cinta dalam jas putih

Diluar Perkiraan



Diluar Perkiraan

0"Aku lihat axel dulu di kamarnya "      

"Tidak perlu! " yoga melarang nita sesampainya dirumah, tatapannya masih dingin dan terlihat menakutkan dirasakan oleh nita.     

Dia memang benar-benar sedang marah kali ini, dan nita tahu sekali apa yang menyebabkan yoga bersikap seperti itu padanya.       

"Masuk ke dalam kamar! " yoga menuntunnya, dia mengantarkan nita sampai ke depan pintu kamar mereka.     

"Langsung mandi saja dan jangan berani-berani keluar dari kamar! "     

Itu terlihat menakutkan sekali untuk nita, dia melihat yoga seperti kembali ke kehidupan ketika dia pertama kali bekerja di rumah sakit dan bertemu dengannya. Sikap dingin dan terkesan cuek seperti tidak menyukai wanita manapun selain istrinya sangat terlihat, dan kali ini yoga memperlihatkan wajah yang sama.     

"Kenapa masih berdiri? " yoga membuyarkan lamunan nita yang sedang ketakutan.     

"Iya,,, " nita berkata sangat pelan, dia tidak berani untuk menatap mata yoga ketika marah seperti itu.     

Setelah dia masuk ke dalam kamar tidurnya dengan cepat nita bersiap untuk membersihkan semua keringat yang telah mengering di tubuhnya.     

"Dia bahkan marah besar sekarang " nita memandangi dirinya di depan cermin yang berada di kamar mandi setelah selesai membersihkan diri.     

Sekarang sepertinya dia enggan untuk keluar dari kamar mandi, perasaannya menjadi tidak nyaman ditambah lagi dia merasakan sesuatu yang aneh dari dalam perut bagian bawahnya.     

"Aku takut bicara lagi dengannya sekarang! " wajah nita berubah cemas, dia hanya berjalan mondar-mandir di kamar mandi. Nita merasakan ketegangan yang teramat besar kali ini.     

"Apa kamu sudah selesai mandi! " suara yoga terdengar dari balik pintu dengan ketukan tangannya.     

"Kenapa lama sekali? " lagi-lagi suaranya terdengar oleh nita, membuatnya semakin cemas.      

Tapi dia tidak boleh berdiam diri terlalu lama dikamar mandi karena akan menambah lagi kemarahan yoga, dengan cepat dia membuka pintu dan melengkungkan ujung bibirnya ke arah yoga.     

"Baru saja mau aku dobrak pintunya! " yoga bicara ketus.     

Nita memaksakan senyumannya dengan wajahnya yang terlihat pucat pasi.     

Kedua matanya kemudian menangkap sesuatu di sudut ruangan, terlihat olehnya beberapa piring yang terisi makanan dan juga segelas jus buah.     

"Setelah makan, kamu minum obatnya dan beristirahat! " nada bicara yoga masih terdengar kuat dan menekan.     

Nita tertunduk satu tangannya meraih tangan yoga, menghentikan langkahnya agar tetap berdiri di sampingnya.     

"Aku minta maaf,,, " suara nita terdengar berat, "aku tahu kesalahanku yang terlalu memaksakan diri sendiri "     

Yoga hanya terdiam berdiri dihadapannya menyilangkan kedua tangannya, dia memandangi nita yang bicara padanya dengan wajah yang penuh penyesalan. Matanya terlihat mulai berkaca, dalam hitungan detik meleleh menjadi air mata. Kehamilannya kali ini membuatnya lebih perasa, dia mudah sedih dan meneteskan air matanya.     

Tarikan nafas yang begitu dalam terlihat pada yoga, dia merasa khawatir dan kali ini sepertinya terlalu berlebihan sampai dia harus terlihat marah seperti itu.     

"Sudahlah " nada suara yoga merendah, "sekarang kamu makan dulu " dia mencoba menenangkan nita, satu tangannya menghapus air mata di pipi istrinya itu.     

"Aku tidak bisa makan,,, " suara nita terdengar manja sekarang ini, dia tahu yoga tidak akan pernah bisa terus menerus memperlihatkan kemarahannya. Dia laki-laki yang selalu mengutamakan perasaan nita menjadi prioritas utamanya.     

"Aku sengaja membawakannya kesini " ucap yoga, "masa tidak kamu makan sedikit pun "     

"Tapi perutku sekarang ini mulai tidak nyaman " nita terlihat tidak dapat duduk dengan nyaman, dan setelah beberapa menit raut wajahnya berubah. Terlihat pucat seperti merasakan sesuatu dan dia menahannya.     

Dahi yoga berkerut dia lalu duduk disamping nita, satu telapak tangannya dia simpan diatas perut nita.      

"Ini kontraksi " yoga melihat ke arah nita dengan kedua matanya yang sepertinya harus mengambil waktu lama untuk berkedip.     

"Kenapa kamu tidak bilang kamu sedang merasakan kontraksi! " yoga semakin marah, "kamu kan bidan, masa kontraksi seperti ini tidak tahu! "     

"Kenapa jadi memarahiku lagi! " nita berusaha mengatur nafasnya dalam-dalam dan teratur.     

"Aku kan manusia kadang-kadang ada waktunya aku bodoh dan tidak menyadari sesuatu yang terjadi dengan diriku sendiri! "     

Yoga lalu mengusap wajahnya, mereka justru menjadi semakin ribut. Semua diluar perkiraannya, ternyata ketika semua kejadian menimpa dirinya sendiri dia merasakan kelinglungan.     

"Iya, aku minta maaf bicara seperti itu " dia akhirnya mengalah, "aku akan mencari handscoon di tas kerjaku " yoga lalu beranjak dari duduknya, dia sepertinya mengingat selalu menyimpan sarung tangan steril di tas kerjanya untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba di suatu perjalanan dia bertemu dengan orang yang membutuhkan bantuannya.     

Tapi ternyata sekarang justru barang itu bermanfaat untuk dirinya sendiri untuk melakukan pemeriksaan pada dirinya sendiri.     

"Kamu ini bisanya marahin istri saja! " pukulan kecil yoga dapatkan setelah dia meminta pertolongan ibunya untuk menemani nita ketika dia mencari barang yang dia butuhkan di tas yang tersimpan dalam mobil.     

"Iya, terserah ibu mau marah juga " yoga menerimanya, "sekarang temani nita dulu bu "     

"Mba mumu saja yang temani ibu " dengan cepat asisten rumah tangga yoga  berjalan menuju ke kamar dimana nita terlihat masih terduduk di atas tempat tidurnya menahan kontraksi yang sepertinya semakin lama terasa begitu semakin kuat.     

"Bubu tunggu sebentar ayah sedang mencari sesuatu di dalam mobil! " axel yang mendengar ibunya itu sedang kesakitan bergegas masuk ke dalam kamar nita dan memegangi tangannya.     

"Tarik nafas dulu nita " ibu mertuanya mengusap punggungnya dengan lembut dan memberikannya sebuah semangat dari sentuhannya.     

"Kamu tenang saja " ucap nita pelan pada axel, "sakit seperti ini biasa terjadi pada semua wanita nanti juga hilang dengan sendirinya "     

"Tapi bubu sering sekali kesakitan! " cetus axel dengan wajahnya yang terlihat sedih.     

Nita kebingungan, antara menghilangkan kecemasan dari putranya lebih dulu atau dia harus menahan rasa sakit yang terus menerus muncul.     

"Itu hanya kesakitan kecil " akhirnya dia memutuskan untuk memeluk axel dan mencoba menahan kesakitannya.     

"Mba mumu siapkan saja persiapan bayi nya " yoga datang dengan membawa barang begitu lama dicarinya.     

"Biar ibu bantu " ibu mertuanya beranjak, "ibu tahu dimana nita menyimpan peralatannya "     

Yoga melihat hanya axel yang tidak beranjak dari samping nita, sedang dia harus melakukan pemeriksaan dalam pada nita untuk memastikan apakah sekarang nita sudah memasuki persalinan atau hanya kontraksi prematur.     

Dia tidak mungkin melakukan pemeriksaan di depan putranya itu. Nita memberikan isyarat pada yoga dengan kedua matanya yang menoleh ke arah kamar mandi.     

"Aku melakukan pemeriksaannya di kamar mandi,,, " yoga berucap pelan, dia merasa aneh karena ini pertama kali dia melakukan hal seperti itu.     

"Bubu ke kamar mandi sebentar! " nita mengusap rambut axel sebelum dia beranjak dari duduknya dan berdiri.     

Baru satu langkahnya, tetiba dia mendengar seperti suara letupan kecil pada dirinya. Tidak lama setelahnya, dia merasakan aliran hangat di kedua kakinya.     

"Kita tidak perlu melakukan pemeriksaan! " yoga segera mendekat ke arah nita ketika mendapatinya mengalami pecah ketuban.     

"Axel panggil nenek dan mba mumu! " yoga bicara pada axel dengan kedua tangannya meraih tubuh nita yang setelah dia mengalami pecah ketuban dia merasakan kontraksinya semakin kuat.     

Yoga memangku tubuh nita agar tidak terjadi penurunan pada tali pusat bayi setelah ketuban pecah.     

"Kamu tahan sebentar " yoga mengusap lembut rambut nita.     

"Iya, tidak apa-apa " nita bicara sambil terus mengatur nafasnya, "tidak perlu ngebut, nanti juga sampai ke rumah sakit dengan selamat "     

"Iya " yoga menyetujui permintaan nita.     

Setelah ibu dan mba mumu serta axel masuk ke dalam mobil yoga segera menghidupkan mesin mobilnya.     

"Kamu ini! " lagi-lagi yoga mendapat pukulan kecil di tangannya oleh ibu yang duduk di belakangnya.     

"Lihat nita sudah kesakitan! " cetusnya, "bawa mobil bagus seperti membawa mobil siput! kenapa pelan sekali "     

"Tapi nita ketakutan kalau ngebut " yoga membuat pembelaan diri, dia sudah berjanji pada nita untuk tidak terlalu cepat mengemudikan mobilnya.     

"Kamu ini kan dokter! " cetus ibunya, "masa sama pasien kamu selalu mendahulukan mereka cepat memberikan tindakan, tapi sama istri sendiri lelet! "     

"Heran, deh! " lagi-lagi dia mengomel, "kalau ada apa-apa sama cucuku kamu tahu akibatnya! "     

"Dicoret dari kartu keluarga! " mba mumu latah karena yoga berhenti ketika lampu merah menyala, dia dengan cepat menutup bibirnya setelah berkata tidak sopan seperti itu.     

"Ibu besar jangan marah-marah terus " mba mumu mengusap tangan majikannya itu dengan lembut, "ingat tekanan darah ibu "     

"Kita berdoa saja supaya ibu nita melahirkan dengan selamat " mba mumu mengoceh, "dan mempercayakan semua pada pak dokter pasti akan baik-baik saja "     

Axel terlihat menutup kedua telinganya, dia mulai pusing dengan suara nenek dan mba mumu. Terlebih neneknya itu sedari tadi terus saja mengomel pada ayahnya yang sepertinya merasakan hal yang sama dengannya.     

"Ya ampun aku tidak bisa menahan sakitnya! " cetus nita, dia meremas tempat duduknya.     

Akan tetapi dia masih dapat menertawakan kehebohan keluarganya ketika mengantarnya kerumah sakit.     

"Syukurlah,,, " yoga dapat sedikit bernafas lega ketika melihat tawa nita diantara kesakitannya.     

Dia wanita yang kuat dan memiliki kesabaran yang begitu besar, jika hal ini menimpanya sudah dipastikan dia akan marah dan berteriak pada semua orang yang membuatnya pusing. Tapi nita tidak seperti itu, dia hanya bisa berdoa semoga kali ini tuhan benar-benar memberikannya kebahagiaan sebagai hadiah dari kesabarannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.