cinta dalam jas putih

Bed Rest



Bed Rest

0"Aku berangkat sekolah dulu ya bu " axel mencium pipi nita pagi ini, "jangan lupa makan sarapan bubu, supaya tidak pusing seperti kemarin! "     

Nita tersenyum lebar, "iya, kamu tenang saja. Kemarin cuma terlalu terkejut mendapat hadiah kaset yang banyak sekali "     

"Hati-hati di sekolah " nita mengusap pipi axel yang walaupun telah beranjak remaja masih tetap lembut seperti sewaktu dia bertemu pertama kalinya dengan axel.     

Axel menganggukkan kepala seraya memberikan senyuman paling indahnya pada nita.     

"Aku juga akan berangkat kerja " kali ini yoga yang memberikan ciuman di pipi nita.     

"Ingat, tidak boleh melakukan pekerjaan sekecil apapun " yoga menasehatinya, "kamu hanya harus beristirahat di tempat tidur! "     

"Dan, jangan lupa minum obatmu! " sambung yoga, mencubit kecil pipi nita.     

"Iya,,, " nita bicara pelan, dia lalu merapikan kemeja yoga yang telah begitu sempurna dan membuat wanita manapun akan jatuh hati pada penampilannya.     

"Hati-hati di perjalanan " ucap nita, "tidak perlu memikirkanku ketika bekerja, karena aku tidak akan lari kemana-mana! "     

"Aku akan tetap berada di rumah selama dua minggu! " sambung nita.     

Mendengar perkataan nita seperti itu membuatnya tertawa kecil, sebenarnya dia memang khawatir tapi sedikit ragu mengatakannya dan nita telah mendahuluinya.     

"Aku pergi dulu sayang,,, " yoga mencium kening nita.     

Tawa nita muncul, dengan kedua tangannya nita mendorong kecil tubuh yoga.     

"Sudah sampai kening saja! " cetus nita, "nanti kalau terus mencium oppa dokter bisa terlambat bekerja! "     

Yoga tertunduk menyembunyikan malunya, sindiran nita itu memang benar adanya. Jika dia terus saja seperti itu akan membuatnya semakin berat untuk beranjak dan pergi bekerja akan sangat menyiksanya karena harus terpisah dengan nita untuk beberapa jam saja.     

Dengan berat hati dia harus beranjak dan melangkahkan kakinya menjauh dari tempat awalnya bersama dengan nita.     

Senyuman nita muncul menanggapi sikap yoga yang semakin hari membuatnya merinding, selain sikap dan ucapannya yang terlalu manis dia juga selalu menempel padanya seperti sebuah besi yang menempel di sebuah magnet.     

"Berjalan sedikit tidak apa-apa kan? " tanya nita pada dirinya sendiri, dia lalu berdiri di samping tempat tidurnya dan merasakan sesuatu dari dalam tubuhnya yang baik-baik saja.     

"Tidak apa-apa " lalu nita menjawab pertanyaannya sendiri, dia berjalan pelan menuju ke arah jendela kamarnya.     

Kedua matanya menangkap sosok yoga yang tengah berjalan menuju depan rumah mereka.     

"Dia laki-laki yang membuatku merasa paling cantik dengan kata-kata dan perhatiannya,, " ucap nita pelan ketika memandangi sosok yoga yang masuk ke dalam mobilnya, nita tersenyum kecil dan terus memandanginya.     

Pandangan nita terganggu ketika dia harus mendengar ponselnya yang tersimpan di meja tepat disampingnya berdering, suara dering telpon masuk terus saja berbunyi membuatnya dengan terpaksa harus meraih ponsel tersebut dengan kesal karena dia sedang memandangi keindahan yang muncul dari sosok suaminya itu.     

"Kenapa dia menelpon? " tanya nita pelan ketika melihat nama yoga yang menghubunginya, "diakan masih ada disini! "     

Lalu kedua matanya beralih kembali ke arah luar jendelanya, melihat yoga yang masih berada dalam mobilnya.     

"Kenapa kamu turun dari tempat tidur? " pertanyaan pertama yoga ketika nita menerima telpon darinya.     

"Kamu harus tetap di tempat tidur " ucap yoga kembali.     

"Aku cuma memastikan saja kalau oppa dokter berangkat sendirian " jawab nita, "dan tidak membawa asisten baru di mobilnya! "     

Nita lalu menutup mulutnya, dahinya berkerut ketika selesai bicara. Dia menyesali perkataannya yang begitu berlebihan tadi.     

"Asisten baru atau istri baru? " yoga menanggapi ucapan nita.     

Nita tidak bicara apapun ketika yoga sengaja membuat pertanyaan yang sebenarnya adalah sebuah candaan.     

"Aku tidak bisa mencari yang baru, karena aku lebih takut kamu pergi " ucap yoga.     

Nita tersenyum lebar, dia merasakan kepanasan seluruh wajahnya.     

"Baiklah, aku akan berangkat sekarang "     

"Ya " nita lalu melambaikan satu tangannya ke arah yoga dari balik jendela.     

"Tidak " ucap yoga, "aku akan berangkat setelah kamu berada di tempat tidur! "     

"Iya, aku sedang berjalan ke tempat tidur " nita melangkahkan kakinya ke tempat tidur, dan duduk diatasnya.     

"Baiklah, aku sudah berada di tempat tidur dan berjanji tidak akan kemanapun " ucap nita.     

"Baiklah, aku pergi "     

Yoga lalu mengakhiri pembicaraan mereka di telpon, dan terdengar oleh nita suara mobilnya yang perlahan-lahan tidak dapat didengarnya karena telah menjauh.     

Nita senyum-senyum sendiri di dalam ruang tidurnya, menyimpan ponsel miliknya dibalik bantal yang berada diatas tempat tidurnya.     

"Ibu sudah bangun " suara mba mumu di balik pintu kamarnya.     

"Masuk saja mba " ucap nita.     

Lalu muncul sosoknya dari balik pintu dengan kedua tangannya yang membawakan nita sesuatu.     

"Pak dokter yang pilihkan buahnya sendiri bu! " mba mumu bicara dengan berbisik pada nita, "pak dokter juga yang potong buahnya, pagi-pagi sekali sudah pergi keluar dan pulang membawa kue ini! "     

"Baik sekali pak dokter itu " mba mumu memperlihatkan wajah gemasnya pada nita, dia sedang menunjukkan pada nita betapa beruntungnya dia memiliki suami yang seperti yoga.     

"Pak dokter juga yang menyuruh mba mumu bilang seperti itu sekarang? " nita melontarkan pertanyaan dalam senyumannya menanggapi sikap mba mumu yang lucu.     

"Ibu jangan bilang tahu dari saya! " cetus mba mumu, "pak dokter tidak menyuruh seperti itu, mba mumu hanya ingin memperlihatkan kekaguman pada pak dokter yang menyayangi istrinya "     

Nita menggelengkan kepalanya seraya tersenyum, tanpa mba mumu katakan pun dia telah tahu pasti yoga yang menjadi pengatur semua makanan yang mba mumu berikan padanya.     

"Jangan lupa habiskan susunya " ucap mba mumu, "setelah satu jam mba mumu akan membuat jus buah untuk ibu dan menemani ibu nonton drama yang laki-lakinya ganteng sama muda-muda! "     

Nita mengerutkan dahinya, "Pak dokter yang bilang seperti itu? "     

"Bukan " jawab mba mumu, "ibu besar yang kasih tahu saya tadi "     

"Sekarang ibu dimana? " tanya nita.     

"Sedang memasak cemilan untuk kita nonton nanti! " bisik mba mumu.     

"Mba harus cepat-cepat ke dapur takut nanti ibu besar marah! "     

Nita tertawa kecil mendengar mba mumu yang membicarakan ibu mertuanya, semua orang dirumahnya begitu kompak memberikan perhatian yang begitu besar padanya.     

Seperginya mba mumu, nita meraih gelas berisi susu yang harus dihabiskannya. Dia meminumnya seteguk, dan terhenti ketika ponselnya kembali berbunyi.     

"Kenapa menelpon lagi " ucap nita, dalam pikirannya terlintas yoga yang menghubunginya.     

"Apa sekarang mau memberitahuku kalau sudah sampai di rumah sakit! " kedua mata nita menoleh ke arah jarum jam di dinding, sedang satu tangannya yang tidak memegang apapun menyusuri di bawah bantal dimana ponselnya disimpan.     

"Ada apa sekarang? " nita dengan cepat menjawab ponselnya tanpa melihat dengan jelas siapa yang menghubunginya.     

Dia kembali meneguk susu dan kembalu bicara, "aku sudah menghabiskan susunya "     

Nita terheran ketika di penghujung telponnya tidak ada satu suarapun, dia melihat kembali ke arah layar ponselnya dan memastikan kembali bahwa yoga yang menghubunginya.     

Matanya tidak berkedip ketika melihat nama yang menghubunginya bukan yoga seperti tebakannya.     

"Kenapa aku selalu kebiasaan menerima telpon tanpa melihat namanya dulu! " teriaknya dalam hati.     

Ketika dia melihat nama dokter edwin yang menelponnya seketika dia berhenti bicara, suasana seketika menjadi hening.     

"Kenapa kamu tidak bicara lagi? " barulah terdengar suara dokter edwin ketika mereka sama-sama terdiam untuk beberapa detik.     

"Aku mau mengatakan bahwa kamu anak yang pintar karena sudah menghabiskan susunya! "      

"Dokter,,, " suara rengekan nita akhirnya terdengar, dia bereaksi karena malu.     

Terdengar suara tawa dokter edwin di telinga nita.      

Setelah suara tawanya menghilang, mereka kembali terdiam dan suasana kembali menjadi sunyi. Nita terdiam karena tiba-tiba merasa canggung setelah mendengar suara dokter edwin yang telah lama tidak didengarnya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.