cinta dalam jas putih

Campur Tangan



Campur Tangan

Nita memandangi jam di dinding kamarnya yang telah menunjukkan pukul sembilan malam, yoga masih berada di tempatnya bekerja. Itu membuat rasa khawatirnya begitu besar, mengingat rapat audit yang dilaksanakan tadi pagi.     

"Bubu belum tidur? " axel mengetuk pintu kamar nita yang terbuka, dan melihatnya masih terduduk di tempat tidurnya.     

Axel berjalan menghampiri nita dan duduk disampingnya.     

"Ayahmu belum pulang, jadi bubu tunggu saja " jawab nita, "lagipula bubu belum mengantuk "     

"Aku temani bubu " axel tersenyum ke arah nita, "aku janji jika ayah pulang terlambat seperti hari ini aku akan menemani bubu "     

"Terima kasih " nita tersenyum mengusap lembut rambut axel. Dia tidak perlu khawatir akan kesepian ketika menunggu yoga kali ini karena axel pasti akan membuat suasana menjadi ramai.     

"Apa aku boleh minta sesuatu permintaan pada bubu? " axel memandangi wajah nita ketika dia mengatakan hal yang merupakan suatu permintaan.     

Nita tersenyum, "apa yang kamu inginkan? "     

Dia tidak lantas mengungkapkan permintaannya, dari wajahnya terlihat keraguan untuk mengatakan hal yang ingin dia minta dari nita.     

"Apa,,, " ucapannya terputus-putus, "aku boleh meminta bubu menyimpan nama ibu jika adikku sudah lahir nanti? "     

Nita tersenyum lebar, dia mengamati sikap axel yang sepertinya begitu hati-hati mengatakan permintaannya. Putranya itu telah menjadi seorang remaja yang luar biasa bijak.     

"Tentu saja " nita menerima permintaan axel tanpa ragu, "nama ibumu itu sangat cantik, kita bisa memakai namanya dengan harapan semoga dia menjadi wanita baik dan kuat seperti ibumu. Dan dia akan pintar seperti kakak yang memberikannya nama "     

"Dia harus seperti bubu juga " ucap axel, "penyayang dan selalu membuat orang di sekitarnya tersenyum karena lucu "     

Nita tertawa kecil, "jadi bubu sama seperti seorang komedian ya? "     

Axel cekikikan mendengar perkataan nita, yang dia maksudkan adalah bukan lucu seperti yang nita katakan tadi. Dia selalu senang ketika berbicara dengan nita yang selalu membuat keakraban tersendiri menghilangkan rasa canggung. Axel merasa bubunya itu seperti sahabatnya, tetapi itu tidak membuat rasa hormatnya hilang karena tidak memiliki kecanggungan ketika bicara dengan nita.     

Axel dapat merasa tenang karena nita telah menyetujui permintaannya yang merupakan keinginan terakhir sang ibu. Dia hanya tinggal memintanya pada ayahnya ketika adiknya lahir nanti.     

Yoga masih terduduk di kursinya di ruangan kerjanya seraya membaca satu persatu kertas-kertas yang berada di tangannya. Dan lalu kedua matanya menoleh dan menatap tajam ke arah empat orang yang berdiri dihadapannya.     

"Yang seperti ini kalian sebut laporan! " cetusnya, dia tidak meninggikan suaranya tetapi matanya yang secara bergantian memandangi keempat orang yang berdiri dihadapannya itu dengan begitu tajam. Dia ingin melemparnya akan tetapi tiba-tiba mengingat nita yang selalu melarangnya bertindak yang akan membuat semua orang hanya mengingat keburukannya.     

Dia menahannya karena tidak ingin juga membuat nama nita ikut terbawa karena tindakannya.     

"Coba kalian pikirkan kembali alur pelaporan yang baik " ucapnya lagi, "pertama itu kalian harus laporkan secara lisan terlebih dahulu pada pimpinan kalian, lalu catat semua tindakan yang kalian lakukan di buku rawat pasien. Setelah kalian mencatat ulang konsulkan pada kepala ruanganmu! "     

"Bukankah seperti itu? " yoga menyambungnya dengan sebuah pertanyaan.     

Tetapi keempat orang yang berdiri di hadapannya itu tidak ada yang menjawab satupun, mereka hanya tertunduk.     

"Dinar! " panggil yoga pada salah satu orang yang berdiri di depannya.     

"Kamu sudah lama bekerja disini, bukankah hal seperti itu sudah biasa kamu lakukan? " tanya yoga, "seharusnya kamu menjadi contoh yang bain buat rekan-rekanmu yang lain! "     

"Iya, dokter maaf. Saya salah karena tidak dapat menjadi contoh yang baik " jawaban dinar pada yoga tanpa berani mengangkat wajahnya.     

"Ucapkan maafmu pada kepala ruanganmu, serta perbaiki kesalahanmu mulai detik ini juga " ucap yoga.     

"Baik dokter " dinar berkata seraya menganggukkan kepalanya.     

"Saya pegang janjimu " yoga memperlihatkan wajah dinginnya, "sudah cukup sampai hari ini kalian membuat kesalahan yang menyusahkan nita, sikap kalian sudah keterlaluan. Jika saya mendengar hal seperti ini terjadi kembali kamu yang akan saya pindahkan! "     

Terlihat jelas rasa takut di wajah dinar ketika ucapan yoga itu terdengar seperti sebuah ancaman padanya.     

"Baik dokter, saya berjanji "     

Pandangan yoga beralih ketiga orang yang berdiri disamping dinar, tim jaga rasti.     

"Kalian beruntung kali ini pihak keluarga pasien dapat menerimanya " ucap yoga, "tapi itu bukan berarti kalian bisa dengan seenaknya bekerja! "     

"Rasti, kamu harus lebih peduli pada rekanmu yang lain " yoga memberikannya sebuah nasehat, "kalian satu tim itu harus memiliki rasa yang membuat kalian membutuhkan satu sama lain "     

"Jika terus seperti ini, tim kalian akan selalu membuat kesalahan karena tidak memiliki kekompakan "     

"Kalian sudah dewasa dan saya anggap mahir, jadi jangan membuat hal sepele menjadi besar kalian bawa ketempat bekerja " yoga menyambungkan ucapannya.     

"Maafkan saya dokter, saya benar-benar tidak dapat dipercaya memegang tanggung jawab. Saya tidak mampu bekerja dengan baik " ucap rasti.     

"Saya tidak mau mendengar kata-kata yang terdengar pesimis " ucap yoga, "yang benar adalah kamu yakinkan dirimu kalau kamu bisa belajar dari kesalahan dan memperbaikinya! "     

"Baik, dokter "      

Seperti dinar, rasti pun begitu takut untuk mengangkat wajahnya beratatapan dengan konsulennya.     

Yoga masih mengawasi keempat orang yang berdiri di hadapannya, dia tahu pasti nita juga telah memanggil mereka tadi. Dan tentu saja akan sangat berbeda versi dengan pemanggilannya, dia tahu sikap nita tidak  akan sekeras dia ketika menemukan kesalahan pada stafnya.     

"Berhentilah bersikap seoah-olah kalian sangat tahu situsi ruangan kalian bekerja! " yoga kembali berucap, "ikuti saja semua yang dikatakan oleh kepala ruanganmu! "     

"Katakan pada semuanya "      

Keempat orang stafnya yang masih tertunduk hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.     

"Kalian ingat, saya sedang mengawasi kalian! jadi jangan sampai melakukan kesalahan yang sama "     

"Baik, dokter " mereka semua menjawab dengan bersamaan.     

"Kalian boleh  pulang sekarang " akhhirnya yoga mengakhiri pembicaraannya dengan keempat stafnya tersebut.     

Yoga mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, menyandrkan tubuhnya dikursi. Dia menarik nafasnya dalam-dalam dan menjadi teringat sosok nita.     

"Ternyata pekerjaanmu lebih berat " ucapnya dalam hati, "mengurusi sebuah perkumpulan yang hanya berisi wanita itu lebih rumit dari ujian negara! "     

Dia tersadar dan melihat waktu yang ditunjukan jam di tangannya. Yoga beranjak dari duduknya, da segera merapikan laptop miliknya untuk segera pulang kerumah. Sepertinya dia jadi merindukan sosok nita, setelah dia bicara dengan keempat staf yang sudah  membuat kesulitan dalam pekerjaan nita.      

"Kalian lihat, dokter yoga sampai memanggil kita dan memberi kita ancaman! " dinar yang berjalan bersama dengan keempat temannya mulai memprovokasi.     

"Campur tangannya kuat sekali! " dinar berapi-api, "menggunakan kekuasaan agar istrinya itu di takuti oleh kita! "      

"Sudah jangan banyak ngoceh! " cetus rasti pada dinar yang sepertinya berusaha mempengaruhi mereka lagi, setelah tadi dia berkata berlebihan tentang kemarahan kepala ruangan pada tim nya. Pada kenyataannya nita sama sekali tidak menghakimi mereka, tetapi justru sebaliknya dia memberikan jalan keluar yang menurutnya sangat baik tanpa menyudutkan seseorang.     

Kedua mata dinar terbelalak, "aku kan hanya memberitahukan saja! "     

"Iya, sudah cukup kami sudah tahu sekarang " rasti memperlihatkan wajah ketusnya, "kalau ibu kanita dan dokter yoga itu sama-sama pemimpin yang baik, kita tidak boleh berpikiran lain tentang perkataannya tadi. Itu wajar dia ucapkan dan kita yang melakukan kesalahan itu harusnya sadar diri! "     

"Itu keren banget! " kali ini karlin yang bicara, "mereka pasangan paling romantis, saling mendukung pekerjaan masing-masing pasangan,,, "     

"Semakin suka dengan dokter yoga " pekik karlin, "dia itu terlihat acuh, tapi di belakang bu kanita melindungi banget! "     

"Aku suka,,, " karlin mulai menjadi halu.     

Esha tersenyum dengan gelengan kepalanya, "inget sis, itu suami orang yang jadi pimpinanmu juga! "     

"Hobi sekali dengan laki-laki milik orang! " rasti mengomentari perkataan karlin tentang yoga.     

Karlin memajukan bibirnya memasang wajah kesal dengan komentar teman-temannya itu.     

"Kalian tahu mereka itu seperti artis yang harus menciptakan karakter bagus dimata semua orang " dinar lagi-lagi mengatakan hal yang berbeda, dia lalu meraih pundak karlin.     

"Bukankah bu kanita juga mendapatkannya setelah menjadi suami orang " ucapnya, "dan suatu saat dia juga akan mendapatkan balasan yang sama, karma itu biasanya terjadi! "     

Rasti memicingkan matanya ke arah dinar yang sudah menjejali karlin dengan perkataan yang buruk dari mulutnya. Begitu juga esha yang memasang wajah tidak sukanya atas semua yang sudah dibicarakannya.     

"Kamu sudah beruntung dokter yoga tidak menulis namamu di daftar hitam kepegawaian! " tiba-tiba dion muncul dari arah belakang mereka, dia menatap dinar yang memandang lantang ke arahnya.     

"Apapun yang menyulitkan ibu kanita, dia bisa mengatasinya sendiri termasuk mengatasi satu orang tidak tahu berterima kasih yang menjadi stafnya " ucap dion kembali, "menjadi seorang wanita sekaligus senior itu seharusnya kamu memberikan hal yang baik, bukan berkata aneh yang justru mempermalukan dirimu sendiri! "     

"Memperlihatkan kamu iri dengan bu kanita! " sambung dion, dia berkata dengan menyilangkan kedua dadanya dia perlihatkan ke arah dinar yang satu angkatan dengannya di rumah sakit.     

Wajah dinar memerah karena kesal dan malu yang bercampur, dadanya terlihat naik turun menahan amarahnya.     

"Aku akan mengawasi tindakanmu " lagi-lagi dinar mendapatkan ancaman dan kali ini dion yang mengatakannya, "aku dengar semua yang kamu katakan pada teman-temanmu hari ini, jangan sampai aku mendengar kamu berulah atau aku katakan semuanya pada dokter yoga! "     

Dion membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan dinar yang tidak dapat menjawab ancamannya.     

"Orang baik itu, memang banyak sekali pendukungnya " rasti bicara dengan senyuman puas ke arah dinar.     

Dia lalu melangkahkan kakinya bersama dengan esha yang juga tertawa senang.     

"Keren sekali bu kanita! " lagi-lagi tanggapan yang muncul dari mulut karlin adalah pujian yang sebenarnya membuat iri dan ingin dia tiru.     

"Kak rasti tunggu! " karlin berjalan cepat menyusul rasti esha.     

"Ihh, apa-apaan hari ini! " geram dinar, "aku sial sekali hari ini! "     

Dia lalu mendengus, sambil melangkahkan kakinya.     

"Kalian lihat saja itu semua hanya kebaikan palsu untuk mendapatkan hati kita! " dia berkata pada dirinya sendiri dengan penuh kekesalan yang semakin membuatnya tidak menyukai sosok nita.     

Karena dalam waktu singkat nita sudah membuat semua rekan-rekannya berubah dan mengikutinya, itu sangat menjadi sebuah ancaman baginya dan itu artinya dia harus mencari strategi baru agar dia dapat mendapatkan impiannya lebih cepat...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.