cinta dalam jas putih

Tidak Diterima



Tidak Diterima

0Nita berjalan memasuki ruangannya setelah dia mengantar nenek yang tidak dikenalnya berobat di poliklinik. Dia terkadang mengingat ucapan wanita tua itu tapi mencoba untuk menghilangkannya dengan membaca laporan yang berada di atas mejanya.     

Dia terdiam lalu kembali mengingat sosok elsa yang selalu menjadi kakak yang selalu memperhatikan semua yang sangat dia butuhkan untuk dia pelajari sebagai seorang istri.     

"Kenapa aku jadi memikirkan semua ucapan nenek tadi? " tanya nita pada dirinya sendiri.     

Ketika dia tengah serius memikirkan semua ucapan wanita tua tadi, ponselnya berdering dari dalam tasnya. Nita sedikit terkejut mendengar bunyi ponselnya diantara lamunannya, dengan cepat dia mengambil ponselnya dan tersenyum ketika melihat nama suaminya.     

"Ada apa? " tanya nita.     

"Kamu to the point sekali ketika menjawab telpon dariku " suara yoga terdengar di telinga nita.     

"Seharusnya kamu menyapaku terlebih dulu, memanggilku dengan manja atau menanyakan kabarku " yoga menyambung ucapannya.     

Nita terasenyum, "kita kan baru beberapa menit yang lalu pergi sama-sama ke rumah sakit, jadi aku pikir pasti suamiku baik-baik saja terlebih dia bisa menghubungiku ketika sedang rapat audit! "     

Terdengar tawa yoga yang singkat, "aku sedang menunggu pihak dinas sambil membaca kembali laporannya aku menghubungiku supaya aku mendapatkan banyak inspirasi dari setiap kata-katamu "     

Nita merasa malu ketika yoga berbicara berlebihan tentangnya, tapi untuk kali ini yoga tidak dapat melihat wajahnya yang memerah ketika merasa malu.     

"Aku juga kebetulan sedang membaca laporan " ucap nita seraya membuka setiap helai kertas yang tersimpan di hadapannya.     

"Jangan terlalu memaksakan diri, kamu itu sedang hamil " yoga menasehatinya, "walaupun semua adalah tanggung jawab dari pekerjaanmu tapi kamu harus selalu mengutamakan kesehatanmu dan calon bayimu "     

Nita tersenyum, "iya pasti, terima kasih sudah mengingatkanku. Aku doakan semoga hasil auditnya yang terbaik "     

"Tapi aku yakin suamiku itu paling terbaik dan dapat menjawab semua pertanyaan mereka secara logis, aku sangat mengaguminya "     

"Ya ampun aku meleleh " ucap yoga, "kamu adalah alasan mengapa setiap hari aku begitu merasa ingin berubah menjadi lebih baik lagi, kamu memang sumber dari semua semangat yang aku miliki "     

"Mulai lagi " nita tertawa kecil, "jangan-jangan pihak dinas itu idak berkutik bukan karena penjelasan yang anga masuk akal dari doker yoga, tapi sepertinya mereka terbuai karena rayuan dan kaa-kata manisnya! "     

"Kamu tidak mempercayainya? " tanya yoga disertai tawanya, "lain kali aku akan memberikan undangan untuk kepala ruang bersalin untuk mengikuti audit supaya dia percaya bahwa aku tidak merayu siapapun selain wanita bernama kanita "     

Kedua mata nita terbelalak, "setiap hari mendengar ini bisa-bisa aku diabetes karena terlalu banyak mengkonsumsi kata-kata yang terlalu manis! "     

Dia menutup mulutnya dengan satu tangannya supaya tawanya tidak terdengar nyaring oleh orang lain, dengan kedua matanya kembali fokus pada catatan di tanganya.     

Matanya tertuju pada halaman selanjutnya yang dia buka, seketika lengkungan bibir membentuk senyum di wajahnya menghilang dan raut wajahnya berubah menjadi begitu serius.     

"Sayang " yoga memanggilnya, memecah keseriusan nita yang tengah membaca.     

"Kenapa diam? " lalu yoga bertanya.     

"Berapa kasus yang oppa dokter presentasikan hari ini? " lalu nita bertanya dengan nada serius.     

"Kenapa? " yoga tidak lantas menjawabnya, dia justru balik bertanya pada nita.     

Nita dengan cepat membaca laporan pertama dan lalu membuka kembali di halaman selanjutnya. Dia membiarkan yoga menunggunya menjawab karena dia ingin menyelesaikan membaca semua tumpukan kertas di tangannya.     

"Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal itu? " yoga kembali bertanya pada nita.     

Setelah selesai nita yang hanya sekilas membaca laporan tersebut menarik nafasnya begitu dalam dan menyandarkan punggungnya.     

"Apakah itu ada empat kasus? " tanya nita, "termasuk kasus solusio plasenta kemarin? "     

Nita memijat pelan keningnya, "apa itu kasus atonia uteri, eklamsi dan dua kematian bayi intra uteri? "     

Kali ini yoga tidak bersuara beberapa detik, dan nita menunggu jawabannya.     

"Iya hari ini kami mempresentasikan empat kasus " jawab yoga, "semuanya yang kamu sebutkan tadi itu memang kasusnya "     

Senyuman penuh keterkejutan terlihat diwajah nita, jika yoga berada didekat nita dia pasti dapat melihat wajah nita yang memerah. Akan tetapi kali ini bukan karena malu, tapi kemarahan yang tiba-tiba muncul dari pikiran nita karena sesuatu.     

"Baiklah " ucap nita, "sepertinya aku harus berbicara dengan seseorang sekarang ini, semoga auditnya sukses! "     

"Tapi,,, " yoga belum menyelesaikan ucapannya ketika nita mengakhiri pembicaraannya. Dia lalu mematikan ponselnya agar tidak menerima telpon dari siapapun.     

Nita segera beranjak dari duduknya dan berjalan kecil ke arah dinar yang pagi itu terduduk dan terlihat tengah menulis di status pasien.     

"Dinar " panggil nita.     

Dia lalu menghentikan tulisannya dan menoleh ke arah nita dan tersenyum tipis.     

"Ada apa, bu? " tanyanya.     

"Ada yang ingin saya tanyakan " jawab nita, "kita bicara di ruangan saya "     

Nita lalu berbalik dan berjalan menuju ke arah ruangannya.     

"Kalian benar-benar sudah menguji kesabaranku! " cetus nita dalam hatinya, dia menyiapkan satu kursi disampingnya untuk dinar yang menjadi wakilnya itu.     

Dinar mengetuk pintu satu kali ketika sampai di pintu kepala ruangannya tersebut, dia sepertinya bisa merasakan ada hal penting yang akan ditanyakan oleh nita padanya dan dia juga bisa merasakan aura kemarahan di mata nita.     

"Duduklah " dalam keadaan emosi pun nita mencoba berusaha untuk tenang, dia tidak ingin seperti seekor singa yang memperlihatkan sikap tenangnya tapi setelah mangsa mendekat dia langsung menerkamnya dan membuatnya tidak dapat berkutik.     

Sepertinya kali ini dia akan mencoba menjadi seekor ular phython yang mengelabuinya terlebih dahulu, setelah itu membelitnya membuatnya tidak berkutik secara perlahan.     

"Aku sampai memikirkan trik aneh seperti itu! " cetus nita dalam hatinya, dia dengan sabar menunggu dinar untuk duduk disampingnya.     

"Mungkin yang nenek tadi katakan bahwa aku akan dimanfaakan oleh orang-orang ketika mencoba berbaik hati adalah kejadian hari ini,,, " nita kembali berucap dalam hatinya, seraya mengingat semua pembicaraannya dengan wanita tua yang tidak dikenalnya tadi.     

"Ada apa, bu? " raut wajah dinar terlihat kaku.     

Nita menyadari ketakutan dinar, lalu mencoba mengeluarkan senyumannya.     

"Kamu seperti orang ketakutan saja " ucap nita, "tenang saja, saya hanya akan bertanya saja bukan menghakimimu! "     

Tawa di bibir dinar terlihat begitu dipaksakan, "habisnya mata ibu hari ini terlihat seperti orang yang sedang marah "     

Nita tersenyum lebar, "oh jadi karena itu,,, "     

"Sebenarnya saya memang marah " ucap nita, "tapi biar saya beritahu kamu, saya tidak akan tiba-tiba menegluarkan amarah saya tanpa menanyakannya terlebih dulu pada seseorang yang membuat saya marah "     

"Dan saya juga tidak akan mendengarkan penjelasan dari orang lain untuk menanyakan masalah yang kamu buat " dia kemudian melanjutkan ucapannya.     

"Saya akan secara personal bertanya padamu, dan saya akan dengan senang mendengarkan semua penjelasanmu termasuk pembelaan diri "     

Dinar menganga dia semakin terlihat ketakutan, walaupun nita tidak berkata dengan suara penuh emosi yang tinggi tapi setiap ucapannya begitu langsung mengena di hatinya. Apa yang diucapkannya begitu tenang tetapi langsung pada inti permasalahan.     

"Ibu, apa saya membuat kesalahan besar? " lalu dinar memberanikan dirinya untuk menanyakan kesalahan yang dibuatnya.     

Nita tersenyum tipis, dia lalu menyerahkan beberapa lembar kertas di tangan dinar.     

"Bacalah " perintah nita, "apa itu laporan darimu? "     

Dinar lalu membaca sesuai dengan apa yang nita katakan.     

"Iya, bu saya yang membuatnya " jawab dinar, "tapi saya hanya menulis ulang saja, laporan dari shift yang bertugas saat kejadian dan mereka menulisnya di buku insiden. Saya menyalinnya untuk ibu baca dan nanti diberikan pada pihak keperawatan "     

Nita menganggukan kepalanya, "inti dari pelaporan ini diberikan padaku? "     

"Tentu saja untuk memberitahukan pada ibu bahwa ada kasus yang terjadi di ruang bersalin " jawabnya.     

"Kenapa harus melaporkannya pada saya? "     

Dinar terkejut dan mendengarnya sedikit lucu ketika nita menanyakn hal tersebut.     

"Tentu saja karena ibu adalah kepala ruangan kami " jawab nita.     

Nita tersenyum tipis, "ternyata kalian mengakui saya sebagai kepala ruangan disini, setelah beberapa waktu saya merasa seperti seorang tamu disini "     

"Maksud ibu? "     

"Menurutmu apa tugas seorang kepala ruangan? " tanya nita, "saya yakin kamu pasti tahu, karena kamu selalu menggantikan bidan sani ketika dia tidak dapat menghadiri rapat "     

"Adala seseorang yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit untuk menjadi delegasi di ruang bersalin " jawab dinar.     

"Benar sebagai delegasi pihak rumah sakit " nita membenarkan ucapan dinar, dia sangat mengakui kepintaran dinar maka dari itu selama ini dia mempercayakan semuanya pada  dinar.     

"Kamu tahu kan delegasi itu seperti apa? " tanya nita kembali.     

Dinar terdiam sejenak, dan memperlihatkan wajah yang begitu tegang di hadapan nita.     

"Maaf, bu saya sedikit tidak paham tenang itu "     

Nita menarik nafasnya, "itu seperti seseorang yang mendapatkan kepercayaan tugas, melakukam hak dan kewajiban yang di tulis oleh direktur, dan bertanggung jawab atas kalian semua "     

"Saya yang harus menanggung semuanya, walaupun saya tidak melakukan kesalahan apapun " nita melanjutkan ucapannya.     

"Sekarang, saya hanya diberikan secarik kertas bertulis laporan yang akan diberikan kepada pihak kepegawaian dan bertanggung jawab karena telah menanda tanganinya. Sekarang saya ingin kamu berada di posisi saya untuk menanggung semua kesalahan staf yang sama sekali tidak mengakuimu! "     

"Apa kamu mau menerimanya begitub saja? " tanya nita.     

"Tentu saja saya tidak mau, bu " jawabnya dengan cepat.     

"Lalu kenapa kalian semua seperti ini? " tanya nita masih dengan nada yang datar, "coba kamu sebagai orang yang  dekat dengan mereka tanyakan saya harus seperti apa supaya kita semua bisa berubah menjadi lebih baik. Tidak harus secepat kilat, karena akan terlihat sekali begitu dipaksakan. Kita coba secara perlahan-lahan dan menjadikan hal yang baik sebagai suatu kebiasaan "     

"Kejadian yang kamu laporkan itu hanya beberapa hari sebelum kasus solusio plasenta kemarin, kalian semua memiliki ponsel kan? "     

"Punya, bu " jawab dinar.     

"Kenapa kalian tidak menghubungi saya langsung setelah terjadi kematian? "     

"Mungkin mereka takut mengganggu ibu " jawab dinar, "lagipula dokter andien sudah berada disini ketika pasien dinyatakan meninggal "     

"Lalu menurutmu yang akan dipanggil menghadap direktur menjelaskan semuanya siapa? dokter andien? "     

Dinar seketika terdiam, dan tidak dapat menjawab apapun.     

"Yang harus menjelaskannya adalah saya sebagai kepala ruangan " nita menjawab pertanyaannya sendiri, "setidaknya jika kalian melaporkan langsung saya bisa mencatat dan melakukan evaluasi untuk berusaha memperbaiki kesalahan. Sedangkan hari ini kamu menyimpan laporan di atas meja saya seolah ini laporan biasa, dan kamu sendiri tidak mengatakan pada saya telah membuat laporan kematian. Saya juga seorang manusia yang terkadang tiba-tiba tidak ingin membaca apapun. Kalau saya hari ini tidak memaksakan diri untuk membacanya saya tidak akan pernah tahu ada kematian "     

"Dan sekarang jelaskan pada saya kenapa kamu seperti ini? " nita yang telah merasa lelah karena harus menahan amarahnya dan sedari tadi terus menerus bertanya pada dinar sangat menguras banyak energinya.     

Dan saat ini dia memutuskan untuk diam dan memberikan kesempatan pada dinar untuk membela dirinya.     

"Saya minta maaf jika tindakan saya kali ini membuat ibu menjadi merasa tidak diakui sebagai kepala ruangan disini " ucapnya, "kami mungkin telah terbiasa dengan dengan pelaporan terdahulu yang seperti ini, jadi saya berpikiran ibu tidak akan mempermasalahkannya. Karena selama ini kita tidak pernah dilibatkan ketika audit "     

"Maka dari itu kalian tidak pernah menyadari kesalahan kalian, menganggap semua hal seperti ini hanya sebuah kasus yang akan menghilang setelah melakukan audit " nita menyela ucapan dinar, "kita tidak boleh egois seperti itu, pekerjaan kita memiliki waktu jangka panjang! "     

"Kamu akan diam saja ketika hal yang kamu anggap kecil ini mengancam jiwa ibu bersalin lainnya? "     

Diberi pertanyaan seperti itu dinar terdiam, dan tertunduk.     

"Bekerja itu bukan hanya sekedar mengisi absen kehadiran, terlihat bekerja oleh pimpinan dan pulang setelah pulang " ucap nita, "seharusnya kita bisa memotivasi semua rekan kita untuk melakukan evaluasi setelah bekerja, dan meminimalisir kesalahan. Kalian semua adalah harapan semua ibu dan bidan di desa ketika mereka tidak sanggup melakukan tindakan terbaik "     

"Ibu saya berjanji akan merubahnya " ucap dinar, "saya akan memberitahukan semua teman-teman untuk melaporkan semua kejadian pada ibu di jam berapapun "     

"Tapi sebelum kamu memberitahukannya, saya ingin bicara dengan tim rasti sekarang juga " dia memandangi wajah dinar, "semua kasus ini terjadi ketika tim rasti jaga, saya ingin menanyakannya langsung pada mereka "     

Kedua bola mata dinar membulat, dia benar-benar tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya pada nita.     

"Tapi, bu "     

"Kenapa? " tanya nita, "kamu mau membela mereka? "     

"Bukan seperti itu " dinar menggelengkan kepalanya, "karlin pernah menjelaskan pada saya bahwa rasti kurang memiliki tanggung jawab sebagai kepala shift dan esha hanya menuruti semua perkataan rasti, dia tidak pernah membantu karlin dan membiarkannya melakukan tindakan sendiri "     

"Kenapa seperti itu? " nita terheran.     

"Rasti memang tidak menyukai karlin " jawab dinar, "dia selalu iri dengan karlin yang banyak di puji oleh semua orang "     

Nita mengerutkan dahinya, semua yang dibicarakan dinar sama sekali tidak sama dengan perkataan rasti ketika mengatakan alasan tidak ingin karlin menjadi tim nya.     

Dinar seolah-olah membuat karlin adalah pihak yang teraniaya, hal ini membuatnya berpikir dua kali untuk mempercayainya.     

"Kamu panggil saja mereka " ucap nita tidak akan mendengarkan alasan dinar, "saya tunggu mereka sekarang! "     

Nita beranjak dari duduknya dan terlihat berjalan ke tempat buku-buku tebal berjajar rapi di sudut ruangan.     

"Cepat hubungi mereka " secara tidak langsung dia mengusir dinar untuk pergi dari ruangannya dan melakukan apa yang di perintahkannya tadi.     

"Bisa-bisa aku naik darah jika setiap hari emosi seperti ini! " cetus nita pelan seperginya dinar dari ruangannya.     

Setelah dia bicara dengan dinar tadi membuatnya harus kembali mengevaluasi untuk memberikannya sebuah kepercayaannya ketika dia tidak sedang berada di tempat kerjanya nanti...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.