cinta dalam jas putih

Hadiah Untuk Wanita Hebat



Hadiah Untuk Wanita Hebat

0Yoga berpamitan kepada ibunya ketika melihat nita tengah tertidur pulas ditemani bayi cantiknya.     

Dia berjalan pelan menuju ke suatu ruangan, dengan wajahnya yang serius. Di tengah perjalanan tampak dion sudah menunggunya di koridor rumah sakit.     

"Bagaimana keadaan ibu? " tanya dion mengikuti langkah yoga.     

"Dia baik, sekarang sedang istirahat " yoga menjawab, "meskipun bayi dan nita baik-baik saja, mereka tetap harus mendapatkan peringatan "     

"Dari enam orang staf yang ada, cuma rasti saja yang kompeten " ucap yoga kembali, "sebenarnya saya sudah malas memikirkan tentang staf yang di rekrut tanpa sepengetahuan saya, walaupun ini adalah kasus pribadi yang menimpa nita mereka semua itu sangat membahayakan semua pasien! "     

Dion menganggukkan kepalanya, "saya minta maaf karena terlambat datang ke ruang bersalin, sampai ibu mengerjakan RJP satu siklus "     

"Itu bukan salahmu " yoga tidak menyalahkan dion, "kamu tahu sekarang seperti apa nita itu, dia akan mendahulukan pasiennya dalam keadaan apapun! "     

"Benar, saya sampai tidak percaya melihat tindakan ibu walaupun satu siklus tapi sangat hebat! " dion memuji tindakan nita, "semua ruangan membutuhkan petugas seperti ibu kanita "     

Yoga tersenyum lebar mendengar pujian dion pada nita, dia tidak akan pernah aneh jika semua orang yang pernah bertemu dengannya pasti selalu memujinya. Mereka tidak memuji kecantikannya saja, tetapi dibuat takjub oleh kepintarannya.     

"Bukannya dokter mau ke ruang bersalin? " dion terheran ketika tujuan yoga berubah menjadi ruang kepegawaian.     

"Karena sumber permasalahannya ada disini " yoga berhenti dan menoleh ke arah dion, "kamu tahu orang bernama seno itu musuh paling terbesar nita, dia menjadikan dendam pribadinya ke dalam pekerjaan! "     

Dahi milik dion berkerut tidak mengerti, yang dia tahu seno adalah seniornya ketika masih menjadi perawat di ruang IBS. Karena kinerjanya yang bagus dia mendapatkan kedudukan yang bagus.     

"Dia pernah menyukai nita " yoga sebenarnya tidak mau menceritakan hal pribadi seperti ini pada dion, tapi dia sudah begitu mempercayainya sehingga dia tidak perlu ketakutan menceritakan apapun padanya.     

"Wah, bu kanita ternyata banyak mematahkan hati laki-laki disini! " ucap dion pelan.     

Walaupun pelan yoga masih dapat jelas mendengarnya, tawa kecilnya muncul.     

"Dia memang banyak yang suka " ucap yoga membenarkan perkataan dion, "tapi nita tidak pernah menyadarinya, dulu dia tidak pernah merasa kalau dia diperhatikan oleh banyak orang. Pergi jaga saja cuma pakai kaos dengan rambut yang diikat seperti nenek-nenek! "     

Dion tidak dapat menahan tawanya, "tapi ternyata dokter memperhatikannya walaupun penampilannya cuek seperti itu! "     

Yoga terdiam tidak dapat berkilah dari ucapan dion yang muncul karena mendengar cerita darinya sendiri. Dia mulai kebingungan untuk berkata apa sehingga bisa menutupi rasa malunya, malu karena memang dia itu selalu memperhatikan penampilan nita secara diam-diam.     

"Kita kan ketempat ini berencana mau membuat perhitungan dengan seseorang! " yoga mengalihkan pembicaraannya agar tidak terlihat oleh dion bahwa dia sedang malu, "bukan membicarakan tentang nita "     

"Iya, benar " dion membenarkan tujuan mereka datang ke kantor kepegawaian, "kita harus membuat perubahan untuk kebaikan, jika pimpinan sebagus ibu kanita dipersulit maka apapun programnya tidak akan pernah terealisasi "     

Yoga setuju dengan perkataan dion, dia yang turun tangan meluruskan semuanya. Semua dia lakukan bukan karena nita adalah istrinya dan dia tidak menerima jika dia bekerja sendirian di bersama tim nya. Dia layak untuk mendapatkan pembelaan dari siapapun ketika melihat apa yang sudah dikerjakannya, bahkan dion pun mengakuinya.     

Nita mendengar suara tangisan seorang bayi di ruangannya, dia yang terlelap perlahan membuka matanya. Melihat ibu dan axel yang mencoba menghentikan tangisan bayi yang terbaring di sebuah box bayi.     

"Jangan menangis " ucap axel, "nanti ibu bangun, dia sedang tertidur karena lelah "     

"Dia pasti lapar " ucap nenek axel.     

Nita yang masih berada di atas tempat tidurnya lalu tersenyum tipis, "aku lupa sudah melahirkan! "     

Dia bergegas bangun dari tempat tidur, ketika berdiri dia merasa tubuhnya begitu ringan dan semua ruangan seperti bergoyang dalam pandangannya.     

Satu tangannya dengan cepat meraih ujung tempat tidur agar dia tidak terjatuh, "ternyata aku merasakan sendiri sekarang! "     

Nita berusaha untuk menyeimbang tubuhnya setelah melahirkan, apa yang selalu dia temui pada pasiennya yang terkadang tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah melahirkan ketika mereka pertama kalinya turun dari tempat tidur.     

"Kenapa turun dari tempat tidur! " ibu mertuanya menghampiri nita, "kamu istirahat saja "     

Axel yang melihat nita terbangun lalu mendorong box bayi tersebut ke arah dekat nita.     

"Tangisan yunna mengganggu ibu " axel berkata pada adik bayinya yang sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkannya, karena tangisannya tidak berhenti.     

Nita tersenyum, "dia lapar, dan sudah waktunya minum susu "     

Nita memutarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, "dimana ayah? " dia bertanya pada axel yang hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya.     

"Dia bilang tadi mau menemui orang penting di rumah sakit " ibu mertuanya yang menjawab pertanyaan nita.     

Nita memikirkan begitu banyak orang penting di tempatnya bekerja, yang pasti dia tidak akan menemukan orang yang ibu mertuanya sebutkan tadi.      

Dia mengumpulkan seluruh tenaganya untuk bisa meraih bayi mungilnya itu dan membawanya ke dalam pelukannya. Ini sudah hampir dua puluh empat jam setelah melahirkan putri kecilnya itu.     

"Selamat pagi cantik " nita memandangi wajah putrinya itu, dia masih belum percaya setelah dia melalui berbagai kesakitan akhirnya dia dapat memeluk dan melihatnya menangis di pelukannya.     

Kebahagiaan sempurnanya telah tercapai, mempunyai seorang anak laki-laki seperti axel dan putri cantik dalam keluarganya. Apapun akan dia lakukan untuk kebahagiaan kedua orang yang paling berharga dalam hidupnya.     

"Kamu memang mirip ayahmu ternyata! " nita berucap dalam hatinya, dengan senyuman memandangi wajah putrinya yang telah pulas karena telah mendapatkan ASI.     

Dia harus belajar melakukannya sendirian mulai sekarang, melakukan mobilisasi agar tubuhnya tidak terasa kaku setelah tertidur seharian.     

"Ibu mau kemana? " tanya mba mumu yang mengikuti langkah nita.     

"Ke kamar mandi mba " jawabnya, "keringatku sudah lengket, jadi aku harus mandi dulu "     

"Kalau pusing teriak ya bu "      

Nita menganggukkan kepalanya dengan senyumannya yang dikhawatirkan oleh mba mumu yang sudah seperti keluarganya sendiri.     

Dia harus mandi dan terlihat baik ketika yoga datang nanti, dengan tujuan agar dia mengijinkan nita untuk bisa pulang kerumah hari ini.     

Setelah beberapa saat nita keluar dari balik pintu kamar mandi dan mendapati begitu ramai orang di ruangan perawatannya kali ini. Bukan hanya yoga, dia melihat dion dan aditya. Dan yang membuat ruang perawatan VVIP menjadi terasa sempit karena kehadiran sahabatnya ketika bekerja di ruang ponek, ditambah edna dan rasti menambah suasana ruangan menjadi ramai.     

"Sudah cantik aja ibu yang baru melahirkan! " edna memuji nita, dia lalu menghampirinya dan menuntun nita yang sama sekali tidak membutuhkan bantuannya.     

"Benarkan aku bilang " karin yang kali ini bicara, dia mengajak semua teman-temannya berkumpul.     

"Mana ada yang mirip sama ibunya? " mereka menatapi bayi kecil yang sedang tertidur pulas.     

"Nggak ada! " karin lalu kembali bicara seperti membuat sebuah pengumuman. Dan semua sahabatnya menjawab dengan anggukkan kepala.     

Nita tertawa kecil, karena lagi-lagi karin membahas tentang hal itu. Padahal dia sama sekali tidak mempermasalahkan tentang wajah putrinya yang lebih banyak mirip dengan ayahnya.     

"Jangan bicara aneh-aneh! " ucap nita pada karin, "nanti kamu beneran di mutasi sama pimpinan kamu yang galak itu! " nita memberikan isyarat dengan matanya ke arah yoga yang tengah serius berbicara dengan dion dan aditya.     

"Kami semua yang disini memang sudah menerima surat mutasi! " ucap karin, "edna juga sama "     

Nita mengerutkan dahinya, dia tidak mengerti dengan apa yang sudah dikatakan oleh sahabatnya itu.     

"Kami semua akhirnya berkumpul lagi dengan ibu! " pekik erin.     

"Cuma saya yang tidak mendapat mutasi " rasti mengangkat satu tangannya ke arah nita dengan senyuman.     

"Aku juga mutasi! " aline memperlihatkan wajah sumringahnya ke arah nita.     

Nita tersenyum dengan wajahnya yang sepertinya tidak dapat percaya bahwa hanya dalam satu hari semua bisa berubah, dan tentu saja dia tahu siapa yang sudah melakukannya. Sesekali dia melirik ke arah yoga yang sudah memberikannya kejutan yang menyenangkan. Walaupun semua rencana pelatihan yang akan dia perintahkan harus gagal, karena yoga pemimpinnya dia tidak bisa melakukan apapun dan dia harus menerimanya.     

"Semua ini hadiah untuk wanita hebatku! " ucap yoga dalam hatinya, melihat nita tertawa lepas seperti itu memberikan ketenangan dalam hidupnya. Dia adalah seseorang yang harus selalu dia berikan kebahagiaan setiap waktunya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.