cinta dalam jas putih

Awal pembuat masalah



Awal pembuat masalah

0Yoga sesekali tersenyum ke arah nita ketika fokus pada jalan yang ada di depannya, dia sedang memastikan bahwa istrinya itu sudah tidak penasaran dengan apa yang sudah diucapkannya tadi tetapi sepertinya dia salah. Nita masih memasang wajah yang belum puas dengan apa yang sudah dikatakannya.     

"Kamu kenapa sayang? " tanya yoga.     

"Aku sedang kebingungan dengan ucapan tadi " jawab nita, "kenapa tiba-tiba khalif ada sangkut pautnya? lalu kenapa dia bisa membuatku semakin di sudutkan di rumah sakit? "     

"Aku kan jadi bingung,,, " rengeknya, "memangnya apa yang belum aku tahu? " nita semakin mendesak yoga, menarik-narik tangannya yang tengah memegang kemudi.     

"Sayang ini sedang menyetir " ucap yoga mengalihkan rasa penasaran nita.     

"Makanya ceritakan padaku! " nita memasang wajah cemberut dan memperbaiki posisi duduknya, dia tidak menoleh ke arah yoga karena kesal.     

Yoga tertawa kecil tanpa suara, hanya gelengan kepala saja yang dia perlihatkan tidak bersuara dan tidak menjawab semua rasa penasaran istrinya itu.     

Dia ingin sekali langsung bercerita semua pada nita, tapi sepertinya kali ini ada sedikit kesenangan dalam pikirannya melihat istrinya itu. Karena menurutnya sekelam dan begitu menyakitkan para wanita pasti akan tetap memiliki ketertarikan tersendiri menyangkut masa lalunya, terutama tentang cinta.     

"Bed rest, tidak boleh membantu ibu atau mba mumu memasak di dapur. Kamu harus makan teratur yang disiapkan oleh mba mumu nanti " ucap yoga tanpa jeda, "dan tidak boleh menyisakan susu yang dibuatkan oleh mba mumu! "     

Nita yang telah terduduk di atas tempat tidurnya tertegun, kedua alis matanya mengangkat, bulu kuduknya pun tiba-tiba berdiri. Dia seketika merasa merinding, yoga memberikan peringatan padanya seolah-olah nita seorang anak kecil yang sedang mengalami tipoid yang harus lebih banyak istirahat dan banyak makan.     

"Iya, nanti aku makan semuanya " ucap nita, "aku juga tidak akan membuang susunya,,, "     

"Apa lagi? " lalu nita bertanya, seperti menunjukkan sebuah tantangannya pada yoga.     

Ucapan nita yang tidak seperti biasanya membuat yoga terheran, biasanya nita selalu sedikit keras kepala jika harus bed rest tapi kali ini dia menjadi penurut.     

Yoga menarik nafasnya, dia lalu duduk di hadapan nita dan memandangi wajahnya.     

"Kamu masih penasaran dengan cerita khalif dan istrinya itu? " tanya yoga.     

Nita menanggapinya dengan ekspresi datar dan mengembangkan senyumannya.     

"Kenapa malah tersenyum? " dahi yoga berkerut.     

"Kalau aku katakan juga pasti tidak akan percaya,,, " ucap nita.     

"Kamu mau mengatakan apa? "      

Nita tidak langsung menjawabnya, dia hanya mesem-mesem dihadapan yoga. Membuat yoga semakin kebingungan, wanita dihadapannya itu ternyata lebih pintar darinya. Jika tadi dialah yang membuat nita begitu penasaran tentang cerita khalif kali ini justru berbalik dia yang begitu penasaran dengan sikap baik-baik saja yang ditunjukkan nita padanya.     

"Katakan saja sekarang " yoga kembali berucap ketika nita tidak menjawab apapun.     

Nita tertawa kecil, "aku cuma mau mengatakan tidak akan penasaran lagi tentang cerita masa lalu "     

"Aku sudah menyimpan cerita itu di tempat sampah, jadi kalau aku ingin mendengar kembali tentangnya itu sama dengan aku memungutnya lagi dari tempat sampah! " bisik nita, "nanti bukan tanganku saja yang kotor, hati dan pikiranku juga bisa kotor! "     

Yoga seketika menutup mulutnya menahan tawanya yang tidak bisa dia kendalikan karena ucapan nita yang telah menganggap khalif seperti sebuah bungkus cemilan yang telah dia buang.     

Selama ini nita memang sepertinya tidak mempunyai perhatian lain kecuali pada yoga dan juga axel, dia wanita yang hanya memikirkan satu cinta tapi jika tentang pekerjaan pikirannya memiliki begitu banyak ruang untuk menampungnya.     

Justru yoga sendirilah yang dulu sengaja mencari informasi tentang sosok masa lalu nita, dia merasa semua yang dia lakukan itu diluar dari prinsipnya. Seperti itulah ketakutan yang begitu kuat ketika dia telah memiliki nita.     

Dia teringat ketika kejadian sebelum dia memutuskan memilih nita, di poliklinik kebidanan...     

***     

"Dokter ada perawat yang harus di USG " ucap edna yang setelah dia mengetuk pintu ruangan prakteknya.     

Dahi yoga berkerut, "siapa? "     

"Perawat giana dokter " jawab edna, "tapi saya sudah katakan tadi bahwa dokter akan ada operasi, jadi saya tanyakan lebih dulu pada dokter "     

Yoga melihat ke arah jarum jam di tangannya, "tidak apa, masuk saja masih ada waktu "     

"Baik, dokter " edna lalu berbalik dan berjalan menuju ke tempatnya menyiapkan status untuk perawat tersebut.     

Yoga memandangi perawat yang dikatakan oleh edna tadi, dia bersama dengan seorang laki-laki yang mengikutinya dari belakang.     

"Kamu ingat HPHT nya? ini kehamilan yang keberapa? " tanya yoga dengan pandangannya yang tetap ke arah layar usg dengan probe yang masih berada di perut perawat giana.     

"Tujuh mei dokter " jawabnya, "ini kehamilan saya yang kedua "     

Yoga menganggukkan kepalanya, dia masih mencari kantung kehamilan dan melakukan pengukuran untuk menentukan usia kehamilan.     

"Usia kehamilannya tujuh minggu " ucap yoga, "tapi sepertinya masih berbentuk kantung kehamilan saja, kamu bisa kembali lagi setelah tiga minggu kita lihat apakah terjadi perkembangan membentuk janin atau tidak "     

"Baik dokter "      

Yoga mengambil hasil print out USG yang baru saja dilakukannya, dia kembali duduk di kursi dan menuliskan kembali hasil pemeriksaannya di sebuah lembar catatan perkembangan.     

"Jadi istri saya sedang hamil dokter? " pertanyaan dari laki-laki yang menemaninya membuat yoga menghentikan tulisannya. Ada yang aneh dari pertanyaan laki-laki itu di telinga yoga.     

"Iya, benar " yoga memperlihatkan wajah dinginnya, karena seperti inilah sikapnya sebelum dia menikah dengan nita seorang yang dingin dan memiliki senyum yang begitu mahal.     

"Tadi saya sudah katakan bahwa usia kehamilannya tujuh minggu " yoga kembali berucap, dia lalu kembali menulis melanjutkan laporannya.     

"Kamu tidak bisa pergi karena aku sedang hamil! " ucapan perawat giana yang pelan dan ditujukan pada suaminya itu masih dapat terdengar oleh yoga.     

"Jangan berharap kamu bisa kembali dengan mantan tunangan kamu itu! "      

Yoga mendengar perseteruan pasangan muda itu dengan jelas walaupun mereka berusaha mengatakannya dengan suara pelan, tapi yoga ada dihadapan mereka jelas saja dia dapat dengan jelas mendengarnya. Dia hanya menanggapinya dengan gelengan kepala.     

"Kamu sengaja kan mengatur surat pindah dinas kesini, supaya bisa mendekati dia lagi karena dia belum menikah! " giana terus menerus berucap membuat laki-laki yang berada disampingnya itu bereaksi dengan wajah yang tidak menyenangkan.     

"Kamu terlalu cepat mengambil kesimpulan " kali ini laki-laki itu yang bersuara, "kita berpisah karena sudah tidak kecocokan bukan karena aku sengaja ingin kembali mendekati kanita! "     

Awalnya yoga tidak mempedulikan perseteruan dari pasangan yang berada di hadapannya itu, dia merasa itu hal yang sering dia lihat ketika berhadapan dengan beberapa pasiennya. Akan tetapi ketika laki-laki itu menyebut nama salah satu stafnya dia berhenti dan memandangi wajahnya.     

"Jadi dia mantan tunangan nita! " celetuknya dalam hati, dia memang pernah mendengar nita harus batal melangsungkan pernikahannya karena tunangannya telah lebih dulu menghamili wanita lain.     

Ekspresinya begitu aneh kali ini, senyuman miring di ujung bibirnya muncul ketika melakukan penilaian penampilan laki-laki tersebut.     

"Selera kamu seperti ini! " cetus yoga dalam hatinya menertawakan laki-laki pilihan nita, dia tertawa keras dalam hatinya karena ternyata dia tidak berjodoh dengan laki-laki tersebut.     

"Lihat nanti aku akan ceritakan pada dia bagaimana laki-laki pujaannya itu begitu tidak layak dia sukai! " lagi-lagi yoga berkomentar dalam hatinya, dia selalu senang memarahi nita ketika bekerja terlebih jika ada hal yang membuatnya malu seperti sekarang ini.      

"Kamu tidak perlu beralasan, pasti kamu masih penasarankan karena dia belum menikah sampai saat ini! " ucap giana, dia lalu menoleh ke arah yoga yang sedari tadi memperhatikan mereka.     

"Dokter, berikan saya obat untuk aborsi! " ucapnya pada yoga, "karena suami saya akan menceraikan saya, jadi tidak ada gunanya mempertahan kehamilan ini! "     

"Giana! " Laki-laki itu sedikit membentaknya.     

"Baiklah " ucap yoga lagi-lagi dengan wajah datar, "kamu bisa melakukan aborsi, tapi menurut saya itu akan percuma saja "     

"Kalau kalian bercerai pun, suamimu juga sudah tidak bisa mendekati kanita! " sambungnya, dia lalu saling berpandangan dengan suami giana.     

"Karena kanita akan menikah dengan saya! "     

Lalu dia memperlihatkan senyuman yang hanya dapat dilihat oleh mereka dalam waktu tiga detik saja.     

"Dokter akan menikah dengan bidan kanita? " tanya giana memperlihatkan  ketidak percayaannya.     

"Iya " yoga membenarkan ucapan giana, "karena nita berhak mendapat yang lebih baik untuk menjadi suaminya! " dia membanggakan dirinya sendiri di hadapan mantan tunangan nita, walaupun pada kenyataannya dia belum melakukan apapun.     

"Jadi, kamu lanjutkan saja kehamilanmu tidak perlu memikirkan kalau suamimu akan kembali dengan nita. Karena dia sudah tidak bisa lagi memilikinya " yoga lalu mengucapkan sebuah saran pada mereka dan menyodorkan sebuah resep vitamin yang di perlukan untuk kehamilan giana.     

Giana memperlihatkan senyumannya, "terima kasih dokter, saya juga ucapkan selamat pada dokter dan kanita "     

Jika giana dapat tersenyum tidak dengan laki-laki yang berada di sampingnya, dia masih terus memandangi yoga yang mengaku sebagai calon suami nita. Entah apa yang sedang dia nilai dari yoga, tapi yang jelas yoga sudah merasa paling terbaik di hadapan laki-laki tersebut.     

"Kenapa tiba-tiba aku mengaku akan menikahi nita! " yoga baru menyadari ucapannya, dia tidak tahu apa yang menyebabkannya untuk mengambil keputusan seperti itu.      

Dia selama ini memang tidak dapat menghilangkan rasa marahnya ketika mendengar nita telah bertunangan, dan merasakan kesenangan ketika hubungan mereka telah berakhir. Tapi untuk menikahinya dia belum berpikir seperti itu sama sekali, karena dia ingi mencari wanita yang dapat menerima putranya, axel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.