cinta dalam jas putih

Prematur Kontraksi



Prematur Kontraksi

0"Aku mau mandi dulu! " ucap nita sesampainya di rumah, dia berjalan menuju ke kamar mandi tetapi yoga menghalanginya.     

"Bicarakan dulu tentang masalah tadi " ucap yoga.     

"Tapi badanku sudah penuh keringat " nita sengaja mempermainkan yoga kali ini, dia sedang membuat yoga semakin penasaran ingin mendengarkan alasan nita.     

"Aku mohon, sayang " yoga merapatkan kedua telapak tangan di depan dadanya.     

"Kamu pasti sengaja ingin membuatku tersiksa karena rasa bersalahku? "     

Nita tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya, dia lalu memegang tangan yoga yang membuat permohonan padanya.     

"Kemarilah " nita akhirnya mengalah, dan membawa yoga duduk disampingnya. Dia tidak akan sanggup jika melihat yoga yang memohon seperti itu dihadapannya, laki-laki itu terlalu terhormat untuk bertindak seperti itu.     

"Aku sengaja membiarkannya " ucap nita.     

"Sengaja " yoga mengernyit, "kamu sengaja membiarkan semuanya begitu saja supaya kita bertengkar hebat dan kamu bisa kembali ke mantan tunanganmu begitu? "     

Nita menanggapi ucapan yoga yang bernada tinggi dengan senyumannya yang penuh rasa sabar.     

"Bukan seperti itu " jawab nita, "aku sengaja tidak bertanya karena sebenarnya ingin memberikan kesempatan pada oppa dokterku bicara lebih dulu dan mengungkapkan kemarahannya padaku! "     

"Tapi sepertinya suamiku belum terbiasa dengan hal seperti itu " ucapnya kembali, "dia lebih suka memendamnya sendiri dan menyelesaikan masalah sendirian. Dan itu bukannya terselesaikan tetapi berlalu tanpa solusi! "     

Nita tersenyum memegang kedua tangan yoga, "aku memang masih harus belajar lagi untuk menjadi seorang istri, yang harus menerima perbedaan pemikiran kita "     

"Coba oppa pikirkan, kenapa selama ini aku selalu menceritakan semua yang aku hadapi ketika kita tidak satu tempat yang sama? aku selalu bercerita tentang semuanya, hanya itu satu-satunya cara supaya suamiku bisa mempercayaiku "     

Nita memandangi mata yoga, "dan kamu percayakan? "     

Yoga terdiam sejenak mengingat semua yang dikatakan nita memang benar, tidak ada yang dia tidak ceritakan padanya.     

"Apakah oppa dokter kesulitan melakukan hal yang sama seperti itu? " tanyanya, "aku tahu kemarin itu kamu melihatku tengah bicara dengan khalif "     

"Dan,,, " nita berhenti sejenak, "pasti oppa dokter yang tahu lebih dulu kepindahannya ke rumah sakit, hanya saja mungkin karena alasan tertentu tidak dibicarakan denganku "     

Yoga kesulitan untuk berkata kali ini karena ucapan nita itu seperti menyudutkannya.     

Nita tersenyum, "walaupun begitu aku senang karena ternyata suamiku itu sangat memiliki rasa cemburu yang besar! "     

Dia lalu memeluk yoga, setelah beberapa detik yang lalu dia menyudutkan yoga kali ini dia memberikan pelukan sebagai rasa terima kasihnya karena rasa cemburu yang dimiliki yoga padanya.     

Yoga ingin sekali mengatakan sesuatu, tetapi dia merasakan bibirnya terkunci setelah mendengarkan perkataan nita. Dia tersadar usia bukan menjadi jaminan seseorang untuk bisa bersikap dewasa, wanita yang berada di pelukannya itu memang seseorang tepat menjadi ibu dari anak-anaknya. Selain dia penuh kesabaran menghadapi apapun dia juga pandai bicara yang tepat pada intinya tetapi tidak terlihat menyudutkan.     

"Jadi, kalau marah itu seharusnya dibicarakan secepatnya! " cetus nita ketika melepaskan pelukannya dan membulatkan matanya ke arah yoga, "jangan pernah membiarkan masalah berlarut-larut untuk waktu yang lama, tidak akan baik! "     

"Lagipula untuk apa cemburu karena melihatku bicara dengan khalif! "     

Yoga tertawa kecil, "aku salah bercerita dengan pak adit! "     

Dia lalu mencubit kecil pipi nita, "kamu pasti tahu aku cemburu dari penggemarmu itu! "     

Raut wajah nita berubah, "kenapa juga harus cerita dengan pak adit! "     

Nita sama sekali tidak mengetahui tentang yoga yang bercerita dengan aditya mengenai rumah tangganya.     

"Kenapa kamu malu? " yoga bertanya dengan tawa kecilnya.     

"Aku marah, tapi bukan karena cemburu " ucap yoga, "tapi karena ketakutanku melihatmu bicara dengan khalif memperlihatkan senyum yang sama ketika bicara denganku, kamu sama sekali tidak memperlihatkan ketidaksukaanmu padanya karena dulu kalian yang sudah membuat surat undangan pernikahan gagal menikah dengan alasan menyedihkan dia telah menghamili wanita lain! "     

Nita terdiam, yoga sudah membuka kenangan lamanya yang menyakitkan tetapi justru dia syukuri karena dengan jalan seperti itu. Dia menundukkan kepalanya, karena ternyata benar-benar menyimpan cerita lama yang kali ini diungkitnya. Sudah lama sekali nita menghapusnya walaupun tidak dapat hilang dari kehidupannya.     

"Aku senang dengan sikap ramahmu " ucap yoga, "tapi aku tidak suka kamu menunjukkannya pada khalif! "     

"Iya, baiklah nanti aku marah-marah saja kalau bertemu lagi dengan khalif "      

"Tidak seperti itu juga " yoga bereaksi dengan raut wajah marah, "maksudku tidak terlalu ramah tapi biasa saja! "     

Nita terlihat merasakan ketidaknyamanan, dia terlihat meringis merasakan kesakitan. Dia tidak menanggapi apapun dari perkataan yoga kali ini hanya terdiam.     

"Jangan mengalihkan pembicaraan kita dengan membuatku lemah " yoga merasa nita sedang menahan rasa sakit, tetapi di sisi lain dia merasa nita pasti sedang mempermainkannya dengan candaan kesakitan agar dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.     

Nita tidak menghiraukan apa yang sudah diucapkan yoga karena dia berusaha mengatur nafasnya dengan baik.     

"Kamu tidak sedang bercanda kan? " setelah tiga puluh detik berlalu dan nita masih terlihat menahan rasa sakitnya, dia menyimpan satu telapak tangannya diatas perut nita yang keras seperti papan.      

"Kontraksinya semakin kuat " kali ini wajah yoga berubah menjadi panik, dia menjadi semakin merasa bersalah karena pembicaraannya dengan nita membuat kontraksi pada kehamilannya yang belum waktunya.     

"Kenapa kamu tidak bilang kalau his nya adekuat seperti ini! " lagi-lagi yoga berucap.     

Nita merengek ke hadapan yoga, "mau terus bicara atau mau membawaku ke rumah sakit? sekarang ini his nya lebih kuat! "     

Yoga tersadar, "maafkan aku sayang, kenapa aku jadi laki-laki bodoh seperti ini! "     

"Aku akan telpon ambulan agar datang kesini! "     

"Tidak perlu " nita menolaknya, "aku masih bisa berjalan sampai depan mobil, siapkan saja "     

"Baiklah " yoga segera beranjak dan berjalan menuju ke arah pintu tetapi terhenti dan berbalik.     

"Dimana aku menyimpan kunci mobilnya! "      

Nita tertunduk, di tengah rasa sakitnya dia masih sempat menertawakan tindakan lucu suaminya. Dia yang begitu tegas dan sigap ketika menghadapi pasiennya, ketika nita istrinya yang merasakan kontraksi semua ketegasan hilang karena kepanikannya.     

"Sayang, yang kamu pegang itu bukannya kunci mobil? " nita berbicara dengan nada tenang, walaupun sebenarnya dia sedang menahan sakit.     

"Iya, benar " dia melihat ke arah tangannya dan tertawa malu.     

Dengan segera dia berjalan keluar menyiapkan mobilnya,  tidak lama setelah itu dia kembali menghampiri nita.     

"Kamu yakin bisa berjalan? " tanya yoga, kali ini di wajahnya dipenuhi dengan rasa khawatir yang besar.     

"Iya, sepertinya ini prematur kontraksi " ucap yoga, "jadi kamu lebih baik mendapat perawatan untuk rawat konservatif "     

"Iya " nita mengikuti semua yang dikatakan yoga, dia berjalan perlahan ke arah mobil dengan di dampingi oleh yoga disampingnya.      

Nita benar-benar membuat yoga takjub, diantara kesakitannya dia begitu sabar menghadapinya.     

"Kamu itu bagaimana menjaga istrimu, yoga! " suara ibu mertuanya bernada kesal pada yoga ketika mereka berada di dalam mobil menuju rumah sakit.     

"Sampai bisa kontraksi di usia kehamilan yang masih muda " ucapnya kembali, "kamu kan dokter, kenapa tidak memberikan obat terbaik untuk istrimu! "     

"Ibu,,, " ucapan ibunya tersebut semakin membuat kepanikannya bertambah, dan dia juga merasa ketakutan akan menambah tingkat stres pada nita dengan omelan-omelannya.     

Dia melirik ke arah nita sesekali, menakjubkan ketika wanita disampingnya itu terlihat masih dapat menahan sakitnya dan dia masih dapat memperlihatkan tawa tanpa suaranya menanggapi ucapan-ucapan dari ibu mertuanya.     

"Apa his nya masih adekuat? " tanya yoga pada nita.     

"Iya " jawab nita pendek.     

"Apa sebaiknya aku melakukan pemasangan shirodkar padamu? " yoga memberikan advis secara jalur pribadi pada nita.     

Nita terkejut, "shirodkar? "      

Dia lalu mengingat tentang riwayat kehamilannya terdahulu, "Apa karena serviks inkompetenku? "     

"Ya " jawab yoga, "tapi jika kamu tidak mau, kita lakukan rawat konservatif saja dan memberikan obat kortikosteroid untuk pematangan paru janin "     

"Lakukan saja apa yang terbaik untuk anak kita " ucap nita dengan legowo, dia akan mengikuti semua tindakan medis yang menurut yoga adalah jalan satu-satunya bisa mempertahankan bayinya.     

Dia telah sampai di ruangan instalasi gawat darurat, terbaring dengan kontraksi yang terus menerus muncul. Yoga menyaksikan istrinya itu harus kembali terpasang jarum infus untuk memasukkan obat kortikostiroid yang dibutuhkan calon bayi dalam oerutnya. Untuk beberapa waktu nita masih merasakan kontraksi sampai dia mendapatkan obat tokolitik berbentuk tablet yang setelah dia meminumnya kontraksinya menjadi tidak adekuat dan memberinya kesempatan untuk dapat beristirahat sejenak karena kelelahan menahan rasa sakit...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.