cinta dalam jas putih

Elleanoor



Elleanoor

"Iya, kamu atur saja jadwalnya " ellen bicara dengan menggunakan ponselnya di belakang rumahnya.      
0

Dia terduduk di sebuah kursi yang menghadap ke arah kolam ikan yang di penuhi oleh berbagai ikan hias.     

"Jangan terlalu padat " lagi-lagi ellen bicara, "berikan aku liburan dua hari saja kali ini, aku mohon. Nanti pasti aku akan bekerja kembali "     

Terlihat dia menjauhkan ponsel dari telinganya ketika managernya berteriak memarahinya. Dia mengerutkan dahinya, lalu ikut memaki manager yang memarahinya tanpa suara. Hanya mata dan mulutnya yang komat-kamit tanpa suara sedikitpun.     

Seperti inilah kehidupannya saat ini, dia tidak memiliki hak hidupnya sendiri. Bahkan untuk marah dan berteriak pun tidak dapat dilakukannya, dia hanya bisa memaki dari belakang saja.     

Axel yang sedari tadi melihat kemarahan ellen yang tidak bisa dia ungkapkan hanya tersenyum, sahabat kecilnya yang aneh itu tidak pernah berubah sama sekali.     

"Kenapa? menertawakanku? " ellen ketus ketika dia selesai bicara di telepon melihat axel yang sedari tadi memperhatikannya.     

Dia kembali duduk di kursinya tanpa melihat ke arah axel, tangannya masih terus memainkan ponselnya ketika kai duduk disampingnya.     

"Kamu masih tetap bertahan dengan kehidupan seperti itu? " tanya axel.     

"Aku senang dengan pekerjaan seperti ini " jawab ellen tanpa melihat ke arah axel.     

Axel tersenyum menggelengkan kepalanya, dia dengan cepat mengambil ponsel milik ellen.     

"Lihat apa sih dari tadi serius sekali! " axel melihat sebuah akun instagram yang ellen lihat dari tadi.     

"Frandi! " axel seperti pernah mendengar nama dan sering melihat wajahnya, dia lalu melihat ke arah ellen yang sedari tadi berusaha mengambil ponsel miliknya.     

Axel tentu saja tidak akan begitu saja memberikannya, ketika dia berusaha mempertahankannya tanpa sengaja dia melihat sebuah pesan baru masuk dari nama yang sama, frandi.     

'Minggu depan aku akan menunggumu di rumah, kita berjumpa dengan teman-teman lain disana! '     

"Tidak sopan tahu membaca pesan punya orang! " ellen berhasil merebut ponsel miliknya dari tangan axel, dia dengan cepat membaca pesan yang baru saja masuk padanya.     

Ellen terlihat mengetik sesuatu di layar ponselnya, dengan senyuman yang memperlihatkan suasana hatinya sekarang ini.     

"Bukannya dia artis yang sering gonta-ganti pacar? " tanya axel pada ellen.     

"Itu gosip " jawab ellen, dia masih fokus pada layar ponselnya.     

"Tapi apa sebaiknya kamu lebih hati-hati memilih pasangan " axel mencoba memberi masukan pada ellen dengan hati-hati supaya tidak sakit hati.     

Ellen baru saja mendapat masalah karena hubungannya dengan lelaki yang selalu menjadi penjaganya.     

Dia banyak mendapatkan hujatan dari penggemarnya setelah seseorang menyebarkan video ellen yang melakukan pemukulan dan pemecatan secara sepihak padanya. Dia telah terkenal menjadi artis arogan oleh semua penggemarnya dan tentu saja itu menurunkan pamor baiknya walaupun penghasilannya bertambah karena kebencian orang-orang.  Di dunianya semakin dia dibenci semakin bertambah isi tabungannya.     

"Tidak apa, toh aku juga sudah dikenal tidak bagus oleh semua orang! " cetus ellen menerima begitu saja tanpa ingin memperbaikinya.     

Axel menggelengkan kepalanya mengamati sikap ellen yang sepertinya sudah tidak peduli dengan komentar orang lain.     

"Kamu saja cuma bisa mengomentari kehidupanku " ellen kembali berucap, "kamu tidak tahu aku seperti itu karena apa! "     

Axel mengerutkan dahinya, "karena apa? aku sama sekali tidak tahu "     

"Karena kamu tidak pernah bilang kalau kamu mau meminta aku jadi pacar kamu! " wajahnya masih serius ketika mengatakan hal itu pada axel.     

"Malah mau mendekati petugas yang tadi siang berbicara denganmu! " lagi-lagi dia berkata membuat axel membutuhkan waktu untuk berkata.     

Lalu setelah beberapa lama tawa ellen muncul dan melihat ke arah axel yang masih terkejut dengan pernyataannya.     

"Bercanda pak dokter! " cetus ellen dengan tawanya, "serius amat wajahnya! "     

"Ellen!!! " axel dengan cepat berdiri dan lalu mengacak-acak rambut ellen.     

Beberapa saat yang lalu dia terkejut dengan apa yang sudah dikatakan oleh ellen padanya, dia hampir saja menganggap serius apa yang sudah diucapkan ellen padanya.     

Dia sangat peduli pada ellen, dan tidak ingin dia mendapatkan masalah lagi. Terlebih dia dekat dengan laki-laki yang sudah memiliki riwayat percintaan yang tidak baik.     

"Lanjutkan saja kuliahmu, supaya kamu bisa bekerja dengan santai tanpa harus terkekang seperti itu " axel kembali memberikan saran dengan perlahan pada ellen.     

"Iya,  nanti " ellen menanggapinya dengan santai, dia masih merapikan rambutnya yang telah di acak-acak oleh axel tadi.     

"Apa kamu mau seperti ayahmu menikah dengan orang kesehatan juga? " tanya ellen.     

Axel tersenyum, "mungkin memang harus seperti itu, karena mereka sudah mengetahui seperti apa pekerjaan yang dilakukan setiap hari "     

"Seperti ibu yang tidak pernah marah ketika ayah yang harus bekerja tengah malam ketika ada panggilan darurat untuknya " axel kembali berkata dan mengambil orang tua mereka sebagai contoh.     

"Memangnya kalau bukan dari kesehatan tidak akan mengerti kesibukan kamu? " tanya ellen kembali.     

Axel tertawa kecil, "aku bilang kan sepertinya begitu, dan ayah ibu menjadi contohnya "     

Ellen lalu tertawa kecil memandangi wajah axel yang sebenarnya lebih tampan dari frandi, hanya dia orang yang tidak suka berkata gombal di hadapan wanita cantik. Dia terkesan dingin tapi sikapnya yang seperti itu membuatnya semakin terlihat keren di mata wanita manapun termasuk ellen.     

"Ayo tebak " yunna dan alvar mengintip axel yang sedang bicara berdua dengan ellen.     

"Mereka akan pacaran atau hanya berteman? " tanya yunna lagi.     

Alvar masih memperhatikan mereka berdua, "mereka kan berteman dari sekolah dasar "     

"Iya, kak axel memang tidak peka! " yunna begitu kesal dengan sikap kakaknya yang terkesan pemberi harapan palsu pada wanita.     

"Kenapa? " alvar tidak mengerti dengan yang diucapkan yunna.     

"Sikap kak ellen itu sudah terlihat jelas dia menyukai kak axel! " ucap yunna, "kenapa dia suka? karena selama ini kak axel memberinya perhatian, selalu mengingatkannya, sudah gitu selalu menjadi orang pertama yang menghiburnya! "     

"Tapi status mereka tetep temenan? " alvar menyela ucapan yunna.     

Dia menjawabnya dengan anggukkan, "aku nggak ngerti, beneran nggak ngerti dengan pemikiran kak axel! "     

"Itu sakitnya tidak berdarah, tapi dalem banget! " alvar menanggapi sikap axel yang seperti itu pada sahabatnya ellen.     

Mungkin mereka tidak pernah tahu, jika salah satu dari ellen dan axel menyatakan perasaannya mereka tidak pernah bisa sedekat itu. Jika bersahabat bisa membuat mereka sedekat itu, walaupun tanpa sebuah status itu akan sangat menyenangkan. Hanya pemikiran yunna dan alvar saja yang hanya bisa jadi komentator julid yang gemas melihat status keduanya.     

"Kalian mengintip? " suara yoga terdengar oleh yunna dan alvar dari arah belakang.     

Alvar dan yunna saling memandang, wajah mereka terlihat tegang ketika tahu ayahnya memergoki yunna dan alvar yang mengintip.     

"Kenapa belum tidur? " yoga pada yunna dan alvar.     

Mereka berdua hanya senyum-senyum dengan garukan di kepala.     

"Kalian masih bermain game di jam segini? " tanyanya kembali ketika menangkap sebuah ponsel di masing-masing tangan keduanya.     

"Aku hanya memastikan kak axel tidak macam-macam yah! " dia lalu mendekat ke arah yoga dan mencium pipinya dengan cepat.     

"Aku tidur dulu! " yunna sedikit berteriak karena telah lebih dulu kabur.     

"Saya juga akan tidur! " alvar tiba-tiba mencium tangan kanan yoga sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan yoga sendirian.     

Yoga menggelengkan kepalanya menanggapi sikap yunna padanya, walaupun seperti itu dia sangat dekat dengan yoga daripada dengan ibunya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.