cinta dalam jas putih

Teman Curhat



Teman Curhat

0"Kamu kenal dengan orang yang berhenti di depan rumah tadi? "     

Bibir nita tidak dapat terkatup ketika mendengar suara ibu mertuanya yang menanyakan sosok dokter edwin, sepertinya dia mencurigai mobil yang berhenti di depan rumah dan ketika ke kamar tidur mendapati nita yang tengah bicara dengan seseorang di ponselnya.     

Ibu mertuanya itu masih berdiri di sampingnya dan terus memperhatikan nita, membuat sikapnya menjadi salah tingkah karena gugup. Semakin dia diperhatikan seperti itu oleh ibu mertuanya, bibirnya semakin sulit untuk mengeluarkan suara sedikit saja.     

"Itu,,, " nita memaksakan dirinya untuk bicara.     

Kedua alis ibu mertuanya itu terangkat, tetiba dia tertawa sambil meraih tangan nita.     

"Yoga bilang kamu tidak boleh turun dari tempat tidur " ucapnya, dia membawa nita untuk berjalan pelan dengannya.      

Nita akhirnya terduduk di atas tempat tidur dengan ibu mertuanya yang terduduk disampingnya.     

"Dulu, ibu juga seperti itu " tiba-tiba dia berucap, "sampai ibu melahirkan anak kedua, mantan pacar ibu terus saja menghubungi ibu! "     

"Sampai bapak akhirnya selalu bawa ibu ketika kerja! " sambungnya.     

Wajah nita terlihat memerah, "tapi dokter edwin bukan mantan pacar saya bu "     

"Dia datang mau mengucapkan perpisahan karena harus pindah ke luar negeri,,, " nita lalu menjelaskan pada ibu mertuanya itu agar tidak terjadi salah paham.     

"Ohh, dokter juga toh " ibu bicara dengan nada yang sedikit tinggi, "sama dengan yoga juga? "     

Nita menjawab dengan anggukkan kepalanya, dia masih ketakutan karena ibu mertuanya memergokinya bicara dengan laki-laki lain selain suaminya.     

"Hebat mana? " tanyanya.     

"Eh, bukan " ibu mertuanya mengoreksi pertanyaan yang dia lontarkan pada nita tadi.     

"Lebih keren yoga atau dokter siapa tadi itu namanya,,, " dia lupa dengan orang yang ingin dibandingkan dengan putranya.     

"Dokter edwin, bu " jawab nita.     

"Nah, itu " sambungnya, "keren dokter yoga atau dokter edwin? "     

Pertanyaan aneh sekaligus membingungkan nita, dia harus menjawab seperti apa bahkan tidak terpikir sedikitpun jawabannya. Pertanyaan itu seperti sebuah jebakan yang kalau sedikit saja dia menyinggung perasaan ibu mertuanya itu adalah tanda akhir dari kehidupannya.     

"Yoga itu dari kecil seperti itu orangnya " ucapnya, "mungkin karena semua kakaknya perempuan, jadi dia itu dingin! "     

"Seperti acuh tapi sebenarnya perhatian " sambungnya.     

Senyum nita terlihat begitu dipaksakan, mendengar ibu kandung suaminya itu mengomentari anaknya sendiri.     

"Dia itu mirip bapak! " lagi-lagi ibu berucap dengan seriusnya, "kalau sudah marah, siapapun pasti tidak bisa mengalahkannya "     

"Iya " celetuk nita, tanpa di beri aba-aba bibirnya berkata seolah-olah dia setuju dengan apa yang diucapkan ibu mertuanya itu.     

"Benarkan? " tanyanya, "ibu dulu kalau bapak sedang marah sampai bilang mau cerai saja, tapi bapak pura-pura tidak mendengar. Makanya ibu sering ngobrol dengan teman ibu yang lemah lembut, tidak pernah marah, perhatian "     

Tawa kecil ibu mertuanya muncul, "tapi dasar memang jodoh ibu cuma sama bapak, sampai yoga lahir bapak sama ibu mencoba memperbaiki diri masing-masing dan bertekad menjadi orang tua yang baik "     

Lalu mereka terdiam untuk beberapa saat karena kedua mata ibu mertuanya itu terlihat telah berkaca-kaca.     

"Jadi dokter edwin itu menyesal karena tidak menikahimu ya? " lalu pertanyaan aneh itu muncul kembali ke permukaan dan menjadi topik utama mereka.     

Nita mengerutkan dahinya, "dokter edwin bukan mantan pacar saya, bu "     

"Lalu siapa? " tanyanya lagi, "kalau bukan mantan pacar kenapa sengaja datang kesini hanya untuk mengucapkan perpisahan "     

"Kamu bilang saja, ibu tidak apa-apa " sambungnya, "atau jangan-jangan yoga menyalip lebih dulu dari dia sampai akhirnya dia tidak bisa menikahimu? "     

"Ibu,,, " nita mengeluarkan jurus rengekkan manjanya, karena dia sudah kebingungan dengan apa yang harus dia katakan pada ibu mertuanya itu maka sepertinya memasang wajah menyedihkan nan imut itu akan membuat ibu mertuanya berhenti bertanya hal aneh dan membicarakan hal lain.     

"Yoga romantis atau tidak? " lagi-lagi pertanyaannya membuat jantung nita bekerja lebih cepat dan dia harus lebih dalam untuk mengambil nafasnya kali ini.     

"Dokter edwin itu dulu pernah bekerja di rumah sakit dengan dokter yoga " akhirnya nita menyerah dan kalah.     

"Dia,,, " nita ragu-ragu untuk bicara, "dia itu pernah menyatakan cinta juga,,, "     

"Benarkan, dia suka kamu! " selanya, "soalnya dia sengaja datang kesini! "     

Lalu tawanya muncul, "yoga memang pantas dikasih pelajaran, biar dia belajar lebih perhatian dan sesekali bersikap manis karena diluar sana banyak laki-laki yang menyukainya! "     

"Kenapa seperti itu? " nita terheran.     

"Biar saja " jawabnya, "yoga tahu dokter edwin suka sama kamu? kalau dia tahu pasti nanti diam-diam dia bertindak! "     

Nita tertawa kecil dan menganggukkan kepalanya, semua yang dikatakan ibu mertuanya itu adalah benar.     

Wajah ibu mertuanya itu senang ketika apa yang diucapkannya itu benar.     

"Apa yang dia buat? "     

"Kontrak kerjanya tidak di perpanjang " jawab nita dengan tawa yang tidak bisa dia tahan.     

Ibu mertuanya itu menyambung tawanya, dia dan nita sama-sama sedang menertawakan tindakan lucu yoga.     

"Itu romantis kan bu? " tanya nita, "jadi dokter yoga itu sangat perhatian dan sangat romantis hanya tidak diperlihatkan "     

Lagi-lagi dia tertawa, kali ini tawanya ditunjukkan pada ucapan nita yang baru saja muncul.     

"Kalian memang cocok " ucapnya, "yoga yang tidak pandai berekspresi ketemu kamu yang mempunyai pemikiran yang positif, jadi semua tindakan aneh yoga kamu terima sebagai perhatian dan keromantisan,,, "     

Wajah nita memerah karena malu ketika ibu mertuanya pun menertawakannya.     

"Terima kasih " lalu kedua tangannya memegang tangan nita, tawanya merendah menjadi senyuman hangat.     

"Ibu tidak tahu seperti apa harus berterima kasih " dia kembali berucap, "kamu sudah mau menerima kekurangan yoga, menerima axel seperti putramu sendiri dan menyayanginya,,, "     

"Ibu tidak akan aneh kalau banyak laki-laki yang menyukaimu itu susah melupakan " sambungnya, "karena kamu itu berbeda "     

Nita semakin malu ketika sekarang ibu mertuanya itu memujinya, kali ini dia baru merasakannya. Pujian dari ibu mertua itu memang membuatnya serasa ringan dan bisa melayang di atas awan, kebahagiaannya pun berlipat ganda. Ketika dia banyak mendengar tentang ibu mertua di luar sana yang begitu mengerikan untuk di dengar, ternyata dia wanita beruntung yang mendapatkan ibu mertua yang begitu baik dan bahkan dapat menjadi teman curhatnya.     

"Pasti kalau aku cerita pada orang lain mereka tidak akan percaya ibu mertuaku baik seperti ini! " ucap nita dalam hatinya, dia masih merasa ringan karena sekarang ini ibu mertuanya sedang memujinya terus menerus.     

Rasa canggung dan ketakutannya seketika menghilang setelah bicara berdua layaknya seorang sahabat dengan waktu yang cukup lama. Mereka telah lupa waktu, selain memberikan ilmu baru mereka pun sedikit berghibah. Tapi tentu saja yang mereka bicarakan adalah kelucuan yoga yang sering dia lakukan pada nita.     

Langit sudah mulai menggelap ketika yoga telah sampai di depan rumahnya, dia berjalan seraya melihat ke arah jarum jam yang berada di tangannya menunjukkan pukul tujuh malam.     

"Nah, oppa yoga sudah pulang! " celetuk ibu ketika yoga melewati ruang keluarga dimana axel dan ibunya itu terlihat sedang menonton televisi.     

Dahi yoga berkerut, dia merasakan hal aneh ketika yang memanggil dirinya oppa itu adalah ibunya. Jika dia biasa saja ketika nita yang memanggilnya seperti itu, tapi pada saat ibunya yang mengucapkan itu dia menjadi merinding.     

Terlebih lagi ketika dia menoleh ke arah axel yang sepertinya menahan tawanya.     

"Hati-hati yah! " cetus axel tanpa melihat ke arahnya.     

"Hati-hati? " yoga terheran, "memang ada apa? "     

Axel dan ibunya itu kompak berdiam diri dan tidak menjawab langsung pertanyaan dari yoga.     

"Nita belum meminum obatnya karena sepertinya dia kelelahan dan masih tertidur " ucap ibu, "jadi oppa dokter saja yang memberikannya obat, kamu harus sedikit romantis dengan istrimu! "     

"Karena diluar sana banyak laki-laki romantis yang siap merayu nita " sambungnya.     

"Karena bubu itu sangat populer! " axel lalu menambahkan.     

Dan,,, yoga pun semakin kebingungan dengan kedua anggota keluarganya itu, sudah memanggilnya dengan panggilan aneh dan sekarang membicarakan kepopuleran nita.     

Akhirnya dia memutuskan untuk menemui nita yang mereka bilang kelelahan, padahal dia sudah memperingatkan nita untuk istirahat total di tempat tidurnya.     

"Kenapa gelap sekali! " yoga menyalakan lampu di ruang tidurnya, dan mendapati nita yang tertidur pulas seperti seorang bayi perempuan cantik.     

Melihatnya seperti itu, yoga tersenyum dan menghampiri nita. Semua membuat kepenatan dan rasa lelahnya menghilang walaupun hanya melihatnya tertidur pulas seperti itu, walaupun dia harus melalui rasa sakit beberapa waktu ke belakang.     

Yoga terduduk di samping nita, dia menjadi begitu enggan membangunkannya karena dia sudah seperti bidadari ketika tertidur. Dia hanya mengusap pipi nita dengan kedua matanya yang tetap pada sosok nita...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.