cinta dalam jas putih

Wanita Menyeramkan



Wanita Menyeramkan

0Nita memandangi jarum jam di dinding ruangannya yang telah berlalu hampir satu jam setelah dia memberi peringatan pada dinar tadi.     

"Aku hampir lupa " nita segera mengambil ponselnya dari dalam tas, "aku terlalu lama mematikannya, pasti oppa dokter mengkhawatirkanku karena tiba-tiba mematikan ponselnya! "     

Dia menunggu layar ponselnya menyala, "aku harus siap-siap mendapat omelan nanti malam! "     

Kedua matanya membulat ketika mendapat dua puluh notifikasi pesan dari yoga, dia menutup wajahnya dengan satu tangannya.     

"Benarkan kataku, suamiku itu memang paling peka terhadap istrinya! " dia begitu ragu untuk membaca semua pesan yang yoga kirimkan padanya.     

Nita menebak pasti isinya menanyakan alasan dia memutuskan telpon dan mematikan ponselnya.     

Jari jempolnya telah siap untuk menekan dan membaca pesan dari yoga tetapi ponselnya tiba-tiba berdering.     

"Axel " nita mengerutkan dahinya melihat nama yang menghubunginya kali ini.     

"Bubu "     

Suara axel terdengar ketika nita menerima telpon dari putranya itu.     

"Iya sayang,,, "     

"Bubu baik-baik saja? "     

Nita terdiam sejenak ketika axel tiba-tiba bertanya tentang keadaannya.     

"Tentu saja baik " jawabnya dengan tawa yang terdengar begitu dipaksakan, "kenapa axel menanyakan kabar bubu? "     

"Ayah tadi menelpon, dia bilang sebelum rapat tadi katanya bubu tiba-tiba mematikan ponsel bubu dan ayah kesulitan menghubungi bubu,,, " axel bicara dengan cepat, "ayah itu, sangat khawatir jadi memintaku mencoba menghubungi bubu karena sekarang pasti ayah masih rapat "     

Nita tersenyum kecil, "iya, tadi itu bubu baru teringat ada hal penting yang membuat bubu harus dengan cepat menyelesaikannya "     

"Maafkan bubu " nita melanjutkan perkataannya.     

"Minta maaf pada ayah saja nanti " ucap axel, "apa sekarang bubu baik-baik saja? "     

Nita lagi-lagi dibuat tersenyum mendengar ucapan axel, "sebenarnya sedikit baik, dan lebih banyak kesal. Karena hari ini bubu mendapat masalah yang membuat bubu marah! "     

"Benarkah bubu marah? " tanya axel.     

"Aku jadi ingin lihat bagaimana wajah bubu ketika marah " lalu dia mengucapkan candaannya pada nita, "pasti lucu sekali, karena pasti hanya memerah saja. Bubu itukan tidak pernah marah sama sekali! "     

"Axelll,,, " nita mengeram.     

Lalu terdengar tawa axel di telinganya, "aku cuma tahu bubu itu tidak marah sekesal apapun pada semua orang termasuk ayah, pasti hanya diam dan menangis "     

"Iya, benar " nita menanggapi ucapan axel tentangnya, "ternyata kamu orang yang paling mengerti bubu "     

"Kenapa hari ini aku merasa kesal karena semua teman-teman disini seolah tidak menganggap kehadiranku di tempat kerja ini " nita lalu menarik nafasnya dalam-dalam, "apa mereka menganggap bubu hanya sekedar penjaga ruangan saja, semuanya tidak bersahabat. Kami berjalan di jalan yang diinginkan oleh masing-masing orang "     

"Tidak peduli pada perbaikan setelah melakukan kesalahan "      

Nita lalu terdiam beberapa saat, "hari ini bubu sudah kesal dan satu orang sudah kena marah bubu! "     

"Bubu masih kesal? " tanya axel.     

"Sedikit sayang "     

"Kalau begitu ceritakan lagi padaku apa yang mereka lakukan lagi pada bubu "     

Kedua alis nita terangkat, dia memandang ke arah jam di dinding ruangannya. Kedua matanya berkeliling ke seluruh penjuru ruangan, menunggu orang-orang yang tadi dia perintahkan pada dinar untuk menghadapnya.     

"Bubu akan memanggil mereka hari ini, dan akan bicara dengan mereka apa yang diinginkan oleh mereka semua " ucap nita, "karena bubu merasa tidak akan pernah bisa merubah semua jika tidak pernah mau mendengarkan perkataanku! "      

Nita tahu axel tidak akan pernah mengerti tentang apa yang diceritakannya kali ini, akan tetapi dia sedang memenuhi permintaan putranya itu untuk berbagi kesulitan dengannya kali ini. Dia hanya akan bercerita ringan saja pada axel seperti seorang sahabat.     

"Apa hari ini bubu harus marah-marah pada mereka agar mereka semua ketakutan dan menuruti semua perkataan bubu ya,,? "     

"Aku tidak suka seperti itu bu " axel menanggapi semua ucapan nita, "justru itu akan membuat mereka menganggap bubu wanita yang menakutkan, mungkin mereka akan menuruti semua perkataan bubu tapi sepertinya karena ketakutan saja "     

"Dihadapan bubu mereka akan menurut tapi nanti dibelakangnya mereka pasti membicarakan bubu karena tidak menyukainya " axel lalu kembali melanjutkan perkataannya.     

Nita tersenyum lebar, dia merasa senang karena di usia remajanya ternyata axel telah dapat berpikiran dewasa seperti itu. Selama ini dia tidak pernah mengajarkan axel seperti itu,  tetapi sepertinya semua terbentuk secara alamiah dalam diri axel.     

"Kenapa axel berpikir seperti itu? " nita lalu bertanya mengungkapkan rasa penasarannya pada penjelasan dari jawaban axel tadi.     

"Karena di sekolahku ada ibu guru seperti itu " jawabnya, "kami semua tidak suka dia karena setiap kami tidak dapat menjawab pertanyaannya dia selalu marah-marah, ketika dia menjelaskan tentang materi kami selalu berusaha mendengarkan dengan baik karena kami semua takut padanya "     

"Tapi kami tidak ada yang dapat menjawab dengan benar semua pertanyaannya, dan setelah dia pergi aku selalu mendengar teman-temanku membencinya! "     

"Dan,,, aku tidak mau bubu seperti itu juga di tempat bubu bekerja " sambungnya.     

"Ya, tuhan dia benar-benar malaikat kecilku! " pekik nita dalam hatinya, "terima kasih telah menyimpan malaikat ini disampingku yang selalu mengingatkanku,,, "     

"Baiklah, bubu janji tidak akan marah-marah seperti ibu gurumu itu,, " ucap nita dengan senyuman yang semakin lebar seperti menandakan dia merasa kekesalannya hilang seketika setelah dia berbicara dengan axel.     

"Kamu juga harus ingat satu hal nita,, "     

"Ibu " suara nita pelan terkejut karena tiba-tiba suara axel berubah menjadi suara ibu mertuanya.     

"Jika mereka seolah-olah kamu rasa telah membuatmu merasa tidak dihargai itu harus kamu anggap mereka sedang ingin membuatmu merasa tidak mampu " nasehatnya, "benar kata axel tadi, ketika kamu marah kamu tidak harus meluapkan emosimu. Kamu harus ingat marah itu bukan satu hal yang membuktikan ketegasan "     

"Iya, bu " nita menganggukkan kepalanya, dia mengerti dengan apa yang sudah dinasehatkan oleh ibu mertuanya itu.     

"Terima kasih karena ibu sudah mengingatkanku " ucap nita, "hari ini hampir saja aku akan mencoba memarahi semua orang yang tidak mau mendengarkanku "     

"Jangan terlalu emosi, ingat kamu sedang hamil sekarang ini " dia kembali memberikan nasehatnya pada nita, "kamu harus bermain cantik di situasi sekarang ini,,, "     

"Iya " nita menyetujuinya dengan senyuman yang tidak pernah hilang dari wajahnya.     

"Oh, iya nanti setelah kamu selesai bicara dengan rekan kerjamu segera hubungi suamimu! "     

Kedua alis nita terangkat, dia baru tersadar ketika ibu mertuanya mengingatkannya untuk menghubungi yoga.     

"Iya, bu. Nanti setelah selesai rapat saya akan segera menghubunginya "     

"Kamu tahu tadi itu dia menghubungi semua orang dirumah karena khawatir ponselmu tidak aktif " ucapnya, "dia juga meminta ibu, sampai mba mumu untuk pergi ke rumah sakit memastikan keadaanmu "     

"Ya, ampun sampai seperti itu,,, " nita jadi semakin merasa bersalah setelah mendengar perkataan ibu mertuanya itu tentang yoga selama dia mematikan ponselnya dan bicara dengan dinar.     

"Saya minta maaf, bu. Karena saya semua orang jadi harus khawatir "      

"Kami khawatir sekali karena kami menyayangimu " ucapan dari ibu mertuanya itu membuatnya merasa terharu menjadi orang yang sangat disayangi.     

"Terima kasih, bu "      

Mata nita terlihat berkaca, bulu kuduknya dia rasakan berdiri. Dia sampai merasa merinding mendengar ungkapan rasa sayang dari ibu mertuanya itu.     

"Dan jangan lupa nanti kami akan menjemputmu ke rumah sakit " suaranya membuat rasa haru di pikiran nita membuyar.     

"Kita harus pergi ke suatu tempat " sambungnya.     

"Kemana? " nita terheran.     

"Tentu saja aku akan membelikanmu semua peralatan yang dibutuhkan untuk calon bayimu nanti " ucapnya, "yoga itu ya keterlaluan sekali, istrinya sudah hamil besar seperti itu belum mempunyai perlengkapan satu pun! "     

Nita terkejut dan sindiran ibu mertuanya itu begitu tepat sasaran padanya. Dia memang terlalu memikirkan pekerjaannya sampai dia melupakan hal utama membeli semua perlengkapan untuk melahirkan yang semakin dekat.     

"Anakku itu terlalu sibuk, nanti ketika dia pulang kamu tenang saja ibu akan memarahinya! "      

Senyuman nita muncul bersamaan dengan kerutan di dahinya. Sepertinya ibu mertuanya itu telah sedikit lupa, beberapa menit yang lalu dia mengatakan untuk tidak emosi. Tapi semuanya itu sepertinya dia langgar hanya demi nita.     

Jauh dari ruangan nita yang tengah berbicara dengan ibu mertuanya, dinar telah berdiri dihadapan tim rasti di sebuah ruang ganti. Mereka telah berkumpul namun belum menemui nita karena dinar mengajak mereka ke tempat tersebut.     

"Kali ini ibu kanita benar-benar marah! " cetusnya, dia memasang wajah yang begitu serius dengan kedua bola matanya yang secara bergantian menatap ke arah rasti,  karlin dan esha.     

"Aku sudah berusaha membela kalian mati-matian tadi " ucapnya lagi, "tapi sepertinya dia tidak mau mendengarkan, dia itu tipe pemimpin yang ingin selalu disanjung dan di hormati oleh kita! "     

"Dia itu sombong sekali " tanggap karlin dengan wajah kesal sekaligus ketakutannya.     

"Apa dia mau membuktikan pada kita bahwa dia itu istri dari konsulen kita! " sambungnya.     

Dinar menganggukkan kepalanya, "aku sudah berusaha mengatakan tentang kejadian kemarin itu tapi dia tetap ingin bicara dengan kalian "     

"Dia bilang tidak akan mendengarkanku tapi ingin mendengarnya langsung dari kalian " wajah sinis dinar begitu terlihat kali ini.     

"Kak dinar kenapa bukan kamu saja sih yang menjadi kepala ruangan kami " karlin memegang satu tangan dinar, "kamu orang paling bijak dan baik untuk kami semua dan tentunya mengerti kami, tidak seperti orang baru "     

Rasti menyilangkan tangannya dan tersenyum sinis, "baik katamu, mana ada orang baik yang menjelek-jelekkan orang lain di belakang! "     

"Mungkin dia cuma baik dengan kamu saja! " sambungnya, "karena kamu anak kepala keuangan disini! "     

"Kamu! " dinar memelototi rasti, "sudah untung aku tidak membuatmu keluar dari ruangan ini! "     

"Aku tidak takut! " rasti membusungkan badannya ke arah dinar, "kamu sedang mencari simpati semua orang disini karena kamu punya ambisi jadi kepala disini! "     

"Jangan bermimpi! " sambungnya.     

"Dasar wanita menyedihkan " dinar membalasnya dengan melemparkan sindiran padanya.     

"Kamu terlalu menyedihkan karena suamimu pergi dan memilih wanita lain yang lebih cantik! " sambungnya, "pikirkan dulu mimpimu mengambil kembali suamimu sebelum mengurusi mimpiku! "     

"Ya ampun, sudah! " esha berusaha menjadi penengah diantara kegaduhan kedua kakak seniornya.     

"Kenapa jadi seperti anak remaja saja kalau sudah beradu argumen " ucap esha, "kita tidak perlu bertikai seperti ini selama bisa dibicarakan dengan baik-baik "     

Kedua kakak seniornya itu melangkah mundur setelah tadi sama-sama memasang badan bersiap untuk membela diri masing-masing.     

"Kita tidak boleh berprasangka negatif terlebih dahulu pada bu kanita " esha kembali berucap, "kita harus cepat menghadapnya, dan kalau dia memang benar bersikap seperti yang kak dinar ucapkan itu memang wajar karena kita telah melakukan kesalahan dan itu adalah kewajibannya untuk mengevaluasi pekerjaan kita! "     

"Ayo kak rasti kita segera ke ruangan bu kanita " ajak esha memegang ketua tim nya, jabatan tangannya itu membuat emosi rasti seketika mengecil.     

Esha menoleh ke arah karlin, "karlin kamu bisa melanjutkan gosipmu nanti setelah kita bertanggung jawab atas kesalahan yang kita lakukan "     

karlin membelalakan kedua matanya, "iya ibu peri baik hati! "     

Mereka lalu bergegas pergi menuju ruangan nita dan meninggalkan dinar sendirian.     

Wanita muda yang penuh ambisi itu berdiri sendirian di ruang ganti dengan senyuman sinisnya.     

"Kalau aku bisa membuat bu sani seperti tidak layak disini, apalagi dia seseorang yang baru dan belum memiliki pengalaman menjadi kepala ruangan disini! " cetusnya dalam hati, "aku sangat tidak suka dia memanfaatkan posisi dokter yoga untuk mendapatkan apapun yang diinginkannya! "     

Wajahnya begitu berapi-api ketika dia kembali mengingat pembicaraannya dengan nita tadi, dia merasa bahwa perubahan yang akan nita buat di ruangannya hanya ingin memperlihatkan kesombongan nita yang berhasil menjadi kepala ruangan. Hati dan pikirannya kali ini sudah dipenuhi semua hal yang berbau kebencian...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.