cinta dalam jas putih

Jouska



Jouska

0Aditya menghampiri yoga yang sedari rapat dimulai terlihat tidak memberikan masukan apapun padanya, dia hanya sekedar hadir dan duduk di acara tersebut.     

"Dokter baik-baik saja? " tanyanya.     

"Iya " jawab yoga, dia kembali membaca laporan yang telah dirapatkan beberapa saat yang lalu.     

"Baiklah " aditya beranjak dari duduknya,  "saya pamit dulu,,, "     

"Tunggu " yoga menghentikan aditya, dia menoleh ke arahnya.     

"Apa pak adit masih ada kesibukan lain? "     

Senyuman terlihat dari wajah aditya, dia lalu kembali duduk disamping yoga. Sebenarnya dia tahu pasti ada sesuatu yang sedang menjadi pikiran yoga, karena ini pertama kalinya dia bersikap seperti itu.     

"Tidak " jawabnya, "sebenarnya saya ingin sekali bicara seperti ini dengan dokter, saya selalu percaya jika dokter yoga yang memberi saya saran "     

Kedua alis yoga terangkat, kenyataannya kali ini dia yang sedang membutuhkan sebuah saran dari seorang sahabat.     

"Saran mengenai hal apa? " tanya yoga.     

Aditya tersenyum malu, "sebenarnya ini seperti hal sepele, tapi karena pernikahan saya masih seumur jagung jadi saya lebih baik bertanya pada dokter "     

"Bagaimana dokter merayu bidan kanita agar tidak canggung pada mertuanya? " tanyanya.     

"Dokter tahu, aline tidak pernah mau untuk tinggal beberapa di rumah orang tua saya karena alasannya canggung atau tidak sepemahaman " sambung aditya.     

"Dokter tahu, ini adalah cucu pertama. Jadi ibu lebih protektif dan sedikit banyak aturan pada aline "     

Yoga terdiam sejenak, "sesulit itukah istrimu berhubungan dengan mertuanya? "     

"Kadang hal ini yang membuat kami ribut " jawab aditya, "terkadang saya merasa tidak adil pada aline, ketika dia lebih senang berada di rumah orang tuanya tetapi tidak berlaku sama jika itu ditempat orang tua saya "     

"Apa bidan kanita seperti itu juga? " tanyanya.     

"Tidak " jawab yoga dengan cepat, "dia tidak pernah seperti itu "     

"Dia bahkan menerima semua saran-saran ibu mertuanya, tidak pernah mengeluh di belakangku " sambungnya, "dia juga tidak pernah sekalipun berkata dengan nada marah seperti aline tadi! "     

Aditya tersenyum tipis, dia menanggapi ucapan yoga dengan anggukkan membenarkan semua yang dikatakan oleh yoga tentang nita. Bahkan dia tahu lebih banyak lagi tentang nita yang membuatnya berbeda dari wanita manapun, dan itu membuat seseorang yang pernah jatuh hati padanya pasti akan begitu sulit melupakannya.     

"Aline seperti itu mungkin bawaan hamilnya " ucap aditya, "dia lebih sering marah karena rasa takutnya yang begitu besar, cemburu yang berlebihan ketika melihat saya bicara dengan pegawai wanita disini "     

"Ya " tiba-tiba yoga menjawab hal yang sama, "aku juga seperti itu, ketika melihat nita bicara dengan laki-laki yang hampir menikah dengannya dulu. Aku seperti ketakutan yang begitu berlebihan, sepertinya kegagalan pernikahanku yang pertama membawa trauma tersendiri "     

"Tapi bidan kanita tidak akan dengan mudah membuka hatinya untuk seseorang " aditya menanggapi, "dia wanita yang berbeda, jadi dokter sangat beruntung memilikinya "     

Senyuman terlihat di wajah aditya, dia mengingat betapa sulitnya dia mendekati nita dahulu. Dia pun sampai harus berpikiran berani merebutnya dari suaminya, karena keinginannya memiliki nita. Tapi tuhan memiliki takdir lain untuknya, dia akhirnya harus menikah dengan aline yang pada awalnya sama sekali tidak menarik perhatiannya. Seiring dengan berjalannya waktu, rasa sayangnya pun muncul terlebih aline tengah mengandung.     

"Dokter hanya ketakutan berlebihan saja " ucap aditya, "saya percaya bidan kanita hanya mengobrol biasa saja seperti dengan seorang teman, dokter tahu dia itu wanita yang sangat ramah "     

"Bukankah itu yang menjadi daya tarik bidan kanita selain wajah cantiknya " sambung aditya, "dia selalu bicara lembut tetapi begitu tegas, pintar tetapi tidak menyombongkan dirinya. Selalu pandai mengelola emosinya ketika menghadapi semua staf yang memiliki pemikiran berbeda, dia wanita yang menerima perbedaan dengan senang hati "     

Yoga terperangah mematung mendengarkan pujian aditya pada istrinya itu, selain dia yang selalu merasakan keistimewaan yang dimiliki nita masih ada laki-laki lain yang ternyata begitu memujinya. Dan nita hanya memilihnya diantara laki-laki yang mendekatinya, walaupun jabatan aditya lebih tinggi darinya.     

"Saya mungkin hanya terlalu khawatir " ucap yoga dengan senyuman dan pikirannya pada nita. Membuat rasa rindunya menjadi begitu kuat dan tidak dapat dia simpan lagi.     

Aditya tersenyum, "jangan khawatir bidan kanita pasti tetap akan bersama dengan dokter apapun yang terjadi "     

"Ya, terima kasih sudah mau mendengarkan saya " ucap yoga, "saya seharusnya memberi saran yang baik untuk pak aditya, tapi ternyata kali ini saya yang membutuhkan saran dari sahabat untuk diri saya sendiri "     

"Saya senang jika dokter mau percaya dengan saya " ucap aditya, sebenarnya ucapannya tadi hanya sebagai umpan agar yoga mau menceritakan apa yang sedang dipikirkannya. Dia hanya ingin membuat kedekatannya dengan yoga memberikan manfaat, walaupun dia tidak dapat memiliki nita tetapi memastikan wanita itu bahagia dan baik-baik saja akan sangat membuatnya lebih bahagia dari apapun.     

Yoga melangkahkan kakinya penuh dengan rasa percaya diri kembali, setelah hari kemarin kecemburuannya membuat dirinya merasa menjadi laki-laki yang tidak pantas untuk nita. Melihat usia dan kegagalan rumah tangganya, ketika dia membandingkan dirinya dengan sosok bernama khalif yang lebih muda dan memiliki penampilan yang sangat menarik membuat apa yang sudah dimilikinya jauh dibawah laki-laki yang pernah menjadi masa lalu nita.     

Nita terkejut melihat yoga yang sudah berdiri di depan pintu ruang bersalin bersamaan dengannya yang keluar dari dalam ruangan tersebut.     

"Pekerjaanmu sudah selesai? " tanya yoga dengan senyuman di wajahnya.     

"Sudah " nita tersenyum penuh rasa heran, tetapi sepertinya dia tidak akan bertanya alasan yoga tiba-tiba menjemputnya di depan ruangan tempatnya bekerja.     

Nita berjalan di samping yoga masih dengan tanda tanyanya yang begitu besar, tetapi dia sedikit merasa senang karena sepertinya suaminya itu telah memiliki suasana hati yang baik. Karena selain melihat senyumannya, dia pun mendapatkan kiriman makanan yang istimewa.     

"Apa makanannya enak? " tanya yoga ketika mereka telah berada di dalam mobil.     

"Enak sekali " jawab nita, "terima kasih sudah mengirimkan makanan yang istimewa "     

"Tapi,,, " nita mengerutkan dahinya dan berhenti sejenak.     

"Apa itu bukan makanan kesukaanmu? " yoga menyela.     

"Bukan " jawab nita, "kata-katanya sedikit berlebihan, dan itu biasanya dipakai oleh orang yang pertama jatuh cinta! "     

"Kata-kata? " kali ini yoga yang mengerutkan dahinya, "kata-kata seperti apa? "     

Dia kembali mengingat ucapannya pada edna tadi pagi, hanya memberikan perintah padanya untuk mengirimkan makanan kesukaan nita tanpa menuliskan kata apapun.     

Nita terlihat membuka tas miliknya dan merogoh sesuatu, tidak lama diapun mengeluarkan secarik kertas kecil yang telah tertulis sesuatu.     

Yoga merasakan sesuatu yang membuat hatinya tidak nyaman, dengan cepat dia mengambilnya dari tangan nita dan membacanya.     

'Terimalah hadiah sederhana dariku, ucapan selamat siang yang dibungkus dengan ketulusan, diikat dengan kepedulian, dan disegel dengan doa untuk menjagamu agar tetap semangat bekerja serta bahagia sepanjang hari ini,,, '     

Yoga membeku, dia merasa bulu kuduknya berdiri seketika selesai membaca kata-kata tersebut. Dia menoleh ke arah nita dengan wajahnya yang teras panas tetapi ektremitasnya dia rasa dingin seperti sedang berada di lingkungan bersalju.     

"Edna kamu! " geramnya pelan, dia masih memasang wajah datar dihadapan nita.     

"Rupanya dia sudah bosan menjadi asistenku di poli! " lagi-lagi dia berkata, "kamu mau aku pindahkan di bagian dapur ternyata! "     

"Ada apa? " pertanyaan nita mengejutkannya, dia lalu membawa kertas yang tadi dibawa oleh yoga.     

"Kamu buang saja, aku saja merinding membacanya! " ucap yoga menghidupkan mesin mobilnya.     

"Tidak " nita lalu memasukkannya kembali kedalam tas miliknya.     

"Aku mau tulis tanggalnya dan aku simpan, nanti ketika membacanya itu mengingatkan aku pada kemarahan pertama suamiku! "     

Yoga menginjak rem mobil secara mendadak setelah mendengar ucapan nita, membuatnya dan juga nita tersentak.     

"Kamu tahu aku marah? " tanya yoga, dia melihat nita yang sepertinya terkejut dengan rem yang tiba-tiba yoga injak.     

"Aku tahu " jawab nita dengan sedikit kesal, dan memperbaiki posisi duduknya.     

"Kamu tahu kenapa aku marah? " tanyanya lagi.     

Nita menyipitkan matanya, "tentu saja tahu "     

"Lalu kenapa kamu diam saja? " lagi-lagi yoga hanya melayangkan ucapan pertanyaan.     

"Aku jawab nanti saja dirumah " jawab nita dengan nada yang penuh ketenangan, "sekarang cepat jalankan mobilnya dan segera pulang! "     

"Tapi, sayang,,, "     

"Tidak bisa! " sela nita, "pulang kerumah lebih dulu! "     

Nita terlihat melengkungkan bibirnya ke arah yoga dengan kedua alisnya yang naik turun, seolah mengatakan pada nita tidak ada kompromi untuk sekarang ini, dan yoga harus mengikuti semua yang dikatakannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.