cinta dalam jas putih

Perhatian Dalam Diam



Perhatian Dalam Diam

0Aditya telah mendengarkan sedikit cerita tentang konflik yang terjadi antara dinar dan nita, sebelum dia melupakannya setelah selesai menjenguk nita dia menyempatkan diri untuk datang ke ruang bersalin dan meminta dinar datang ke kantornya.     

Kedua mata aditya menangkap sosok bernama dinar yang berdiri dihadapannya, lalu dia mempersilahkannya duduk.     

"Saya selaku kepala kepegawaian sengaja memanggilmu " aditya bicara seraya memandangi dinar yang terduduk di kursi yang terletak tepat dihadapannya.     

"Ini merupakan penilaian yang saya lakukan pada pekerjaanmu " sambungnya.     

"Apa saya melakukan kesalahan pak? " tanya dinar dengan wajah yang pucat karena ketakutan dan kebingungan bercampur menjadi satu.     

"Ini bukan kesalahan besar " jawab aditya, "tapi jika kamu sendiri seperti itu akan membawa akibat buruk pada semua rekan-rekan satu ruanganmu "     

"Maksud pak adit " dinar bicara pelan, "apa yang saya lakukan? "     

"Saya mengetahui bahwa kamu mempengaruhi semua rekan-rekanmu untuk tidak menerima bidan kanita sebagai kepala ruangan " ucap aditya, dia memperhatikan raut wajah dinar yang berubah karena ucapannya.     

"Saya tidak mempengaruhi siapapun " dinar menggelengkan kepalanya dengan wajah yanh penuh ketakutan, kedua matanya mulai berkaca.     

Jika beberapa hari yang lalu dia seolah tidak terlalu mengambil serius dengan peringatan yoga, berbeda jika aditya yang bicara seperti itu padanya. Ada rasa takut yang begitu besar, walaupun dia memiliki keluarga yang menjadi kepala ruangan.     

"Tapi rekan-rekanmu yang mengatakannya " aditya masih memperlihatkan ketenangan di wajahnya walaupun pada kenyataannya di dalam hatinya penuh dengan rasa kesal.     

Nita memang tidak dapat dia miliki, akan tetapi sepertinya dia tidak akan menerima jika ada seseorang yang menyulitkan kehidupan pekerjaannya ataupun pada rumah tangganya. Dia tidak pernah bisa menutup mata dan telinganya jika itu bersangkutan dengan nita, walaupun dia telah memiliki pasangan dan akan memiliki seorang anak.     

"Jadi kenapa kamu selalu meragukan kepemimpinan bidan kanita? " tanya aditya, "kamu tahu direktur yang langsung memilihnya, dia mengakui kehebatannya. Tapi kamu yang hanya seorang pelaksana meragukan keputusan direktur, dan juga mempengaruhi rekan-rekanmu yang lain! "     

"Bukan seperti pak " dinar mencoba menjelaskan, "sebenarnya saya hanya terlalu berpikiran negatif dari awal karena bidan kanita itu adalah wanita yang pernah menjadi tunangan kakak ipar saya, setiap hari setelah kepindahannya ke rumah sakit rumah tangga kakak saya mengalami percekcokan hanya karena kakak ipar saya selalu berusaha mencari bidan kanita "     

"Dan lalu saya mendengar bahwa bidan kanita menjadi kepala ruangan karena bantuan dari dokter yoga " sambungnya, "itu semakin membuat saya yakin bahwa jabatan yang bidan kanita dapatkan bukan murni karena kompetensi yang dimilikinya "     

"Kamu tidak tahu kalau bidan kanita mengikuti ujian terlebih dahulu dengan seniormu yang lainnya? " tanya aditya kembali, "dan dokter kim yang menilainya langsung! "     

"Atau kamu mau saya memanggil dokter kim untuk menanyakan kebenaran ucapan saya? "     

"Jangan pak " dinar semakin tidak berkutik, "saya percaya pada ucapan pak adit, saya mengakui kesalahan saya "     

"Sebenarnya dokter yoga juga sudah memperingatkan saya, dan beliau memberi saya kesempatan "      

Aditya memperhatikan tingkah laku dinar yang mulai kesulitan berekspresi karena kaku pada wajahnya terlihat begitu jelas, dia pun sepertinya sudah mulai merasa terpojok ketika kedua telapak tangannya mengepal menjadi satu diatas lututnya dan terkadang dia meremas ujung pakaiannya.     

"Saya akan membuat perjanjian pada pak adit, bahwa saya tidak akan pernah membuat masalah seperti itu lagi " dinar pun mengeluarkan ucapan janji pada pimpinannya itu.     

"Saya akan bekerja dengan baik mulai saat ini, dan tidak akan menyebarkan berita yang menyudutkan ibu kanita "     

Aditya mengetuk-ngetuk meja dengan satu jarinya, dia sedang memikirkan hukuman yang sesuai untuk seorang penyebar kebencian.     

"Baiklah, saya pegang janji itu " ucap aditya, "tapi satu hal yang harus kamu ingat, karena kejadian ini kamu merugikan dirimu sendiri masuk ke daftar hitam karena perilaku tidak terpuji seperti itu. Sekali lagi kamu melanggar dan namamu kembali tercatat disini kamu tahu apa konsekuensinya? "     

"Kamu harus mengundurkan diri atau dipecat secara tidak hormat " sambung aditya.     

"Baik, pak. Saya akan ingat itu " dinar tertunduk, wajahnya mulai memerah karena rasa takutnya. Karena pekerjaan yang didapatnya dia mulai dari nol maka dari itu dia tidak ingin menghancurkan apa yang sudah dicapainya.     

"Baiklah, kamu boleh pergi! " aditya akhirnya dapat mengakhiri pembicaraannya dengan dinar yang beberapa saat yang lalu telah membuat kesulitan pada nita.     

Dinar beranjak dari duduknya, setelah berpamitan dengan aditya dia lalu berjalan perlahan menuju keluar kantor kepegawaian.     

"Aku tidak mengerti kenapa semua orang begitu membela ibu kanita! " cetusnya dalam hati, dengan kerutan di dahinya.     

Dia berjalan dengan pikirannya yang terlihat kalut karena masih merasakan ketakutan akibat peringatan yang diberikan oleh pihak kepegawaian padanya.     

"Apa hubungan pak adit dengan ibu kanita? " lagi-lagi dia bertanya pada dirinya sendiri, "dia kan sudah menjadi istri dokter yoga! "     

Dia hanya mengenal nita ketika masuk ke akademi kebidanan, staf pengajarnya memperkenalkan nita pada sebuah kuliah umum. Dinar tahu sedari kuliah nita memiliki banyak prestasi di kampusnya dan menjadi ketua KEMA yang sangat membanggakan kampus karena mampu bersosialisasi dengan kampus-kampus lainnya. Tapi itu tidak lantas membuat pikiran negatifnya pada nita hilang, yang dinar tahu dia adalah wanita yang membuat rumah tangga kakak perempuan hampir hancur dan juga mengandalkan dokter yoga untuk mendapatkan jabatan dengan mudah.     

Di ruangan lain yoga yang tengah memperhatikan nita yang melahap bubur yang dia belikan setelah beberapa jam hanya dapat meminum air saja.     

"Apa buburnya enak? " tanya yoga yang terduduk disamping nita.     

"Kalau tidak enak aku akan menyuruh pihak rumah sakit mengganti ahli gizi nya! "     

Nita tersenyum, "enak, makanan khas rumah sakit kan memang seperti ini "     

"Tidak sama dengan di rumah maupun di hotel! " sambung nita.     

"Ahli gizi sudah memperhitungkan jumlah kalori, kadar garam dan semua yang tidak baik untuk kesehatan pasti dihilangkan "     

Yoga tertawa kecil mendengar ucapan nita, "kamu kan hanya sedang lapar saja, makanya semua makanan kamu bilang enak! "     

Nita mengerutkan dahinya dengan tawa kecilnya yang muncul.     

"Oppa dokter coba deh " nita mendekatkan sendok yang telah berisi bubur di depan bibir yoga.     

"Aaaa,,, " dia memperlakukan yoga selayaknya seorang balita.     

"Tidak mau " yoga menutup rapat mulutnya.     

"Coba dulu! " nita memaksanya, kali ini dramanya benar-benar sesuai seperti seorang ibu yang berusaha menyuapi putranya yang sulit makan.     

"Satu kali saja,,, " nita memasang wajah yang membuat yoga gemas ketika melihatnya.     

"Baiklah, satu kali saja! " yoga akhirnya menyerah, dia membuka mulutnya dan menerima suapan dari nita.     

Kedua matanya menyipit, dahinya berkerut seraya memandangi nita.     

"Hambar seperti ini kamu bilang enak sayang! " yoga segera mengambil gelas berisi air dan meminumnya.     

Nita hanya menanggapinya dengan tawa kecil sambil terus memakan bubur miliknya.     

"Aku belikan saja di tempat lain " ucap yoga, "apa kamu tidak merasa mual sayang? "     

Nita menggelengkan kepalanya sambil terus makan, dan mangkok berisi bubur pun habis dimakannya.     

"Kamu sepertinya lapar sekali " yoga terheran melihat nita benar-benar menghabiskan bubur dengan rasa hambar tersebut.     

"Bayimu yang lapar " nita tersenyum lebar.     

"Alasan saja membawa putriku! " yoga tertawa kecil, dia lalu menyodorkan gelas berisi air untuk nita minum.     

"Pak adit tadi mengatakan bahwa dinar yang akan menggantikanmu sementara selama kamu cuti " ucap yoga.     

Nita terdiam sejenak mendengarkan apa yang dikatakan yoga padanya.     

"Aku meminta cuti sampai kamu melahirkan nanti "     

"Tidak perlu selama itu " ucap nita, "mungkin hanya dua minggu saja, masih ada sedikit hal yang harus diselesaikan "     

Nita memegang tangan yoga, "aku mohon, ijinkan untuk melanjutkan pekerjaan sampai waktu melahirkan nanti,,, "     

"Aku janji akan baik-baik saja " nita memperlihatkan wajah penuh permohonannya.     

"Tidak bisa " yoga menolak permohonan nita.     

Dia melirik ke arah nita yang sepertinya kecewa dengan keputusan yoga, dia ingin sekali tersenyum tetapi sedang berusaha mempermainkan istrinya itu.     

Nita tidak dapat berbuat apa-apa lagi jika itu sudah menjadi keputusan dari yoga, dia harus menerimanya dengan lapang dada walaupun sebenarnya dia sangat merasa kecewa.     

Yoga menempelkan satu tangannya di pipi nita, dan menatap matanya.     

"Kenapa kamu tidak keras kepala sekarang? "      

Nita mengerutkan dahinya, "aku bisa apa kalau oppa dokter sudah membuat keputusan, yang pasti semua yang diputuskan itu untuk kebaikanku "     

"Jadi aku ikut saja,,, " sambung nita.     

Yoga tertawa kecil, "apa kamu mau aku mengabulkan permintaanmu? "     

"Maksudnya? " nita terheran.     

"Panggil namaku saja "      

Nita terbelalak dan tawanya muncul dengan gelengan kepalanya, kedua tangannya menutup mulutnya agar tidak mengatakan apapun.     

"Panggil sekali saja " ucap yoga, "atau kamu mau cuti sampai melahirkan nanti "     

"Tidak apa-apa " nita lalu menjulurkan lidahnya ke arah yoga.     

Yoga tertawa gemas melihat nita yang seperti itu, dia tidak pernah bisa tergantikan dengan keindahan apapun.     

"Tapi aku boleh minta satu permintaan? " ucap nita.     

"Apa? "     

"Apa aku boleh merekomendasikan bidan rasti selama aku cuti? "      

"Kenapa dengan dinar? " yoga balik bertanya, dia pura-pura tidak mengetahui permasalahan yang sebenarnya.     

"Aku ingin memberikan dinar sebuah pelajaran penting tentang menghargai seseorang " jawab nita, dia bukan memiliki alasan hanya membencinya tapi seseorang seperti dinar harus diberi sebuah peringatan agar membuatnya merubah semua kesalahannya. Nita berharap dinar akan seperti yang dipikirkannya.     

Yoga tersenyum, "kamu pimpinannya, kamu berhak memilih siapapun yang menurutmu terbaik "     

"Dan mengenai masa cutimu " sambung yoga, "lakukanlah sesuai keinginanmu "     

Nita tertawa senang mendengar pernyataan terakhir yoga, dia dengan cepat memeluk yoga dan menciumi pipinya.     

"Aku tidak bisa melihatmu kecewa seperti itu " yoga senang bukan main mendapat pelukan dan ciuman di pipinya oleh nita.     

"Tapi berjanjilah tidak terlalu memaksakan diri jika sudah lelah, dan jangan lupa selalu memberitahuku apa yang kamu lakukan "     

"Baiklah " nita menyanggupinya, dia kembali memeluk yoga dengan manja.     

Yoga bahagia dengan sikap manjanya yang seolah tidak berdaya tanpa pertolongan darinya, itu membuat kehadirannya begitu memiliki arti untuk nita.     

"Dan aku akan tunggu permasalahan apa lagi yang akan dibuat oleh istri mantan tunanganmu itu! " ucap yoga dalam hatinya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.