miliki terhadap salah satu antibiotik.     

Dan akhirnya dia kembali mengambil ponselnya untuk menghubungi nita.     

Terlihat olehnya sosok nita yang sudah terduduk di atas tempat tidur dengan senyuman yang mengembang indah dan lambaian tangannya di layar ponsel dokter edwin ketika dia melakukan video call.     

"Selamat pagi koko "     

Doktet edwin tampak begitu terpaksa memperlihatkan senyumannya, "bagaimana kabarmu pagi ini? "     

"Baik " jawab nita, dia terlihat sesekali berdehem.     

"Kenapa? "     

Nita masih memperlihatkan senyumannya, "saya sedikit tidak nyaman di tenggorokan, seperti ada sesuatu yang mengganjal "     

"Sepertinya sedikit sakit ketika menelan "     

Pagi ini benar-benar menjadi awal yang sangat menyedihkan untuknya ketika mendengar lagi kondisi nita.     

"Mungkin karena saya kurang minum "      

"Kamu tunggu sebentar lagi aku akan sampai ke rumah sakit untuk menemuimu " ucap dokter edwin, sekarang ini dia hanya ingin menjadi seseorang yang bisa memberi kekuatan pada nita untuk melawan penyakitnya itu.     

"Video call juga sudah cukup koko " ucap nita, "nanti semua pasien harus kecewa karena menunggu dokternya yang belum datang "     

"Saya baik-baik saja, disini ada dokter dan perawat yang menjaga dan menemani saya "     

"Jangan tutup telponnya! " perintahnya pada nita.     

Hari ini untuk pertama kali dia harus mempersiapkan semuanya sendirian, setelah selama dia bersama nita semua keperluannya di siapkan.     

"Daddy, jas nya ketinggalan! " teriak key menyusul ayahnya yang sedang terburu-buru pagi-pagi sekali.     

Dia lalu berlari menuju ke dekat mobil ayahnya itu.     

"Daddy belum sarapan " sambungnya.     

"Nanti saja di rumah sakit " jawab dokter edwin, "terima kasih "     

Key tersenyum, "ini baru satu hari mommie tidak ada dirumah, tapi daddy sudah seperti anak ayam kehilangan induknya "     

"Key " dia menanggapi sindiran dari anak laki-lakinya itu.     

"Mommie bilang pagi ini tenggorokannya sakit, jadi daddy harus lihat kondisinya sendiri "      

"Kamu tahu, wanita itu artis paling baik. Bisa membuat kita percaya kalau dia bilang baik-baik saja itu artinya sebaliknya "     

Key terkekeh mendengarnya, "daddy bisa bilang seperti itu, padahal kenyataannya daddy itu sudah ketergantungan dengan kehadiran mommy! "     

Dokter edwin merasa tersudutkan dengan ucapan key yang membuatnya malu sekali, walaupun kenyataannya dia memang sudah terbiasa dengan kehadiran nita.     

"Daddy berangkat " ucapnya seraya mengusap dengan lembut kepala key.     

"Sampaikan salam key pada mommie "      

"Ya "     

Dia lalu menghidupkan mesin mobil untuk pergi ke rumah sakit. Menyimpan ponselnya agar tetap bisa melihat wajah nita yang masih melakukan video call dengannya.     

"Kamu dengar apa yang key katakan? " tanyanya.     

Nita tersenyum, "yang mana? "     

"Bahwa aku sudah terbiasa dengan kehadiranmu, dan sekarang seperti seekor anak ayam yang kehilangan induknya "     

Terdengar olehnya tawa nita sebelum dia bicara, dan lalu dia terbatuk.     

"Sejak kapan kamu batuk? "      

"Baru saja " jawab nita, "karena menertawakan dokter "     

Dokter edwin tersenyum lega, dia lalu melihat sebuah pangilan lain yang tertahan masuk di ponselnya karena dia sedang melakukan panggilan dengan nita.     

"Ada telpon masuk " ucapnya memberitahukan pada nita, "nanti aku telpon lagi "     

"Ya "     

Setelah dia mengakhiri pembicaraan dengan nita, dia dengan cepat menerima telpon lain.     

"Dokter "     

"Ada apa? "     

"Dokter jaga intensive care unit melaporkan bahwa pasien anak bernama aftab baru saja meninggal "     

Dokter edwin terkejut mendengarnya, dia menginjak rem mobilnya mendadak karena terkejut. Yang lalu mendapat reaksi suara klakson mobil lain yang berada di belakangnya.     

"Bagaimana dengan nita? "      

"Bidan nita tadi pagi mengeluh faringitis, dan perawat melaporkan suhu badan tiga puluh delapan koma tujuh. Dokter jaga sudah memberikan antibiotik lain "     

"Saya akan segera sampai ke rumah sakit "      

Dia dengan cepat melajukan kendaraannya agar bisa sampai di rumah sakit dan melihat nita.      

Rasa khawatirnya semakin bertambah ketika dia menerima laporan bahwa nita mengalami demam tetapi dia tidak memberitahukannya tadi.     

Dia melihat nita yang sedang terduduk di atas tempat tidurnya dengan sebuah buku yang ada di tangannya dan dibacanya.     

Melihat nita yang terlihat baik-baik saja walaupun terpasang sebuah infusan di tangannya. Dia mengetuk kaca yang jendela ruang rawat nita.     

"Dasar nakal! " ucap dokter edwin dari balik jendela seraya memandangi nita yang berdiri di hadapannya.     

Karena dia tidak dapat masuk ke dalam, mereka bicara melalu telepon.     

"Kalau aku tidak datang kamu tidak akan bilang kalau pagi ini kamu demam? "     

Terlihat senyuman lemah di wajah nita, "tapi cuma demam sedikit koko, tidak apa-apa "     

"Bagaimana keadaan aftab? " tanyanya.     

Dokter edwin tersenyum tipis, "dia sudah boleh pulang, jadi kamu tidak perlu khawatir karena anak kecil itu tidak lagi mengalami kesakitan "     

"Syukurlah, kalau seperti itu " tanggapnya.     

Untuk beberapa saat suasana menjadi hening seketika, dan mereka hanya saling memandang satu sama lain.     

Nita tersenyum, "kenapa koko melihatku seperti itu? "     

"Kalau demamnya tidak membaik aku akan memberikanmu hukuman! " dokter edwin menjawabnya dengan wajah yang terlihat sangat serius dan tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari nita.     

"Ruangan itu akan aku kontrak buatmu selama berbulan-bulan! "     

Nita tertawa kecil mendengar ancaman dari dokter edwin yang sebenarnya dia tahu sekali bahwa itu adalah bentuk kekhawatiran.     

"Jangan tertawa cantik seperti itu, aku tidak akan merubah keputusanku! "     

"Kamu harus melawan penyakit itu karena aku yakin dia akan kalah jika kamu punya semangat sehat dalam pikiranmu " dia memberikan sebuah nasehat pada nita, "karena berbeda jika kamu mau melawanku, kamu tidak akan pernah menang "     

"Jangan egois memikirkan diri sendiri " dia kembali bicara, "pikirkan juga aku dan key yang menunggumu di rumah! "     

"Ahhh,,, manis sekali " nita berucap seraya memperlihatkan senyuman lebarnya.     

Wajahnya mulai memerah dan terlihat kedua matanya yang mulai berkaca karena terharu dengan ucapan dokter edwin padanya.     

Laki-laki itu mengatakan hal yang paling manis dengan wajahnya yang terlihat kaku dan dingin.      

"Baiklah saya janji akan sembuh dengan cepat " ucap nita.     

"Habiskan makanan yang diberikan, setelah itu kamu harus minum obatnya dan beristirahat dengan baik "      

Dan nita menjawabnya dengan anggukan di kepalanya.     

"Bagaimana tenggorokanmu? "     

"Masih sedikit sakit ketika menelan apapun "      

"Kamu harus yakin itu akan dengan cepat hilang setelah pemberian antibiotik " ucapnya, "apa jarum-jarum itu menyakitimu? "     

Dia melihat ke arah tangan nita yang terpasang infus dan bekas luka setelah pengambilan sampel darah.     

"Pekerjaan saya setiap hari memegang jarum, tapi jujur saya takut sekali dengan jarum! " celetuk nita, "sakit sekali ketika pengambilan sampel darah koko,,, "     

Dokter edwin tersenyum karena mendengar rengekan nita kembali, nada bicara yang selalu dirindukannya setiap hari ketika bersamanya.     

Dan mereka kembali terdiam hanya saling memandang untuk beberapa detik.     

"Koko " panggil nita.     

"Ada apa? "     

Terlihat olehnya nita yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu tetapi begitu di tahannya. Yang lalu di alihkan dengan senyuman dan gelengan di kepalanya.     

"Kenapa kamu tidak mengatakan kalau kamu merindukanku? " tanya dokter edwin, "seperti apa yang aku rasakan sekarang ini "     

Dia seperti bisa menebak apa yang ingin nita katakan padanya tadi itu, tetapi sepertinya nita malu sekali untuk mengatakannya. Dan perkataan dokter edwin itu sangat mewakili perasaannya kali ini.     

"Apa yang mau katakan? " dia kembali bertanya pada nita.     

Nita tersenyum tipis, "aku mau bilang ini sudah hampir jam sembilan dan koko harus segera bekerja karena pasien koko sudah menunggu "     

Kedua alis dokter edwin terangkat, dia lalu menundukkan wajahnya menyembunyikan rasa kecewanya dengan senyuman.     

"Baiklah aku akan kembali bekerja " ucap dokter edwin.     

Terlihat nita yang menganggukkan kepalanya.     

"Tapi kamu tidak boleh menutup telponnya sampai aku sendiri yang menutupnya "     

"Iya "     

"Aku akan kembali ke poliklinik sekarang " ucapnya lalu berbalik, merubah posisinya menjadi membelakangi nita.     

"Koko " lalu terdengar suara nita di ponselnya, "Wǒ ài nǐ, wǒ fēicháng xiǎngniàn nǐ "     

Langkah dokter edwin tertahan ketika mendengar ungkapan perasaan nita padanya di detik ketika dia akan pergi.     

Lengkungan bibir membentuk senyuman terlihat di wajahnya kali ini, walaupun nita tidak fasih mengatakannya tapi itu tetap bisa membuatnya meringan karena ungkapan itu.     

Dia lalu berbalik dan mendapati nita yang masih berdiri memandanginya dan tersenyum ke arahnya.     

Terlihat nita yang mencium telapak tangannya lalu dia menempelkannya di jendela agar ciuman itu bisa sampai padanya.     

Dan lalu memperlihatkan sebuah gambar hati di ponsel miliknya ke arah dokter edwin.     

Dia ingin sekali menjawabnya dengan ucapan i love you too, tapi sepertinya dia menahannya.     

'Aku bisa menjadi gila sekarang karena tidak bisa berada di sampingnya! ' guman dokter edwin di dalam hatinya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.