cinta dalam jas putih

Cervical Cerclage



Cervical Cerclage

0"Kamu sudah bangun? " yoga orang pertama yang nita lihat ketika dia terbanhun dari tidurnya setelah beberapa jam yang lalu dia harus merasakan kontraksi yang begitu kuat.     

"Apa his nya masih kuat? " tanya yoga terus memegangi tangan nita yang terpasang infus.     

Nita tersenyum lemah, "sudah sedikit mereda, tidak apa-apa "     

"istirahatlah,,, " satu tangan nita mengusap dengan lembut pipi yoga, "aku sudah merasa baikkan "     

"Aku minta maaf " ucap yoga dengan kedua matanya yang menatapi nita penuh dengan rasa bersalah.      

Nita sudah begitu sabar menghadapinya, wanita yang sangat selalu bersikap baik pada semua orang itu lagi-lagi harus diberikan cobaan yang berat oleh sang pencipta. Tetapi lagi-lagi dia dengan sabar menerima dan tidak terlihat mengeluh sedikitpun.     

"Apa kamu yakin akan melakukan pemasangan shirodkar? " tanya yoga kembali, "aku akan mengikuti semua keputusanmu, sudah cukup aku selalu menyusahkanmu "     

"Aku ikut saja yang terbaik " jawab nita, "kenapa berkata seperti itu, semua sudah menjadi kewajibanku menjadi seorang ibu "     

"Tidak perlu merasa bersalah seperti itu, semua bukan karena kesalahan oppa dokter tapi memang ada yang tidak berjalan dengan baik di tubuhku "     

Nita memperlihatkan sikap tegarnya, dia harus bisa kuat untuk calon bayinya. Dan yang terpenting adalah dia harus menghilangkan perasaan bersalah dari yoga padanya.     

"Tapi ini akan menyakitkan " ucap yoga, "lalu nanti kamu harus menghadapi persalinan, sudah cukup semua kesakitan yang kamu rasakan "     

Nita tersenyum tipis, "bukankah semua yang kita inginkan itu tidak dapat diraih secara instan, kita harus berusaha yang terbaik lebih dulu. Berjuang dari awal bukan menyerah "     

"Kenapa dokter terbaikku menjadi mellow seperti ini! " nita mengusap lembut rambut yoga dengan senyuman yang dia perlihatkan pada suaminya itu.     

"Lakukanlah yang terbaik untuk anak kita, aku percaya padamu " nita menyambungkan ucapannya, "biarkan aku mendapatkan tindakan itu supaya aku bisa mendengar tangisannya nanti ketika lahir "     

"Baiklah " yoga menyetujuinya walaupun sebenarnya dia begitu berat melakukannya karena tidak ingin membuat nita kembali berada dalam kesakitan.     

Tetapi keinginan nita begitu besar untuk bisa mempertahankan bayinya agar lahir di usia kehamilan yan cukup baik untuk calon bayinya.     

Yoga menarik nafasnya begitu dalam dengan terus memandangi wajah nita.     

"Kamu tahu aku selalu dibuat kagum oleh kesabaran yang kamu miliki,,, " ucapnya pada nita.     

"Ahh, manisnya! " nita tidak dapat menyembunyikan rasa harunya, kedua tangannya merentang agar yoga meraih dan lalu memeluknya untuk sebentar saja.      

"Temani aku melamun disini! " nita bergerak sedikit ke arah samping tempat tidurnya, memberikan sedikit ruang kosong di tempat tidurnya untuk yoga agar bisa berbaring di sampingnya.     

"Kamu mau melamunkan apa? " yoga mengikuti semua yang diinginkan oleh nita walaupun mereka harus berbagi tempat tidur.     

"Apa saja " jawab nita, kedua matanya memandang bebas ke arah langit-langit ruangan dimana dia harus dirawat.     

Hal yang sebenarnya adalah dia ingin yoga beristirahat sejenak setelah beberapa lama menemaninya menghadapi kontraksi yang membuatnya tidak nyaman. Dia terlalu memiliki rasa khawatir yang besar pada nita, perasaannya beberapa hari ini sedang begitu sensitif karena dia melihat nita bersama khalif yang tidak pernah nita anggap serius.     

"Kamu tahu, sepertinya aku semakin tidak bisa hidup baik jika tidak bersamamu " ucap yoga begitu romantis, memeluk nita yang terbaring di sampingnya.     

"Jadi jangan buat aku ketakutan dengan bicara begitu akrab dengan khalifmu! " sambungnya.     

Nita tersenyum malu, dia merasakan bulu kuduknya berdiri ketika mendengar ucapan romantis yoga padanya.     

"Kami cuma bicara biasa saja " ucapnya, "lagipula, perut istrimu ini sudah membesar jadi mana ada yang suka merebut wanita hamil! "     

"Karena itu sangat menyusahkan! " sambung nita.     

Yoga tertawa kecil, dia menciumi kepala nita yang masih berada di pelukannya. Karena dua jam yang akan datang wanita yang berada dalam pelukannya itu akan mendapatkan tindakan cervical cerclage di ruang operasi.     

"Kamu harus bertanggung jawab karena membuat aku jadi laki-laki pencemburu seperti ini! " ucap yoga berterus terang, ini pertama kalinya dia mengakui kelemahannya karena wanita yang berada di pelukannya itu.     

"Laki-laki kan biasanya tidak pernah mengatakan hal seperti itu " ucap nita, "itu membuatku takut, bagaimana kalau nanti justru sebaliknya aku yang tidak bisa membahagiakanmu atau justru aku yang menyakitimu! "     

"Mana bisa wanita selembut ini menyakitiku! " yoga lagi-lagi menciumi kepala nita, "dia itu selalu mengalah, kamu akan mengesampingkan keinginanmu hanya demi mewujudkan keinginan axel. Kebahagiaannya adalah melihat axel senang! "     

Nita tertawa kecil, "aku juga manusia biasa, jadi bisa saja membuat kesalahan. Tapi aku selalu berusaha membuat kalian menjadi prioritas utamaku, axel, calon bayiku, suamiku dan mertuaku semua adalah orang-orang terpenting dalam hidupku "     

Yoga tersenyum lebar mengusap lembut kepala nita, "bersiaplah, sebentar lagi akan dilakukan pemasangan cardiotocography untuk evaluasi sebelum pemasangan shirodkar "     

"Baiklah " nita menyandarkan kepalanya di bahu yoga, "nanti kalau aku sedang dibawah reaksi narkose umum bicara yang bukan-bukan tutup saja langsung mulutku supaya tidak berkata apa-apa "     

Yoga tertawa kecil, "dulu sewaktu kamu telah selesai dilakukan kuretase ada satu nama saja yang kamu panggil ketika kamu masih belum sadar "     

"Siapa? " nita bereaksi dengan cepat memperlihatkan wajahnya yang begitu penasaran.     

"Pasti ibu atau nenek " tebaknya, "karena sehari sebelum kuretase aku mimpi bertemu dengan nenek "     

Yoga menggelengkan kepalanya seraya tersenyum, "bukan "     

Nita mengernyit karena tebakannya tidak tepat, dia lalu terdiam beberapa saat berpikir sejenak.     

"Bukan ibu atau nenek " ucapnya pelan, "aku panggil nama siapa? "     

"Lelaki yang selalu menyusahkanmu! " ucap yoga senyum kecilnya lalu muncul, "siapa lagi kalau bukan yoga! "     

Nita tertawa tidak percaya, "apa aku juga memaki atau justru memelas meminta cinta? "     

Yoga tersenyum lebar, "kamu memanggil namaku dan mengucapkan permintaan maaf,, "     

Yoga menarik nafasnya kembali, "kamu tahu betapa ucapan maafmu di bawah alam sadarmu itu justru menjadi seperti sebuah pengingat betapa aku tidak pernah disalahkan olehmu, jadi aku akan sangat bodoh jika menyakitimu. Aku begitu beruntung mendapatkanmu,,, "     

Nita tersenyum tipis, "benarkah aku bicara seperti itu? "     

"Apa kamu mau aku merekamnya nanti setelah kamu selesai operasi? " yoga memberikan nita penawaran agar nita percaya apa yang sudah dikatakannya tadi.     

Nita tertawa kecil, "jangan, aku percaya semua yang diucapkan suamiku! "     

Dia lalu memeluk yoga untuk beberapa saat, dan memandangi yoga dengan senyuman indahnya.     

"Sudah cukup merayunya " ucap nita, "sekarang pak dokter bisa melakukan pemasangan cardiotocography karena aku sudah merasa baik dan sedang merasakan senang karena rayuan suamiku yang membuat seperti wanita paling cantik di rumah sakit ini! "     

Yoga tertawa kecil, "kamu pikir aku mengatakan hal tadi hanya supaya kamu bisa tenang ketika dilakukan pemeriksaan cardiotocography? "     

"Ternyata kamu tidak melihat penyesalanku! " sambungnya sambil memperlihatkan wajah sedihnya.     

Nita menggelengkan kepalanya, "tidak bukan begitu sayang "     

"Cepat panggil dokter andien dan lakukan pemeriksaan cardiotocographynya sekarang,, "     

Dia sedikit mendorong yoga agar tidak menunda lagi pemeriksaan yang harus dilakukan padanya kali ini, menurutnya yoga sudah cukup menderita karena perasaan bersalahnya. Jadi perannya kali ini adalah berjuang untuk dapat melahirkan calon putrinya itu untuk memberikannya sebagai hadiah atas kasih sayang yoga yang sudah diberikan padanya.     

"Denyut jantung bayi reguler di seratus empat puluh " ucap dokter andien setelah dua menit memasang alat cardiotocography di perut nita, "his juga sudah mulai berkurang, tapi memang portio ada pembukaan walaupun masih satu centi. Dan sepertinya taksiran berat badan janinnya masih seribu sembilan ratus, sayang jika harus lahir "     

Dokter andien memberitahukan hasil pemeriksaannya pada yoga yang berada di samping nita sedari awal dilakukan pemeriksaan.      

"Dokter yakin akan melakukan pemasangan shirodkar? " tanyanya pada yoga.     

Yoga menoleh ke arah nita, "sayang, bagaimana menurutmu? "     

Nita tersenyum lebar, "aku serahkan saja keputusannya pada suamiku yang jadi dokter pribadi "     

"Saya akan membantu dokter " tiba-tiba andien berinisiatif, "saya akan membantu dokter agar pemasangan shirodkar bidan kanita dapat berjalan dengan lancar "     

Dia lalu memperlihatkan senyumannya ke arah nita.     

"Terima kasih banyak dokter andien " ucap nita, dia akan begitu senang jika ada seseorang yang mempedulikannya dan juga calon bayinya.     

Nita semakin terkejut ketika dokter andien memegang satu tangannya dengan lembut.     

"Kamu percayakan saja semua pada dokter yoga, dia itu dokter terbaik. Dan pasti dia akan melakukan terbaik untuk istri dan anaknya " dokter andien mencoba memberikan nita kepastian agar dia tidak perlu mencemaskan keberhasilan tindakan kali ini.     

"Tentu saja " nita tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, "saya akan sangat percaya pada dokter yoga dan dokter andien juga "     

"Terima kasih sudah mempercayaiku " ucap dokter andien, dia sebenarnya merasa malu atas apa yang sudah dia lakukan pada nita beberapa waktu yang lalu. Tapi sepertinya nita memang berbesar hati dan tidak pernah membencinya walaupun dia telah menyakitinya dan hampir saja berpikiran untuk membuat yoga berpaling padanya.     

"Kamu sudah siap sayang? " yoga menghampiri nita yang setelah dilakukan pemeriksaan cardiotocography berganti pakaian ruang operasi.     

"Iya "     

"Nanti aku akan menyusulmu ke ruang operasi " ucapnya kembali pada nita yang telah siap untuk dibawa ke ruang operasi oleh perawat ruangan dimana nita dirawat.     

Nita hanya menjawab dengan anggukkan kepala dan senyumannya yang menyamarkan rasa takutnya yang dia sembunyikan pada yoga.     

Setelah nita meninggalkan ruangan perawatan, yoga bersiap untuk menyusulnya dan merapikan barang-barang milik nita ke dalam tas.     

Dia lalu secara tidak sengaja melihat ponsel nita yang berbunyi, sebuah notifikasi pesan singkat dari seseorang.     

"Dokter edwin! " yoga mengerutkan dahinya, ketika memandangi layar ponsel milik nita. Dia menjadi begitu penasaran dengan pesan yang dikirimkan oleh seseorang yang pernah bekerja sama dengannya di rumah sakit.     

Pada awalnya dia begitu ragu, tapi karena tiba-tiba ibu jarinya secara tidak sengaja menyentuh layar ponsel yang tidak terkunci dan begitu tepat di notifikasi yang muncul akhirnya dia dapat membaca dengan jelas pesan yang dikirimkan oleh dokter edwin pada nita.     

'aku mendengar tentangmu hari ini, tapi aku yakin kamu akan tetap kuat sama seperti hari yang lalu disaat kamu mendapat ujian terberat. Jangan pernah menyerah pada keadaan berusahalah untuk tetap memperjuangkan calon bayimu, karena dia harus lahir dengan baik dan menjadi calon istriku! '     

Lalu tawa yoga muncul dan raut wajahnya berubah menjadi bahagia karena banyak orang-orang yang sangat memberikan perhatian pada nita, yang membuatnya berpikiran gila jika suatu saat dia tidak dapat menemani nita lebih lama dia ingin dokter edwin lah yang menggantikannya.     

"Aku sampai berpikiran aneh seperti ini! " cetus yoga dengan tawa kecilnya.     

Dia lalu menyimpan ponsel milik nita kedalam tas, dan berniat akan memberitahukan pada nita tentang pesan yang dikirimkan oleh dokter edwin padanya setelah pemasangan shirodkar.     

Yoga bergegas berjalan keluar dari ruang perawatan dan menyusul nita yang sudah lebih dulu berada di ruang operasi, dia tidak boleh membiarkan nita menunggunya terlalu lama dan segera menyelesaikan tindakan yang akan dilakukannya pada nita...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.