cinta dalam jas putih

Sahabat terpercaya



Sahabat terpercaya

0"Selamat pagi, bu " axel mencium pipi nita yang sedang mempersiapkan piring-piring diatas meja makan untuk semua penghuni rumah sarapan.     

Nita tersenyum ke arah axel yang setelah dia memberikan ucapan selamat pagi, dia lalu membantu nita merapikan piring-piring diatas meja makan.     

"Ibu " panggil axel.     

"Iya " nita menoleh ke arah axel kali ini, dia lalu memandangi axel yang juga memandanginya sedari tadi.      

Wajah putranya pagi ini terlihat lain, dia begitu ada begitu banyak kebahagiaan muncul seperti sebuah aura positif.     

"Aku mau bicarakan ini kemarin, tetapi karena ellen selalu mengganggu jadi aku lupa " ucap axel masih dengan senyumannya.     

"Mau bicarakan tentang apa memangnya? " nita lebih mendekat ke arah axel, dan terduduk disampingnya supaya dia bisa mendengarkan dengan baik apa yang akan dikatakan oleh axel.     

"Kemarin di ruang bersalin tempatku bekerja, aku bertemu dengan bidan yang wajahnya mirip sekali dengan ibu " axel mengatakannya dengan berapi-api, "cara bicaranya sama lembut seperti ibu, walaupun dia memakai make up tapi dia cantik seperti ibu "     

Nita terkejut ketika axel membicarakan seorang wanita cantik yang dia temui ditempatnya bekerja padanya, axel bahkan begitu detail menggambarkan wanita yang dia katakan sangat cantik itu mirip dengannya.     

"Namanya leiya " axel kembali menceritakan sosok yang telah membuatnya sedikit mengganggu pikirannya, cara dia menatap axel ketika bicara membuatnya terus menerus merasa leiya ada di dekatnya.     

Nita tersenyum memegang kedua tangan axel, "ibu selalu merasa kamu adalah putra kecil ibu yang baru kemarin menelpon ibu ketika kamu sakit dan sendirian dirumah "     

"Kamu sudah dewasa sekarang, sepertinya kamu menyukai leiya. Atau membicarakannya hanya karena dia mirip ibu? " sambung nita.     

Axel tersenyum mendengar cerita ibunya yang masih mengingat kejadian sebelum dia menikah dengan ayahnya, dia selalu mengganggu nita dengan memanggilnya dengan sebutan 'bibi ' dan menghubunginya ketika malam hari axel sendirian di rumah saat sedang demam.      

"Memangnya kenapa ibu menyebut aku menyukainya? " tanya axel.     

Nita tersenyum tipis, "karena kamu menyebutnya cantik ketika pertama bertemu, mata kamu melihat kecantikannya itu berarti kamu menyukainya karena fisik, setelah melihatnya kamu menyebutnya cantik. Laki-laki yang mengatakan wanita itu sangat cantik pasti memiliki ketertarikan "     

"Kamu harus membedakan dengan apa kamu menilainya menjadi cantik " sambung nita.     

"Otak kita pasti menilai kecantikan seseorang dari kecerdasannya, tapi jika hati kita yang menilai pastilah dia cantik karena sopan santun dan kebaikannya "     

Axel tersenyum, memandangi cara ibunya berbicara yang tidak ada yang sama sepertinya. Cara dia bicara lembut tetapi memperlihatkan kecerdasannya. Apa yang diucapkan olehnya membuat semua orang yang mendengar terhipnotis padanya.     

"Kalau kamu suka jangan tunggu lama-lama " nita memberikannya saran, "wanita cantik itu biasanya sudah banyak yang antri di belakangnya! "     

"Ibu ini,,, " axel tersipu, dia belum memikirkan hal yang lebih seperti yang sudah disarankan oleh ibunya itu.     

"Aku kan cuma melihatnya dengan kagum saja " sambung axel.     

Nita tersenyum, "kalau tidak salah kagum itu awalnya dari jatuh cinta, biasanya kan dari mengagumi jadi mencintai! "     

Axel tetawa kecil, tangannya berganti memegang kedua tangan nita.     

"Perlahan saja dulu, bu. kita baru kenalan kemarin, jadi aku harus mengenalnya lebih dulu "      

"Iya, terserah kamu saja " nita menganggukkan kepalanya, "nanti pasti ibu dengar kalau kamu sudah ditikung sama orang lain yang lebih gerak cepat "     

Dahi axel berkerut, "kenapa bicara seperti itu bu? "     

"Wanita itu biasanya akan kalah sama laki-laki yang tegas, dan tidak suka memberikan harapan palsu! " jawab nita, "dekat sudah lama tapi tidak jelas statusnya! "     

Axel tertawa mendengar jawaban dari nita yang sepertinya merupakan kisah dari hidupnya sendiri.     

"Ibu kalah sama ayah karena dulu langsung diajak menikah plus-plus? " axel berbisik ke telinga nita.     

Wajah nita seketika memerah dia melihat ke arah axel.     

"Apa plus-plus? " nita terheran.     

"Iya plus-plus ibu,,, " axel masih memegang kedua pipi nita, "karena diajak menikah langsung sama ayah, sekaligus punya anak yang manja dan nakal "     

"Ibu " ucap axel, "ibu tahu tidak aku itu sangat beruntung di dunia ini, walaupun keluargaku yang pertama tidak berjalan dengan baik tuhan menggantikannya dengan ibu "     

"Terima kasih karena ibu selalu memberikan kasih sayang ibu walaupun aku tidak lahir dari rahim ibu " sambung axel, "aku tidak akan pernah bisa membalas kebaikan ibu dengan apapun "     

"Terima kasih karena ibu sudah mau bersabar menghadapi ayah dan kami anak-anak ibu "      

Nita terharu sekali mendengar kata-kata axel pagi ini, kedua pipinya masih terus di pegang oleh axel. Mata axel memandanginya dengan penuh kasih sayang.     

"Aku akan memilih wanita yang jika ayah dan ibu menyukainya, seperti ibu dulu yang selalu disukai oleh nenek dan kakek " axel lalu mengucapkan sebuah pernyataan yang seolah menekankan bahwa dia akan membawa wanita yang akan dia pilih nanti, dan yang akan memutuskan adalah kedua orang tuanya.     

Nita memegang kedua tangan axel yang masih berada di pipinya, "kami akan mendukung semua apa yang kamu pilih, tidak akan membuat satu kriteria yang terdengar memberatkan. Yang ayah dan ibu lihat nanti kebahagiaan kamu dan yunna "     

"Kamu tahu, wanita manapun yang nanti kamu pilih itu pasti beruntung sekali " ucap nita, "kamu laki-laki yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang sama seperti pada ibunya sendiri "     

Axel tertunduk menunjukkan malunya, hari ini dia bukan anak yang berusia sepuluh tahun lagi yang selalu manja pada nita dan bercerita tentang apa yang sudah di laluinya.     

Tapi semuanya tidak berubah sedikitpun padanya, dia masih selalu menceritakan tentang segala sesuatu yang membuatnya bahagia, sedih, maupun marah.     

Nita baginya bukan hanya sosok seorang ibu, tapi dia juga adalah teman yang sangat dapat dipercaya. Selalu memberikan solusi terbaik padanya, itulah alasan axel selalu bercerita pada ibu sambungnya itu.     

"Apa kamu tidak pernah bercerita seperti kakakmu itu? " yoga mendapati yunna yang berdiri di sudut lain memperhatikan ibu dan kakaknya yang sedang bicara, dia terlihat mengambil sebuah momen itu dengan ponselnya.     

Sedari tadi dia hanya senyum-senyum sambil terus mengambil gambar nita dan axel dengan ponselnya.     

"Ssttt,,, " yunna menyimpan satu jari telunjuk di depan bibirnya, dan menarik tangan yoga untuk menjauh dari tempat mereka berdiri.     

"Ayah tahu, kak axel sedang suka sama seseorang! " ucap yunna pada yoga, "dan itu bukan kak ellen, tapi petugas kesehatan di tempat baru kak axel! "     

"Dia sedang meminta ijin sama ibu supaya ayah dan ibu menyukainya! " sambung yunna, dia lalu memandangi yoga dengan lekat.     

"Kenapa? " yoga terheran ditatap seperti itu oleh putri cantiknya.     

"Awas kalau ayah tidak setuju! " yunna bicara dengan nada sedikit mengancam yoga, membuat seketika tawa yoga muncul dan mengacak rambut yunna yang panjang tetapi selalu dia ikat dan menyerupai sanggul, seperti wanita korea ketika bersantai.     

Yoga selalu ingat dulu sewaktu dia pertama melihat nita berpenampilan seperti itu setelah selesai jaga malam, dia selalu mengomentari penampilan nita tapi justru itulah yang membuatnya tertarik.     

"Kenapa kamu tidak pernah bercerita seperti kakakmu? " tanya yoga.     

Yunna terlihat memainkan bibirnya sebelum menjawabnya, "ibu terlalu lembut kalau aku menceritakan sesuatu, dia selalu bilang kalau aku tidak boleh berpikiran negatif dengan teman-teman padahal mereka selalu seperti itu menilaiku. Ibu itu baik tapi aku tidak puas jika hanya diberi nasehat seperti itu! "     

Yunna lalu bergelayut manja di tangan yoga, "aku curhat sama ayah saja! " yunna bicara manja, "aku selalu ingin bicara banyak dengan ayah tentang sekolahku, teman-temanku, dan semua yang aku lakukan. Tapi sayangnya ayah tidak memiliki banyak waktu untuk mendengarkanku "     

Yunna terlihat tersenyum tipis ke arah yoga, "tapi aku bangga dengan ayahku yang selalu menolong banyak wanita yang melahirkan! "     

Yoga menangkap semua yang dikatakan oleh putrinya itu, jika axel dulu jarang mengeluhkan kesibukannya karena dia dekat dengan nita. Yunna berbeda, walaupun dia juga dekat dengan nita tapi dia berani mengungkapkan rasa protesnya pada yoga dengan cara yang berbeda.      

Yoga tersenyum ketika yunna mengatakan bahwa ibunya itu terlalu lembut, tanpa disadarinya yunna juga memiliki sifat yang sama. Dia mengatakan apa yang dia tidak suka dengan ungkapan yang berbeda. Dia tidak mau yoga merasa bersalah dengan pernyataannya.     

"Ayah terlalu sibuk " yoga menarik nafasnya, "tapi sebenarnya ayah juga sangat ingin bicara menghabiskan waktu dengan princes yu yang terkenal ini! "     

"Baiklah, hari ini ayah tidak akan pulang terlambat supaya bisa ngobrol dengan kamu! " yoga mengucapkan sebuah janji pada yunna.     

"Tapi awas saja kalau kamu membicarakan tentang pacar! " sambung yoga, "kakakmu boleh membawa pacarnya, tapi kalau kamu masih sekolah jadi jangan macam-macam di sekolah dan diluar rumah! "     

"Jangan sampai kamu membuat kepercayaan ayah dan ibu rusak " yoga meraih satu pundak yunna, "kami bangga mempunyai putri seperti kamu, yang walaupun setiap bulan hasil evaluasi kamu yang sering tertidur di kelas tapi kamu tetap menjadi juara kelas "     

"Princes yu " yunna menjadi besar kepala ketika yoga memujinya, "ayah memang sahabatku yang paling aku percaya sama seperti ibu dan kak axel! "     

Dia lalu memeluk ayahnya, dan tersenyum dalam pelukannya. Jika axel lebih dekat dengan nita, yunna lebih memilih dekat dengan ayahnya. Dia sangat senang ketika yoga memarahinya karena sesuatu kesalahan yang dibuatnya secara sengaja, dia seperti merasa tindakan seperti itulah perhatian yang diberikan oleh ayahnya, walaupun dia benar-benar sibuk tapi yoga selalu peduli pada mereka berdua.      

"Ayahku itu idaman semua wanita! " yunna memandangi fotonya bersama yoga di ponselnya, "makanya aku harus dekat dengan ayah, supaya tidak ada wanita muda yang berani menikung ibuku! "     

"Pelakor sekarang itu mottonya seperti iklan motor! " lagi-lagi dia berkata pada dirinya sendiri.     

"Pelakor semakin di depan! " lalu dia tertawa setelah mengucapkan hal yang menurutnya sangat lucu.     

Nita yang menjadi istri yoga saja sepertinya begitu tenang walaupun dia tahu banyak wanita yang lebih cantik dan muda menyukai suaminya, tapi tidak dengan yunna yang menjadi putri mereka yang paling ketakutan dan siap berperang jika ada wanita lain yang berani mendekati ayahnya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.