cinta dalam jas putih

Anak laki-laki



Anak laki-laki

0"Kita mau kemana? " nita kebingungan ketika yoga membawa berjalan bersamanya menuju area parkir.     

"Nanti kamu juga tahu " jawab yoga dengan senyuman, ketika mereka sampai di depan mobil yoga tiba-tiba teringat sesuatu.     

"Sayang, kamu tunggu di mobil sebentar " ucapnya, "aku mau telepon andien sebentar saja, aku lupa kalau operasi gynekologi ditunda karena kondisi pasien tidak memungkinkan "     

"Iya " nita lalu masuk ke dalam mobil lebih dulu dan duduk di kursi depan.     

"Sebentar saja " janji yoga, dia lalu terlihat menjauh dari posisi nita dan menghubungi dokter andien.     

Nita yang terduduk di dalam mobil menerawangkan pandangannya ke seluruh penjuru area parkir rumah sakit, kedua matanya lalu terhenti pada sosok anak laki-laki remaja memakai seragam sekolah berwarna putih abu yang berada di samping mobil terlihat kebingungan.      

Dia segera keluar dari mobil dan menghampirinya, lalu nita menepuk pelan pundak anak laki-laki tersebut.     

"Kamu sedang mencari apa? " tanya nita, "atau kamu tersesat disini? "     

Di tatapnya wajah nita, "kakak siapa? "     

Nita tersenyum lebar, "kamu panggil kak nita saja "     

"Apa yang kamu cari? " lalu nita kembali ke pertanyaan awalnya.     

"Saya kehilangan uang jajan yang saya simpan di tas " jawabnya, "saya harus pulang naik angkot tapi uangnya sudah hilang "     

"Kamu sedang apa di rumah sakit ini? " lagi-lagi nita melontarkan pertanyaannya.     

"Aku sedang mencari temanku sewaktu kecil " jawabnya, "dulu dia bilang pindah ke kota ini karena ibunya harus dirawat di rumah sakit "     

"Teman sewaktu kecil " nita berucap pelan, "apa kamu sudah menemukannya? "     

"Belum " seraya menggelengkan kepalanya, "saya hanya tahu namanya saja, tapi tidak tahu seperti apa wajahnya sekarang ini "      

"Kami sudah tidak bertemu lama sekali " dia menyambungkan ucapannya.     

Nita terkejut mendengar cerita anak laki-laki itu, ternyata hal seperti ini bukan dia lihat di drama saja. Dia sendiri yang bertemu dengan anak laki-laki yang mencari sahabat kecilnya.     

"Siapa nama kamu? " tanya nita.     

"Kai " jawabnya.     

Nita lalu merogoh ke dalam tas miliknya, mengambil selembar uang untuk diberikan pada anak laki-laki bernama kai.     

"Untuk ongkos kamu pulang " ucap nita menyodorkan uang dua puluh ribu padanya.     

"Untuk apa? " dia dengan wajah polosnya bertanya kegunaan uang yang nita berikan padanya.     

"Untuk ongkos kamu pulang " nita tersenyum gemas, karena harus mengulang ucapannya.     

Gelengan kepala muncul sebagai jawaban penolakan dari kebaikan nita.     

"Saya tidak boleh menerima uang itu karena saya tidak melakukan pekerjaan " ucapnya, "jadi saya berjalan kaki saja! "     

Nita tertawa kecil, anak laki-laki itu memang pintar. Dia hanya bisa menerima uang setelah dia bekerja, dia tidak mau nita menyebutnya anak yang meminta-minta.     

Nita mulai memikirkan cara agar anak itu mau menerima uang yang dia berikan.     

"Kalau begitu biar kakak lihat isi tas kamu " nita pun melakukan negosiasi, dia tidak akan pernah tega melihatnya harus berjalan kaki. Cukup di masa sekolahnya saja yang merasakan lelahnya berjalan karena tidak mempunyai uang untuk ongkos.     

"Untuk apa kak? " dia teraneh, tapi tak urung melakukan apa yang sudah nita ucapkan. Dibukanya tas miliknya dan memperlihatkan isi tasnya.     

"Kalau kakak ambil pensil ini dan membayarnya dengan uang, itu artinya kamu tidak meminta-minta " ucap nita mengambil sebuah pensil berwarna pink dengan motif beruang, pensilnya memang terlihat tidak baru tapi nita memilih benda tersebut.     

"Jadi kita sudah melakukan transaksi jual beli, kamu mendapatkan uangnya " lalu dia kembali menyodorkan uang tersebut.     

"Kakak dapat pensilnya! " sambung nita.     

"Tapi pensil itu pemberian anneth " ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

Nita tertawa dengan wajah terkejut, "jadi temanmu namanya anneth, apa kamu punya fotonya? siapa tahu kakak bisa bantu cari "     

"Tidak ada " jawabnya, "tapi kalau boleh saya pinjam uang kakak untuk ongkos pulang dan kakak boleh menyimpan pensilnya, nanti kalau saya sudah mempunyai uang saya boleh ambil lagi pensilnya kan? "     

Nita tersenyum lebar, "tentu saja "     

"Kamu tinggal bilang pada satpam rumah sakit itu kalau mau menemuiku " ucap nita, "bidan kanita di ruang bersalin "     

"Bidan kanita di ruang bersalin,,, " dia mengulangnya untuk mengingat nama dan tempat bekerja nita.     

"Terima kasih kak "      

"Sama-sama " nita lalu memandangi langkah anak lelaki itu berjalan menjauhinya, menuju ke tempat dimana angkutan umum berhenti. Matanya terus saja mengawasi langkah anak laki-laki bernama kai itu, dan memastikan anak itu memang naik angkutan umum.     

"Kamu bicara dengan anak siapa? " yoga menghampiri nita yang sedang memperhatikan sosok anak laki-laki yang bicara dengannya tadi.     

"Aku juga tidak tahu anak siapa " jawab nita, "dia tadi kebingungan pulang karena uangnya hilang "     

"Jangan percaya dengan anak yang tidak dikenal " yoga lalu meraih tangan nita untuk kembali masuk ke dalam mobil.     

"Kebanyakan mereka berbohong dan menggunakan uang itu untuk membeli rokok " yoga menyambung pembicaraannya ketika berada di dalam mobil bersama nita.     

"Awalnya juga berpikiran seperti itu " nita menjawab dengan senyuman, "tapi ternyata anak itu berbeda, dia tidak mau menerima uangnya dengan alasan dia tidak bekerja apapun "     

"Tapi akhirnya dia menerima juga uangnya " yoga lalu menyela, "ini bukan persoalan jumlah uangnya, tapi supaya kita lebih selektif menolong "     

Nita tertawa kecil, "karena aku yang memaksanya, dia tidak mau menerima uang itu "     

"Dia berbeda, walaupun dia sedang kesusahan tapi pantang untuk dia meminta-minta karena dia masih mampu berjalan untuk pulang " nita menyambung perkataannya.     

"Akhirnya aku pakai pensil ini sebagai alasan transaksi jual-beli kami " nita menunjukkan pensil berwarna pink bergambar beruang.     

"Dia lalu bilang akan mengambilnya kembali ketika sudah mempunyai uang, karena pensil ini pemberian teman kecilnya " dia memberikan penjelasan pada yoga, "lucu kan, kecil-kecil sudah romantis seperti itu. Dia menjaga dengan baik pemberian sahabatnya "     

Yoga tertawa kecil menanggapi ucapan terakhir nita, "aku saja kalah sama anak kecil itu! "     

Lalu nita ikut tertawa, "dimaklumi, kalau oppa dokter kan sudah dewasa jadi mudah lupa. Kalau anak kecil tadi masih fresh jadi sedikit sekali lupa nya! "     

Yoga kembali tertawa, "sudah dewasa atau sudah tua? "     

"Dewasa " jawaban nita menegaskan dengan senyuman di bibirnya yang melebar.     

Yoga menganggukkan kepalanya dengan senyuman, "apa dibilang dewasa, karena aku sukanya permainan dewasa? "     

Nita mengerutkan dahinya, karena sepertinya pembicaraan mereka sudah mulai keluar dari jalur yang sudah di tentukan.     

"Permainan di tempat kerja, di mobil, di dapur, di kamar mandi sampai permainan di atas tempat tidur semuanya itu yang paling aku suka " yoga memperjelas apa yang sudah dikatakannya tadi.     

"Itukan permainan orang dewasa! " sesekali dia menoleh ke arah nita dengan senyuman penuh pesonanya agar terlihat begitu menakjubkan di mata nita.     

Nita terlalu terpesona sehingga dia tidak bisa menahan tawanya, ucapan yoga selalu saja membuat nita terdengar lucu. Terlebih ketika melihat ekspresinya yang seolah-olah itu adalah pembicaraan yang serius.     

"Oppa dokter mau menjemput siapa di bandara? " tanya nita terheran ketika menyadari perjalanan mereka ke sebuah bandara.     

"Teman " jawab yoga pendek.     

Nita hanya menganggukkan kepalanya, dia sama sekali tidak pernah mencurigai apapun yang yoga lakukan untuknya.      

Dia lalu memandangi pensil milik kai, anak laki-laki yang tadi ditemuinya karena sedang kebingungan.      

Senyuman nita muncul ketika mengingat pembicaraannya tadi, pensil ini harus dia simpan karena sepertinya sangat berarti dan satu-satunya kenangan dari sahabat kecilnya.     

"Kamu lelah tidak? " tanya yoga ketika sampai di sebuah area parkir bandara.     

Nita menjawab dengan gelengan kepalanya.     

Yoga membukakan pintu mobil untuk nita dan mengajaknya untuk berjalan bersamanya, mereka masuk ke dalam bandara.     

"Inikan departure " suara nita dalam hatinya ketika yoga membawanya, dia semakin kebingungan dan bertanya-tanya. Dia berpikir akan menjemput temannya yang baru datang dari luar negeri.     

Yoga menoleh ke arah nita dengan senyuman, dan dia tidak melepaskan tangannya yang menggengam tangan nita dan berjalan bersamanya.     

"Kamu tidak bisa pergi sebelum mengucapkan perpisahan langsung dengan nita " yoga berucap pada sosok laki-laki yang membelakangi mereka tenggah terduduk disebuah kursi.     

Nita menoleh ke arah yoga dengan wajahnya yang kebingungan, lalu berganti ke arah sosok laki-laki yang yoga ajak bicara. Sosok itu telah berubah posisi, dia sudah berdiri dan menghadap ke arah nita.     

"Dokter edwin " ucap nita pelan.     

"Maaf, waktu kamu meminta ijin menemui nita kamu tidak bisa menemuinya " ucap yoga, "dia itu sangat menepati janjinya untuk tidak keluar dari kamar karena harus bed rest "     

Senyuman terlihat di wajah dokter edwin, tetapi tidak menutupi kegugupannya.     

"Dokter sampai harus membawanya seperti ini " ucap dokter edwin malu, "saya sudah mengucapkan perpisahan kemarin, tidak menjadi masalah walaupun dari telepon saja "     

"Kalian bicara saja dulu " yoga lalu melepaskan genggaman tangannya pada nita, dia lalu berbisik ke arah nita.     

"Aku sebelah sana sebentar karena harus menghubungi dion " yoga berbisik ke arah nita.     

Wanita itu tidak menjawab apapun karena sepertinya dia tahu yoga sengaja atau berpura-pura menelpon dion hanya untuk memberi kesempatan pada dokter edwin bicara dengan tanpa rasa canggung.     

Seperginya yoga, mereka berdua hanya berdiri dan saling memandang tanpa bicara apapun untuk beberapa waktu.      

Sepertinya dokter edwin kehabisan kata-katanya ketika melihat sosok nita berada di depannya dengan perutnya yang telah membesar, walaupun begitu tidak menghilangkan aura kecantikannya. Dia semakin terlihat bersinar karena bawaan dari kehamilannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.