cinta dalam jas putih

Wanita Pertama



Wanita Pertama

0Pagi sekali axel sudah berangkat ke tempatnya bekerja, karena hari ini dia masih orientasi jadi dia mendapatkan jadwal di semua ruangan.     

Kebetulan hari ini dia mendapat ruang bersalin untuk berjaga. Dia sudah mengganti pakaiannya dengan baju jaga berwarna merah maroon.     

"Maaf saya mau bertanya " axel bertanya pada seseorang petugas yang hanya seorang diri dihadapannya sedang berdiri membelakanginya.     

Dia terlihat sedang menanyakan sesuatu pada pasien yang sedang terbaring di tempat tidur.     

Petugas tersebut membalikkan badannya dan memandangi axel.     

"Iya, ada yang bisa saya bantu? " petugas itu bertanya pada axel.     

Axel masih tertegun, dia terkesima dengan wajahnya yang sangat mirip dengan ibu sambungnya, nita. Dari cara dia berpenampilan dalam balutan seragam, gaya bicara dan senyumannya. Hanya matanya tidak sama dengan ibunya yang berwarna coklat, dia terlihat memakai softlens karena terlihat lebih besar dan berwarna hitam. Tetapi tetap cantik, dia seperti melihat sosok nita ketika pertama kali bertemu dulu. Walaupun perbedaan antara dia dan ibunya adalah pemakaian make up pada wajahnya.     

"Maaf " dia membuyarkan lamunan axel.     

Axel tertawa kecil menyembunyikan rasa malunya.     

"Iya, maaf saya jadi tidak fokus! " ucap axel.     

Dia tersenyum dan memperlihatkan satu lesung pipit di pipi sebelah kanannya.     

"Saya pegawai baru yang sedang orientasi " axel memperkenalkan diri, "apa dokter azka akan datang hari ini? "     

Wajah wanita itu seketika berubah, "dokter baru? "     

"Iya " axel terlihat salah tingkah, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

"Dokter azka kebetulan tadi menghubungi saya akan sedikit terlambat datang " ucapnya, "dokter tunggu saja "     

Axel menganggukkan kepalanya,  dia telah membalikkan badannya untuk pergi tetapi terhenti dan kembali mendekat ke sosok petugas itu.     

"Siapa nama kamu? " axel memberanikan diri untuk bertanya sebuah nama yang dimiliki oleh wanita pertama yang membuat detak jantungnya bekerja lebih cepat, yang membuatnya kehilangan semua apa yang sudah ada dipikirannya karena melihat kecantikannya.     

"Dokter panggil saja saya leiya " jawabnya masih dengan senyuman manis yang selalu tidak pernah hilang dari wajahnya.     

"Leiya? " axel mencoba menyebutnya dengan hati-hati dan memandangi wajah cantiknya yang tidak pernah membuat axel bosan.     

"Sebenarnya nama saya catleiya dokter " ucapnya, "tapi daripada teman-teman memanggil saya cat, saya lebih suka dipanggil leiya "     

Axel menganggukkan kepalanya, dia mengikutinya yang telah selesai dengan pasiennya dan terduduk di nurse station.     

"Nama dokter siapa? " tanyanya.     

"Axel " jawabnya, "axel pratama "      

"Sepertinya orangtuamu sangat menyukai kucing kalau mereka memberikan nama seperti itu " tebak axel, dia mencoba untuk menjadi akrab dengan wanita yang baru dia kenal yang duduk disampingnya.     

"Dokter hebat " pujinya, "tahu kalau orang tuaku sangat menyukai kucing! "     

Axel tersenyum lebar ketika tebakannya ternyata sangat benar seratus persen. Ini untuk pertama kalinya dia ingin mengenal wanita yang baru dia temui untuk lebih dekat.     

"Karena namaku juga dulu dibuat karena menyukai seseorang " axel mencoba mengobrol lebih panjang tetapi dia tahu tidak apa yang harus menjadi bahan pembicaraannya sampai akhirnya dia membicarakan tentang namanya.     

"Siapa dok? " tanya dengan wajah yang begitu antusias.     

"Akmeela Maxxell " jawabnya, "nama ibuku "      

Dia menganggukkan kepalanya, "namanya cantik sekali dokter "     

"Sangat unik dan saya langsung berpikir sosoknya pasti sangat cantik dan baik " leiya membayangkan wajah nama yang axel sebutkan, dia menyukai nama yang axel sebutkan dan berharap dia mempunyai nama seperti itu.     

"Pasti ibu dokter sangat cantik " pujinya, melihat axel yang wajahnya keren dan tampan pastilah dia memiliki ayah dan ibu yang berparas tidak jauh berbeda darinya.     

"Iya, dia sangat cantik " axel membenarkan ucapan leiya tentang ibunya, dia lalu menoleh ke arah leiya.     

"Dia sama seperti kamu berprofesi sebagai bidan " sambungnya, "cantiknya mirip sekali dengan kamu! "     

Naluri laki-lakinya muncul, mengucapkan kekagumannya kepada lawan jenisnya dengan pujian yang lebih cenderung terdengar seperti sebuah rayuan gombal. Mereka baru saja saling mengenal dan axel sudah berani mengucapkan rayuan seperti itu.     

Wajah leiya memerah, padahal pipinya tadi sebelum dipuji axel memang sudah memerah karena pemilihan warna blush on yang dia pilih sangat menyatu dengan warna kulitnya dan terlihat alami.     

"Dokter bisa saja! " leiya menanggapi rayuan axel kali ini, dia mulai terlihat salah tingkah dan gugup dihadapan axel.     

Obrolan manis mereka harus terhenti karena dokter azka yang dia tunggu datang dan memanggilnya ke kantor.     

"Jadi pernah bekerja di rumah sakit umum juga " sosok bernama dokter azka yang terlihat oleh axel seusia dengan ayahnya membaca CV milik axel.     

Dahinya terlihat berkerut, "kenapa aku sepertinya mengenal sekali nama pratama ya,, "     

Dia kembali membacanya lebih teliti dan kemudian tawanya muncul dan menoleh ke arah axel.     

"Kamu putra dokter yoga? " tanyanya.     

Axel sebenarnya tidak mau mereka mengetahui siapa dirinya, tetapi dia tidak bisa menyembunyikannya. Akhirnya dia harus memaksakan dirinya untuk tersenyum.     

"Benar dokter " akhirnya dia harus mengaku juga.     

"Ibumu dokter elsa atau siapa ya,,, " dia sedikit mengingat nama nita, "dulu sewaktu saya residen disana saya selalu menganggu ibumu! "     

"Eum namanya itu cantik " dia mencoba mengingatnya di usia yang sudah tidak bisa disebut muda.     

"Bidan kanita! " akhirnya dia bisa menemukannya diantara ingatan-ingatan yang sudah mulai sulit untuk dicari.     

"Ibu saya dokter elsa " jawab axel, "ibu kanita juga adalah ibu saya sampai sekarang "     

Dia menganggukkan kepalanya mendekati axel, "iya, dulu kamu masih setinggi ini waktu bidan nita menjadi ibumu "      

Satu tangannya menepuk pelan pundak axel, "sekarang sudah tinggi, keren dan sudah jadi dokter juga! "     

"Kalau kamu mengalami kesulitan ketika orientasi disini tanyakan saja sama paman tidak perlu sungkan! " ucapnya, "dulu paman juga banyak diajari oleh ayahmu, kami memang satu angkatan ketika masih dokter umum tapi dia lebih pintar dari paman "     

"Terima kasih paman " axel begitu ragu memanggilnya paman, tetapi dia senang dapat diterima dengan baik walaupun lagi-lagi mereka membawa nama ayahnya.     

Sore ini pekerjaannya telah selesai, dia mengganti baju jaganya dengan kemeja lengan pendek berwarna abu miliknya.     

Dia sudah bersiap dengan jaket dan helmnya, berhenti ketika dia melihat sosok leiya yang berdiri di depan pintu ruang instalasi gawat darurat.     

"Kamu mau pulang? " tanya axel membuka helm nya.     

"Iya dokter " jawabnya, dia pada awalnya tidak mengenali axel tetapi setelah helmnya terbuka dia mengenalinya.     

"Kamu mau aku antar? " axel memberanikan diri untuk mengajak leiya pulang bersamanya.     

"Saya juga membawa motor dokter " dia menunjukkan kunci motor miliknya, "saya sedang menunggu teman satu kos saya yang bertugas di ruang ponek "     

"Mungkin lain kali kalau saya tidak membawa motor "      

Axel tersenyum senang, dia memang menolaknya hari ini. Tapi di perkataan terkahirnya dia seolah memberikan sinyal pada axel bahwa dia bisa mengantarnya pulang nanti.     

"Baik, hati-hati dijalan " ucap kai sebelum dia memakai helm nya kembali.     

"Terima kasih dokter " ucapnya, dia menyukai sikap axel yang berbicara dengan begitu baik dihadapan wanita. Dia benar-benar lelaki idaman yang banyak dicari semua wanita di dunia.     

"Hei pak dokter! " suara seorang wanita yang keluar dari dalam mobil sedan putih yang menghalangi jalannya.     

Dia berjalan menghampiri axel yang membuka helmnya untuk memastikan siapa wanita yang memanggilnya dengan setengah teriakan itu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.