cinta dalam jas putih

Diuji



Diuji

0Yoga terduduk di samping nita, dia menjadi begitu  membangunkannya karena dia sudah seperti bidadari ketika tertidur. Dia hanya mengusap pipi nita dengan kedua matanya yang tetap pada sosok nita.     

Nita merasakan sesuatu yang terasa dingin di pipinya, dia lalu membuka matanya dan melemparkan senyumannya ketika melihat yoga yang sudah berada di hadapannya.     

"Aku pulang terlambat " ucap yoga, "tiba-tiba ada cito karena pasien dengan kista torsi "     

Nita hanya menanggapinya dengan senyum dan anggukkan kepalanya.     

"Ibu bilang kamu kelelahan tadi " yoga membantu nita untuk bangun dari tidurnya dan duduk, dia juga merapikan rambut panjang nita dengan kedua tangannya.     

"Apa yang kamu kerjakan memangnya? " lalu dia pun melontarkan pertanyaan dengan nada penuh kesabaran.     

Nita tersenyum, "kelelahan ibu bilang? "     

"Iya " yoga menjawab dengan senyuman dan kedua matanya yang terus menatapi nita.     

"Aku ketiduran setelah terlalu kenyang dan minum obat " jawab nita, "seharian mendengar ibu bercerita tentang masa mudanya, dan anak-anaknya,,, "     

Yoga mengerutkan dahinya, "jadi kamu sudah minum obatnya? "     

"Sudah " jawab nita, "memangnya kenapa? "     

Yoga tersenyum menundukkan kepalanya, "ibu bilang tadi kamu kelelahan sampai tertidur dan belum minum obat,,, "     

"Tadi aku percaya saja, malah sempat kesal karena kamu tidak menepati janji kamu " sambung yoga.     

Nita tertawa kecil, "ibu yang bilang seperti itu? "     

"Anakmu juga! " cetus yoga.     

"Axel? " nita tertawa penuh rasa tidak percaya yoga telah berhasil mereka kerjai dengan kebohongan seperti itu.     

"Kalau aku tahu mereka bohong, aku tidak akan mengganggu tidurmu " yoga mengusap pipi nita, wajahnya penuh dengan penyesalan karena telah membangunkan nita dari mimpi indah.     

"Maafkan aku " kali ini suaranya penuh dengan penyesalan.     

"Tidak apa-apa " ucap nita, "lagipula aku memang sudah ingin bangun, karena sebentar lagi kami mau nonton bareng! "     

"Kami? " yoga mengernyit.     

"Ibu, mba mumu, dan istrimu " nita terkekeh, dia melihat ekspresi yoga yang sesuai dengan bayangannya tertawa dengan wajah yang memerah.     

"Bolehkan kami nonton disini? " nita memperlihatkan wajah penuh permohonan.     

"Aku akan nonton sambil membantu axel belajar " nita pun berjanji.     

"Tidak perlu " yoga yang masih dalam tawanya meraih pundak nita, "biar axel belajar denganku saja "     

"Nanti konsentrasimu hilang dan tidak bisa menangkap isi dari cerita filmnya " sindir yoga, "bisa-bisa ketika tertidur kamu nangis karena tidak mengerti jalan ceritanya! "     

"Kapan aku seperti itu? " nita membelalakan matanya, "aku tidak seperti itu! "     

"Kamu kan sedang tidur bagaimana kamu tahu " ledek yoga lagi-lagi menertawakan nita dia terlihat menjulurkan lidahnya ke arah nita karena memenangkan perdebatan.     

Nita memajukan bibirnya, sambil terus mengingat kapan dia menangis dalam tidurnya hanya karena sebuah jalan cerita sebuah film. Walaupun sebenarnya dipikirkan sekeras apapun dia tidak akan pernah menemukan jawabannya.     

"Aku mandi dulu sampai kamu mengingatnya " yoga beranjak dari duduknya masih dengan senyum gemasnya memperhatikan sikap lucu nita.     

Dia berjalan menuju ke arah kamar mandi, tetapi sepertinya dia mengingat sesuatu dan kembali menghampiri nita.     

"Aku baru ingat sesuatu " ucapnya sambil kembali terduduk di samping nita.     

"Apa? "     

"Tadi itu aku sedang di perjalanan menuju rumah sakit, dokter edwin menghubungiku " ucapnya.     

"Menghubungi oppa dokter membicarakan hal apa? " nita merasakan jantungnya kali ini berdetak lebih kencang.     

"Dia hanya meminta ijin untuk menemuimu " jawabnya, "kalau aku tidak salah dengar tadi dia akan pergi ke luar negeri untuk tinggal dan bekerja disana "     

Dia lalu menoleh ke arah nita, "apa dia datang kesini menemuimu? "     

Senyuman nita terlihat dipaksakan, "dia datang kesini tapi tidak masuk ke dalam rumah,,, " suara nita memelan.     

"Tadi aku mau memberitahumu, tapi ponselmu sibuk " ucap yoga.     

"Tapi kamu bicara dengan dokter edwin? " tanya yoga.     

Nita menganggukkan kepalanya, "dokter edwin memang tadi bilang di telepon kalau dia ingin bertemu "     

"Lalu? " yoga masih menunggu ucapan nita sambil membuka kancing di lengan bajunya.     

"Aku menolaknya, karena aku sudah berjanji tidak akan keluar dari kamar " jawab nita dengan volume yang masih begitu pelan, "tapi aku melihat dokter edwin dari jendela kamar dan kami bicara lewat telepon "     

Yoga terdiam untuk beberapa detik lalu senyumannya mengembang mendengar semua yang nita katakan padanya.     

"Kami cuma membicarakan rencana dokter edwin yang akan pergi lusa " nita kembali menjelaskan, "dia juga bilang mungkin ini perpisahan yang terakhir karena dia berencana akan menetap disana "     

"Kasihan sekali dia tidak bisa bertemu denganmu " ucap yoga, "padahal aku sudah memberikannya ijin untuk bertemu denganmu tadi pagi "     

"Tapi istriku ini memang wanita yang selalu aku percaya, karena dia selalu memegang apa yang dia katakan walaupun aku tidak berada disampingnya " yoga menyambungkan ucapannya dengan penuh rasa bangga memiliki pendamping hidup yang istimewa.     

Dia lalu memikirkan sesuatu di dalam pikirannya, ada selintas rencana hebat yang dia simpan untuk rekan kerjanya itu.     

Yoga terkejut karena nita tiba-tiba memeluknya, "aku juga mempunyai suami yang sempurna "     

"Dia itu pendengar yang baik, selalu mengerti dan memanjakan aku seperti anak kecil, membuat semua hal kecil menjadi manis! " nita memuji yoga tidak kalah hebat.     

Yoga tertawa malu, "aku belum mandi, pasti bau keringat setelah seharian bekerja "     

"Tidak apa-apa " nita semakin sengaja memperkuat pelukannya.     

Yoga tertawa melihat tingkah lucu nita yang selalu membuatnya tertawa, semua lelahnya pun menghilang seketika. Dalam tawanya terlintas satu pemikiran, bahwa entah kenapa dia hanya mengijinkan dokter edwin saja yang boleh dekat dengan nita dalam batas persahabatan. Karena disamping dia mempercayai nita, yoga juga telah mempercayai dokter edwin yang selalu meminta ijin padanya ketika akan bicara dengan nita baik secara langsung maupun melalui telepon.     

"Ibu tega sekali,,, " ucap yoga ketika dia telah selesai mandi dan mengambil beberapa cemilan di dapur untuk nita.     

Dia menghampiri sosok sang ibu yang terduduk tengah memotong beberapa buah, dan axel masih berada di sampingnya.     

"Kenapa bilang ibu tega " dia pura-pura tidak mengerti dengan apa yang yoga bicarakan, tapi dari wajahnya yang terlihat menahan tawa sangat terlihat mereka sedang berbohong.     

"Ayah pikir axel ada di pihak ayah " yoga kali bicara pada axel, "tapi ternyata bekerja sama dengan nenek "     

Axel hanya menutup mulutnya sambil terus menggelengkan kepalanya.     

"Kasihan nita " ucapnya lagi, "aku jadi membangunkan tidurnya, bu "     

"Iya, sudah " akhirnya dia menyerah pada yoga, "ibu minta maaf "     

Yoga menarik nafasnya dalam-dalam, sebenarnya dia juga ingin sekali tertawa. Tetapi dia tidak pernah tertawa besar di hadapan ibunya selama ini, akan terlihat aneh jika dia melakukannya.     

"Kamu itu harus berubah " ucapnya pada yoga, "istrimu itu ternyata sama seperti ibu ketika muda dulu! "     

Axel tertawa kecil, "sangat populer! "     

Dia lebih menjelaskan inti yang ingin disampaikan oleh nenek pada ayahnya.     

Dahi yoga berkerut, wajahnya mulai memerah dan akhirnya dia tertawa juga.     

"Populer? " yoga tidak dapat menahan tawanya ketika mendengar ucapan itu.     

"Kamu kan tahu dulu ayahmu itu ketakutan sekali karena walau sudah menikah masih banyak laki-laki lain yang mendekati ibu! "     

"Bukannya karena ibu anak orang kaya makanya mereka terus mengejar ibu,,, " ucapan yoga bernada pelan tapi masih tetap terdengar oleh ibu dan axel.     

Jika axel menanggapinya dengan tawa sama dengan yoga, berbeda dengan sang ibu yang membulatkan kedua matanya dengan tawa yang akhirnya muncul.     

"Siapa yang bilang seperti itu? " tanyanya, "ayahmu? "     

"Kakak yang bilang " jawab yoga, dia mengusap ujung matanya yang berair karena tertawa.     

"Ibu jangan salah paham dengan nita " ucapnya, "dia memang banyak memiliki teman di luar sana, semua yang berteman dengannya selalu kagum dengan nita. Dia tahu seperti apa ketika harus berbicara dengan teman laki-lakinya ketika tidak sedang bersama suaminya "     

"Seperti yang ibu katakan dia populer " yoga menyambung ucapannya, "tapi karena dia dihormati tidak pernah ada laki-laki yang bermaksud lain di belakangnya! "     

"Betulkan nek, ayah itu pasti akan membicarakan bubu yang baik-baik saja " axel ikut menanggapi, dia sangat setuju dengan apa yang diucapkan oleh ayahnya walaupun ada satu atau dua ucapan yang dia tidak mengerti.     

Lengkungan bibir membentuk senyuman terlihat di wajah ibu ketika mendengarkan ucapan yoga, dia masih belum berkata apapun.     

"Lagipula tadi dokter edwin menghubungiku lebih dulu sebelum menemui nita " yoga lalu memberikan klarifikasinya.     

Dia sepertinya ingin meyakinkan ibunya bahwa semua yang nita lakukan semua atas ijinnya.     

"Akhirnya ibu bisa tenang " ucapnya sambil menarik nafasnya, "kamu sudah berubah, walaupun tidak pernah bisa romantis sama istri kamu itu! "     

Axel lagi-lagi menanggapinya dengan tawa kecilnya, sepertinya dia senang sekali ayahnya itu mendapat pembulian dari neneknya.     

"Apa hubungannya kepercayaan dengan romantis ibu? " tawa dengan wajahnya yang terkejut muncul.     

"Sudahlah, kamu belajar saja sendiri " jawab ibu, "kalau kamu bisa belajar bertahun-tahun supaya bisa mendapat gelar dokter, masa tidak bisa belajar hal kecil seperti itu! "     

Yoga terdiam karena sindiran ibu itu langsung tepat sasaran, mengenai hatinya.     

"Oppa dokter " sambungnya.     

Wajah yoga seketika memerah dengan panggilan itu, dia hanya mengijinkan nita saja yang memanggilnya seperti itu.     

Karena jika nita yang menyebut nama itu padanya terdengar biasa saja, tapi ketika ibunya yang berkata seperti itu dia seketika merasakan bulu kuduknya berdiri.     

Sepertinya dia sedang diuji oleh ibunya itu, karena dia tidak tahu betapa yoga berusaha belajar menjadi suami yang terbaik untuk nita, dia hanya ingin selalu berusaha menjadi pendengar terbaik dan pengertian.      

Baginya terbaik akan mengalahkan semua laki-laki teromantis di dunia ini...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.