cinta dalam jas putih

Psikosomatis



Psikosomatis

0Edna melihat sosok dokter idolanya itu pagi ini tidak seperti biasanya, dia yang selalu semangat dengan senyuman yang dia perlihatkan setiap pagi hari ini sepertinya menghilang.     

"Kenapa dokter hari ini? " tanyanya pada diri sendiri, "kemarin dia seperti orang yang jatuh cinta, hari ini seperti orang yang sedang patah hati! "     

"Atau jangan-jangan nita tidak memberinya jatah tadi malam? " tetiba dia terpikirkan satu adegan ranjang yang tergagalkan karena suatu hal, dia menutup mulutnya yang tertawa tanpa suara. Memukul kecil keningnya karena telah berpikiran mesum di pagi hari.     

"Edna " seseorang memanggilnya dari arah pintu ruangan poliklinik.     

Edna menoleh ke arah suara, dan tersenyum ke arah sosok aline dan aditya yang menghampirinya.     

"Pasangan fenomenal selanjutnya! " cetus edna dalam hatinya, dia masih memperlihatkan senyumannya ketika pasangan tersebut berdiri dihadapannya.     

"Dokter yoga ada? " tanya aline.     

"Ada " jawab edna berbisik, "sepertinya hari ini suasana hatinya sedang tidak baik "     

"Kenapa? " aline pun ikut berbisik.     

"Aku tidak tahu " jawab edna, "mungkin karena kanita, dia kan wanita penakluk satu-satunya pimpinan kita itu! "     

"Iya,,, " aline menganggukkan kepalanya.     

"Kenapa kalian jadi bergosip seperti itu! " aditya mengomentari perilaku istri dan sahabatnya itu.     

"Sebentar lagi aku ada rapat " sambungnya.     

"Wah, kenapa perutmu sudah terlihat membesar! " edna memicingkan matanya ke arah aline, karena yang dia tahu mereka baru dua bulan menikah.     

Wajah aline memerah, dia tidak bisa menjawab kecurigaan sahabatnya yang memang dia kenal karena terlalu polos semua dia katakan.     

"Aku beritahu dokter dulu " edna tidak menunggu jawaban aline, dia mengetuk ruangan yoga dan masuk ke dalamnya.     

Aline memajukan bibirnya dan mencubit kecil perut aditya.     

"Ini gara-gara kamu! " cetus aline kesal, "mereka pasti tahu hamilnya sudah besar! "     

Aditya meringis dengan tawa kecilnya, "tidak apa-apa kita kan sudah menikah, sayang. Kalau belum itu lain hal,,, "     

"Aku malu,,, " rengeknya pada aditya, dia berubah seperti anak kecil yang meminta sesuatu pada ayahnya.     

Aditya mengusap punggung aline dengan sabar, "tidak perlu dipikirkan, kalau kamu terlalu banyak pikiran kasihan bayi kita sayang,,, "     

"Kamu mau apa? " tanyanya, "biar aku belikan nanti jam makan siang ya,, "     

"Aku mau ibu kanita kembali ke ruang ponek bersamaku! " ucap aline, "karena kalau meminta makanan pasti akan dimuntahkan lahi oleh bayiku! "     

Kedua alis aditya terangkat, dia menghela nafasnya. Aline yang tengah mengandung itu membuat permintaan yang seolah-olah rumah sakit tempatnya bekerja adalah milik nenek moyangnya yang apapu dia inginkan dapat dengan cepat terwujud.     

Pembicaraan mereka terhenti ketika edna muncul dari dalam ruangan.     

"Masuklah " ucap edna, "dokter yoga sudah menunggu "     

Aline masuk lebih dulu diikuti aditya dan edna yang menjadi orang terakhir. Yoga menyambut mereka dengan tatapan anehnya memandangi perut aline.     

Dia lalu membawa probe USG ke perut aline, dan digerakkan sesuai dengan letak dari malaikat kecil yang berada dalam perut aline.     

"Cepat sekali besarnya bayimu! " celetuk yoga dengan wajahnya yang masih terlihat tidak memiliki rasa bahagia. Dia memberikan sindiran dalam bentuk ungkapan candaan yang sebenarnya gagal karena suasana hatinya yang buruk.     

"Dokter,,, " aline semakin tidak berkutik, rasa malunya kembali bertambah karena yoga yang selalu mengucapkan candaan dengan wajah seriusnya.     

Ditambah lagi edna dan aditya yang terlihat menahan tawa karena ucapan yoga tersebut semakin membuatnya malu karena kehamilan ada lebih dulu sebelum pernikahannya.     

"Mungkin karena down paymentnya hebat dokter " aditya lalu berkata dengan candaan yang sama seperti yoga, "jadi langsung di setujui "     

Aline dengan cepat mengangkat kepalanya dan membulatkan kedua matanya ke arah aditya yang hanya tertawa.     

"Iya, tidak apa-apa " ucap yoga, kali ini tawa kecilnya muncul.     

"Bayimu sehat, beratnya cukup dan sesuai dengan usia kehamilannya enam belas minggu " yoga memberi penjelasan tentang pemeriksaan yang dilakukannya.     

"Selamat aline! " cetus edna bahagia melihat sahabat satu kelasnya itu akhirnya akan memiliki seorang bayi.     

"Dan seorang bayi jagoan sepertinya " yoga terlihat kesulitan melihat jenis kelamin dari sang bayi, "kita evaluasi saja satu bulan lagi untuk jenis kelamin, tapi aku yakin ini laki-laki! "     

"Benar kan " aditya sumringah ketika mendengar yoga menyebutkan jenis kelamin calon bayinya.     

"Aku maunya perempuan dokter! " cetus aline dengan wajah kecewanya.     

"Pokoknya satu bulan lagi aku mau jenis kelaminnya perempuan! "     

Yoga mengerutkan dahinya, "kamu pikir aku dewa yang bisa seketika merubah mahluk hidup! "     

"Lahirkan saja ini apapun jenis kelaminnya, dan setelah itu kamu hamil kembali siapa tahu mendapat bayi perempuan! " yoga memberikan saran yang membuat aline hanya bisa memajukan bibirnya saja tanpa suara. Sedang aditya sepertinya sangat bahagia karena yoga itu selalu sependapat dengannya. Dan edna sahabat satu kelasnya pun hanya terkekeh melihatnya dibuat tidak berkutik oleh pimpinannya yang menjadi suami dari nita.     

"Pokoknya aku tidak mau! " cetus aline pelan pada aditya, tetapi yoga masih dapat dengan jelas mendengarnya.     

"Iya sayang " aditya sepertinya sangat mengalah pada istrinya itu, "nanti kita pergi ke tempat kesukaanmu dan membeli yang kamu suka "     

"Benar aku boleh membeli apapun ya " mulut aline mencucut setelah selesai bicara.     

Yoga tersenyum menggelengkan kepalanya memperhatikan sikap manja aline pada aditya yang dia ambil kesimpulan sebagai kecerewetan seorang istri yang tengah mengandung.     

"Aku resepkan saja vitamin untuk satu bulan " yoga bicara sambil menuliskan resep untuk aline.     

"Dokter resepkan juga dibawahnya, supaya aku tidak sering menginap di rumah ibu mertuaku! " celetuk aline, membuat yoga menghentikan tulisannya.     

"Sayang, kenapa bicara seperti itu " aditya yang masih penuh dengan kesabaran terlihat mengusap lembut punggung aline.     

"Ibu itu selalu memarahiku kalau aku tidak makan! " ucap aline, "aku kan sedang mual muntah jadi aku kesulitan makan! "     

Yoga kembali dibuat mereka tertawa dengan gelengan kepalanya, dia melanjutkan kembali menulis sebuah resep. Dan seketika dia mengingat sosok nita yang juga tengah mengandung saat ini.     

"Dia tidak secerewet itu walaupun sedang mengandung " ucapnya dalam hati, membandingkan sikap manja aline dengan sikap nita yang begitu memiliki kesabaran luar biasa.     

"Tidak pernah ada yang dia keluhkan selama ini " lagi-lagi dia berucap, "bahkan ketika harus menghadapi ibuku yang sangat cerewet! "     

Dalam hitungan detik pikirannya dipenuhi oleh ingatannya pada nita, dia merindukan sosok nita saat ini. Kerinduannya benar-benar tidak dapat bekerja sama dengan waktu dan tempat yang sangat tidak tepat.     

Tubuhnya seketika merasakan sakit karena pikirannya yang terbebani karena ulahnya sendiri yang kesal pada nita akibat kecemburuan yang tidak diutarakannya. Psikosomatis kali ini sepertinya telah melanda yoga karena hal yang dulu dia anggap begitu sepele yaitu karena cinta.     

"Seharusnya aku lebih terbuka lagi pada nita membicarakan tentang ini, mungkin saja semua hanya kesalahpahaman " dan ucapannya kali ini adalah sebuah pengakuan kesalahannya karena tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun, walauoun dia sangat tahu nita tidak akan mungkin berbuat seperti yang ada dalam pikirannya walaupun itu adalah masa lalu yang begitu lama singgah dihatinya.     

"Dokter jangan lupa rapat kita hari ini! " suara aditya mengejutkannya, semua pikirannya membuyar karena dia harus kembali fokus pada aline dan aditya yang berada di hadapannya kali ini.     

Setelah aline dan aditya pergi dia bergegas bersiap untuk menghadiri rapat yang aditya ucapkan tadi.     

"Edna, tolong pesankan makanan kesukaan kanita dan kirimkan ke ruang bersalin siang nanti " ucapnya sebelum pergi dengan wajahnya yang telah berubah lebih baik satu tingkat dari awal edna melihatnya.     

"Kenapa lagi sekarang? " edna terheran melihat wajah ceria yoga, dia lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum.     

"Kanita, kamu pandai sekali membolak-balikkan hati suamimu yang terkenal dingin yah! "     

Edna berkata penuh dengab kebanggaan pada nita...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.