cinta dalam jas putih

Inkompetensi serviks



Inkompetensi serviks

0"Kamu baik-baik saja? " yoga sudah berdiri di depan pintu kamar mandi ketika nita yang telah begitu lama di dalamnya.     

"Iya " nita terkejut melihat yoga yang sepertinya sedari awal dia masuk ke dalam kamar mandi yoga menunggunya.     

Yoga memasang wajah serius terus memandangi nita yang sudah berpakaian rapi tiba-tiba masuk ke kamar mandi untuk waktu yang lama.     

"Kamu yakin akan bekerja? " lalu dia meraih tangan nita yang terasa dingin karena berlama-lama dikamar mandi.     

Nita tersenyum, "iya, mungkin karena kemarin aku makan yang terlalu pedas jadi perutku sedikit tidak nyaman "     

"Kamu yakin itu bukan his? " tanya yoga dengan matanya yang masih terus melihat wajah nita, dia sedang memastikan kesakitan melalui raut muka istrinya itu.     

"Sebaiknya kamu istirahat saja hari ini " lalu dia membawa nita untuk duduk disebuah kursi di ruang depan.     

Dia memindahkan tangannya ke perut nita untuk memastikan apa yang ada di dalam pikirannya, dia sedang melakukan pemeriksaan kontraksi di perut nita.     

"Bukan his pak dokter! " ucap nita dengan tawa kecilnya.     

"Kamu itu sedikit keras kepala jika aku menyarankanmu untuk istirahat " ucap yoga sedikit kesal, "pasien-pasienku saja menurut dengan apa yang aku ucapkan, kenapa istriku tidak ya? "     

Nita dibuat yoga tertawa, "tidak apa-apa, aku janji akan memberitahu dengan cepat jika merasakan his lagi nanti "     

Yoga mengernyit, "his lagi? kapan kamu merasa his? "     

"Kamu ini,,, " kali ini yoga benar-benar berwajah kesal, "kenapa kamu diam saja! "     

Kedua alis nita terangkat menanggapi kekesalan suaminya itu, "his palsu, hanya tiga puluh detik saja lalu menghilang "     

Nita memperlihatkan senyumannya sebagai tanda dia sedang baik-baik saja sekarang ini.     

"Ayo berangkat! " nita menarik tangan yoga untuk segera masuk ke dalam mobil dan berangkat ke rumah sakit agar mereka tidak terlambat.     

Yoga sesekali menoleh ke arah nita yang duduk disampingnya, dia memang tidak memperlihatkan kesakitannya kali ini. Ada sesuatu yang sedang dia ingat-ingat tentang riwayat kehamilan nita terdahulu, tetapi karena dia terlalu khawatir membuatnya kesulitan fokus pada pemeriksaan yang pernah dia lakukan pada nita ketika dia mengalami keguguran untuk kedua kalinya.     

"Edna " panggil yoga sesampainya di ruangan poliklinik kebidanan tempatnya bekerja.     

"Dokter, pasien USG sudah banyak sekali " ucap edna menyimpan tumpukan buku rawat pasien hari ini, "dokter mau saya panggil sekarang? "     

Melihat tumpukan buku rawat itu semakin membuat yoga sulit mengingat apa yang sedang dipikirkannya.     

"Ya " jawab yoga pendek, dia lalu duduk di kursi yang berada tepat berhadapan dengan alat USG.     

"Edna "      

"Ada apa dokter "     

"Apa bisa kamu menghubungi pihak rekam medis, untuk mencarikan buku rawat kanita yang terakhir? " yoga bicara dengan kedua tangannya yang sibuk pada USG yang baru saja dihidupkannya.     

"Baik dokter "      

"Oh, ya tunggu " yoga menghentikan langkah edna, "bisakah mencarinya dengan cepat pada petugas rekam medis? "     

Edna terdiam sejenak, "saya akan menelpon dan mencobanya dokter "     

"Terima kasih " ucap yoga kembali pada Layar USG dihadapannya.     

Edna berjalan menuju meja pendaftaran, mengambil telpon ruangan dengan matanya yang mencari nomor ruang rekam medis yang tertera di kertas yang tertempel di dinding.     

"Dokter pikir mudah mencari buku rawat yang jumlahnya ribuan " ucap edna masih mencari nomor yang akan dia tuju.     

"Memang ya kalau sudah dasarnya sangat cinta itu tidak bisa ditutupi " lagi-lagi dia berkata sendiri, kali ini dengan senyumannya yang muncul.     

"Kanita,,, beruntung sekali kamu dapat laki-laki seperti itu! " celetuknya dalam hati yang secara tidak langsung mengomentari kehidupan rumah tangga sahabat dekatnya itu.      

Sampai akhirnya ucapan-ucapannya dalam hati berhenti ketika ruangan yang ditelponya tersambung dan bicara sesuai dengan perintah yoga tadi.     

"Dokter ini buku rawat yang dokter minta " edna menyimpannya di meja yoga, ketika yoga masih melakukan pemeriksaan USG.     

Yoga menoleh sekilas ke arah mejanya dan kembali fokus ke layar komputernya.     

"Terima kasih " ucapnya pada edna.     

Edna tersenyum heran dengan sikap atasannya hari ini, "sama-sama dokter "     

"Dan saya mengingatkan, diluar masih ada lima pasien USG dan dua pasien dari ruang rawat inap untuk konsul obgyn,,, "     

Raut wajah yoga berubah, "kamu mengingatkan saya atau mau menertawakan saya karena sedang khawatir? "     

"Dokter khawatir? " edna berpura-pura dengan mengeluarkan pertanyaan dengan wajah terkejutnya.     

"Jangan pura-pura! " cetus yoga sambil menuliskan pemeriksaan yang di lakukan di buku rawat pasien yang baru saja dia USG.     

"Semua tentang kanita pasti akan bertanya padamu! " dia lalu kembali mengatur ulang layar USG nya.     

Edna tersenyum kecil, "dokter tenang saja, pasti akan baik-baik saja kehamilan kali ini "     

"Tapi kanita itu sedikit keras kepala, dia selalu menahan rasa sakitnya sendiri "      

"Memang seperti itu dokter " ucap edna, "tapi itu bukan keras kepala, dia hanya tidak ingin membuat dokter khawatir terlalu berlebihan saja. Selama kanita bisa menyelesaikannya sendiri pasti dia yakin itu tidak terlalu serius untuknya "     

"Iya, dia memang seperti itu "     

Yoga lalu terdiam sejenak, "cepat panggil pasiennya sekarang supaya pekerjaanku selesai dan membaca buku rawat kanita! "     

"Iya, dokter " edna dengan cepat keluar untuk memanggil pasien yang masih menunggu dilakukan pemeriksaan oleh yoga.     

Setelah dua jam berlalu akhirnya yoga bisa dengan tenang duduk di ruangannya dan segera mengambil buku rawat nita yang sebelumnya.     

Dia mulai membuka lembar demi lembar dari dalamnya, dan di halaman yang mencatat riwayat obstetri nita yoga begitu serius dan membacanya perlahan.     

"Kenapa aku bisa melupakan ini! " cetus yoga seraya mengusap keningnya, dia menjadi semakin khawatir mengingat kehamilan nita telah menginjak trimester ketiga.     

"Inkompetensi serviks! " ucapnya lalu mengusap wajahnya yang penuh kelelahan setelah seharian ini melakukan pekerjaannya dengan rasa khawatirnya pada nita.     

Dia merasa bersalah karena seharusnya mencatat hal penting ini pada kehamilan nita, rasa bersalahnya semakin memuncak ketika dia menyadari kesibukannya melindungi semua pasiennya tetapi dia melupakan yang seharusnya menjadi prioritas utamanya. Hanya karena dia merasa nita kuat dan mandiri dia mengenyampingkan kesemua hal yang membuat rasa bersalah pada dirinya.     

"Aku benar-benar harus meminta maaf pada nita karena keegoisanku pada pekerjaan " ucap yoga merogoh ponsel yang berada di saku jas putihnya dan menghubungi nita.     

"Selamat sore oppa dokter tercintaku " suara nita terdengar manja ketika pertama kali terdengar di telinga yoga.     

Membuat suasana hati yoga berubah seketika dan senyuman kecil muncul diwajahnya hanya dengan mendengar suaranya saja.     

"Kenapa ramai sekali " yoga lalu mendengar suara-suara lain, "kamu sedang berada dimana? "     

"Ini masih di lantai tiga ruang rapat " jawab nita, "tadi selesai jam istirahat pak adit mengumumkan rapat mendadak seluruh kepala ruangan "     

"Membicarakan tentang keputusan surat penugasan klinis pada setiap staf pelaksana "     

Yoga lalu tertawa kecil, nita sampai harus menjelaskan tentang pembahasan acara rapatnya.     

"Hari ini kita pulang sama-sama " ucap yoga, "aku tunggu di poliklinik "     

"Hari ini tidak ada operasi? " tanya nita.     

"Tidak ada " jawab yoga cepat, dia memastikan hari ini pekerjaannya akan dengan cepat selesai.     

"Baiklah "     

"Apa aku harus menghubungi pak adit untuk menemanimu sampai lantai satu di lift? " tanya yoga.     

"Tidak perlu,,, " suara rengekan nita terdengar oleh yoga, "aku bisa sendiri, lagipula banyak orang jadi aku tidak sendirian! "     

Yoga tertawa kecil, "atau kamu mau aku menyusul kesana dan mengantarmu sampai ruang bersalin? "     

"Aku bukan anak kecil! " cetus nita, "aku harus segera turun, jadi boleh aku tutup telponnya sekarang? "     

"Berhati-hatilah " ucap yoga.     

"Iya "     

Yoga lalu mengakhiri pembicaraannya di telpon dan segera merapikan laptop miliknya untuk bergegas pulang bersama nita. Dia mengingat sesuatu dan kembali mengambil ponselnya dan menghubungi dokter andien.     

"Andien " ucapnya ketika dia telah tersambung dengan dokter andien di telpon.     

"Hari ini aku minta tolong untuk jaga jika ada operasi cito " dia kembali melanjutkan perkataannya, "dan untuk juga untuk konsul semua tindakan hari ini "     

"Baik dokter "     

"Terima kasih "      

Yoga dengan cepat mengakhiri pembicaraannya dan merapikan kembali barang-barang miliknya. Dia melihat ke arah jarum jam di tangannya, masih ada waktu lima menit sebelum jam pulang.      

"Aku jemput saja nita ke ruangannya " ucapnya dengan senyumannya yang mengembang, "dia pasti akan terkejut dan merasa malu pada stafnya karena tindakan konyolku "     

"Agar semua orang tahu aku yang jatuh cinta padanya! " lagi-lagi dia tertawa kecil, setelah selesai merapikan barang-barangnya dia bergegas berjalan menuju ke arah ruangan tempat dimana nita bekerja.     

Dia mempercepat langkahnya berlomba dengan waktu agar tidak terlambat menjemput nita di ruangannya, walaupun dia tahu waktunya kali ini sangat cepat berputar dan dia akan terlambat.     

Dalam sekejap langkahnya terhenti, ketika dari kejauhan dia melihat sosok nita dengan jelas sudah berdiri di depan pintu ruang bersalin berbicara dengan seseorang.     

"Itu? " yoga berjalan satu langkah kedepannya untuk memastikan siapa laki-laki yang tengah berbicara dengan nita.     

Yoga terdiam mematung ketika dia dapat melihat dengan jelas siapa laki-laki berdiri bersama nita di depan pintu ruang bersalin...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.