cinta dalam jas putih

Ramalan



Ramalan

0"Sayang " panggil yoga, pagi ini dia menghampiri nita yang sedang bersiap untuk pergi ke rumah sakit dengan seragam putihnya.     

Masa cutinya pun telah habis, diapun tentu saja telah berpakaian rapi.     

"Ada apa? " tanya nita mencium aroma keanehan dari gelagat suaminya itu.     

"Bisakah hari ini pulang lebih awal dengan pak itor? " tanyanya, "axel pasti sedang merasa kesepian jadi aku minta kamu menemaninya, kebetulan hari ini aku sedang ada audit kematian jadi sepertinya akan pulang terlambat "     

"Iya " jawab nita pendek, dia lalu memandangi yoga untuk beberapa waktu.     

"Ada apa? " yoga segera mengoreksi penampilannya ketika dipandang oleh nita seperti itu.     

"Apa kemejaku tidak bagus? " tanyanya lagi.     

Nita tersenyum tipis, "bukan itu,,, "     

"Apa audit kematian juga terpisah dimana tempat dokter laki-laki dan perempuannya? seperti rencana pelatihan kepala ruangan nanti? "     

Yoga terdiam untuk berpikir, lalu setelah beberapa detik dia baru dapat menyambungkan pikirannya ke pembicaraan nita yang sebenarnya adalah sebuah sindiran baginya.     

Lalu tawanya muncul dan mencubit kecil pipi nita, "kamu bisa saja selalu membuatku malu karena ucapanku sendiri! "     

Nita mengusap pipinya yang telah dicubit oleh yoga, "sakit! "     

"Sakit? maafkan,,, " yoga terkejut ketika cubitan kecilnya membuat nita kesakitan lalu dengan cepat dia mengusap pipi nita.     

"Tapi tentang pemisahan pelatihan itu sudah di setujui oleh direktur! " ucap yoga.     

Nita mengangkat kedua alisnya dengan lengkungan bibir yang membentuk senyuman.     

"Ini pelatihan terniat sekali! " cetus nita, "aku pikir oppa dokter tersayangku itu tidak mau istrinya bergaul dengan kepala ruangan lain termasuk laki-laki, tapi memang ternyata ada alasan lain sampai direktur setuju dengan cepat "     

Yoga menganggukan kepalanya, "pertama memang itu alasannya, yang kedua memang aku tidak suka kamu terlalu dekat dengan mereka terutama laki-laki, ketiga aku sangat tidak suka mereka membicarakanmu nanti "     

"Kalau sultan yang sudah membuat kebijakan, aku yang manusia biasa bisa apa,,, " nita lalu segera mengambil tasnya, dan bersiap untuk berangkat.     

Yoga mengikutinya dari arah belakang nita yang terlihat berjalan ke kamar axel terlebih dulu sebelum berangkat.     

"Hati-hati, bu " axel mencium pipi nita, "jangan terlalu lelah nanti adikku marah "     

"Siap " nita melebarkan senyumannya ketika melihat axel terlihat begitu baik pagi ini.     

Axel lalu berganti mencium pipi ayahnya, dan terlihat begitu ragu-ragu ketika akan mengucapkan sesuatu.     

"Ayah " ucapnya.     

"Ada apa? "     

Axel terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "apa aku boleh menjemput bubu nanti? aku mau membawa nenek jalan-jalan bersama bubu "     

Yoga menoleh ke arah nita yang menganggukkan kepalanya menyetujui ajakan axel.     

"Kalau ayah sibuk, aku tidak apa-apa hanya dengan bubu dan nenek " axel terlihat memastikan bahwa dia tidak akan memaksakan yoga untuk ikut bersamanya.     

"Maafkan ayah " yoga mengusap rambut axel, "kamu bawa mba mumu juga, supaya dia bisa mendapatkan hiburan setelah bekerja setiap hari "     

"Baik " axel memperlihatkan senyuman lebar yang paling indah, memperlihatkan bahwa dia baik-baik saja saat ini dan yoga tidak perlu lagi mengkhawatirkannya.     

"Aku akan mengikuti semua permintaan ibu untuk menjadi anak yang baik " ucap axel dalam hatinya, kedua matanya memperhatikan kedua orang tuanya yang masuk ke dalam mobil untuk pergi bekerja memberikan pelayanan pada masyarakat banyak diluar sana.     

Lalu terlintas dipikirannya tetiba ingin menjadi seperti sosok ayahnya yang menyelamatkan pasien-pasiennya.     

"Aku akan langsung ke komite medik untuk audit " ucap yoga ketika mereka sampai di rumah sakit.     

"Ya " nita lalu mengambil tasnya dan keluar dari mobil setelah dia mencium tangan kanan yoga.     

Langkah kecilnya menyusuri jalan menjauhi mobil yoga yang terparkir. Langkah kecilnya terhenti ketika seorang wanita tua yang posisi tubuhnya telah membungkuk berjalan di depannya. Dia dengan sabar berjalan di belakang wanita yang seluruh rambut pendeknya telah berwarna putih seluruhnya dan berjalan menggunakan sebuah tongkat.     

"Duluan saja, nak " wanita tersebut berhenti dan berbalik ke arah nita, "jalan inikan masih lebar, nanti kamu terlambat ke tempatmu bekerja "     

Nita tersenyum lebar, "saya tidak terlambat, nek. "     

"Nenek mau kemana? " tanyanya, "apa nenek mau berobat ke poliklinik? "     

"Iya, hari ini jadwal saya kontrol ke poliklinik dalam "      

Nita dengan cepat memegang satu tangan nenek tersebut, "saya bantu nenek sampai ke ruang poliklinik dalam, kebetulan saya juga akan kesana. Jadi saya akan bantu nenek untuk daftar, jadi nanti nenek hanya tinggal menunggu dokter saja,,, "     

Ada senyuman di wajah nenek itu, garis-garis yang begitu terlihat diwajahnya tidak menutupi senyumannya.     

"Terima kasih, kamu baik sekali "     

"Kita jalan sama-sama ya,, " nita lalu berdiri disamping wanita tua itu dan menuntun langkahnya.     

Kedua mata wanita tua itu memandangi perut nita.     

"Kamu sedang hamil? " tanyanya     

"Iya, nek. Doakan semoga kehamilan saya sekarang akan sehat sampai melahirkan nanti "     

"Bayi perempuanmu akan lahir dengan sehat nanti, dia cantik sepertimu "     

"Amin,,, " nita sangat berharap apa yang diucapkan oleh wanita yang dipanggilnya nenek itu sebagai doa yang akan menjadi kenyataan.     

"Di kehidupan sekarang, apa yang kamu pernah mimpikan itu tidak semuanya terjadi karena kamu sendiri secara tidak sadar telah mengubah takdirnya "     

Dahi nita berkerut mendengar ucapannya yang tiba-tiba mengungkit tentang mimpi yang pernah dialaminya itu. Dia memandang wajah wanita tua tersebut, tidak sedikitpun di wajahnya memperlihatkan bahwa dia sedang bicara secara kebetulan begitu sama dengan kehidupan nita sebelumnya.     

"Apa kamu percaya tentang perkataan bahwa ketika seseorang dalam kehidupan kita pergi tuhan akan menggantinya dengan kehadiran sosok baru? "     

"Maksud nenek? " nita tidak memberanikan dirinya untuk berasumsi sesuai dengan apa yang sedang dipikirkannya.     

"Nenekmu pergi dan kamu terbangun dari koma, dan ketika seorang wanita yang sangat baik padamu telah pergi beberapa hari yang lalu tuhan akan menghadirkannya di kehidupanmu "     

Tangan wanita tua itu memegang perut nita, dia seperti menunjukkan bahwa bayi dalam kandungannya adalah kehidupan baru yang tuhan berikan ketika dia mengambil elsa untuk selamanya.     

"Kamu wanita yang baik " ucapnya kembali, "tapi terlalu baik, sehingga akan ada seseorang yang memanfaatkan kebaikanmu itu "     

"Hati-hati dengan seseorang yang selalu berkata manis padamu " sambungnya.     

Nita tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya, sebenarnya di dalam hatinya dia merasakan sedikit rasa takut sampai membuat kerja jantungnya begitu cepat.     

"Kenapa nenek pergi sendirian ke rumah sakit? " nita lalu mengalihkan pembicaraannya.     

"Saya punya tiga orang anak " jawabnya, "tapi mereka itu diberikan tuhan sangat spesial "     

"Kedua putriku tidak bisa mendengar dan bicara " sambungnya.     

"Maafkan saya nek " nita memelankan suaranya.     

"Tidak apa " dia kembali memperlihatkan senyumannya pada nita, "aku beritahu padamu rahasia yang harus dilakukan oleh wanita hamil "     

Nita tersenyum tipis, "rahasia? sepertinya memang penting sekali, kalau nenek berkenan memberitahu saya pasti saya akan sangat senang sekali "     

"Apa kamu pernah mendengar seorang anak kecil yang kesulitan bicara? "     

Nita menganggukkan kepalanya, tapi dia sedikit terheran kenapa wanita itu tiba-tiba membicarakannya.     

"Wanita hamil itu tidak boleh memiliki apalagi sampai memendam rasa marahnya pada suaminya dan yang paling terpenting adalah pada ibumu "ucapnya.     

"Jika kamu mau menguji kebenarannya kamu bisa melakukan penelitian dari sekarang apa ucapanku itu benar atau hanya menakutimu saja "     

Nita terdiam seraya memikirkan semua yang diucapkan wanita tersebut.     

"Jadi nenek mau mengatakan, bahwa kedua putri nenek lahir dengan tidak dapat mendengar dan bicara karena nenek selalu memendam rasa marah? " nita sedang berusaha untuk lebih mengerti.     

"Aku sering memarahi suamiku dulu " dia berterus terang, "selain itu aku selalu mengacuhkannya ketika tidak ingin berkata apapun, semua yang dia katakan aku tidak pernah mendengarkannya. Dan itu terus terjadi sampai aku hamil anak kedua "     

"Padahal suamiku itu lelaki paling baik dan bertanggung jawab " sambungnya.     

Nita memandangi wajah wanita tersebut, menceritakan semua tentang kehidupan pribadinya pada nita dengan tiba-tiba.     

"Sampai ketika aku menyadari kebaikannya saat putriku lahir, tuhan mengambil suamiku " lalu dia kembali bercerita, "aku baru menyadari kebaikannya ketika dia telah kembali pada tuhan "     

"Tapi ketika putriku berusia lima tahun, ada seorang laki-laki baik dan kami menikah. Tuhan memberikanku kepercayaan untuk hamil dan saat itu aku mencoba tidak melakukan kesalahan yang sama, dan putraku lahir dengan normal sekarang dia bekerja diluar kota "     

Nita yang mendengar cerita akhir wanita tersebut begitu merasa bahagia ketika putra yang dilahirkannya normal, dia seperti merasa dirinya sendiri yang mengalami cerita tersebut. Tapi tentu saja dia tidak ingin seperti nenek itu, karena tiba-tiba dipikirannya terlintas jika dia harus terpisah dengan yoga ingin menikah satu kali dalam hidupnya. Karena dia telah memiliki anak maka tidak ada lagi yang inginkan.     

Lalu senyumannya muncul, menghilangkan semua lamunannya yang terhanyut oleh cerita wanita tua itu.     

"Nenek tinggal menunggu untuk dipanggil ke dalam saja " nita berucap ketika berada di dekat wanita tua itu yang sedang terduduk di kursi tunggu.     

"Terima kasih " ucapnya, "kamu harus ingat kata-kataku tadi, bukankah suamimu juga orang yang sangat baik? "     

"Iya, dia sangat baik " jawab nita, "tentu saja saya akan mengingat semua ucapan nenek. Terima kasih karena nenek telah memberitahu saya apa yang tidak boleh saya lakukan ketika sedang hamil. Saya akan mengingatnya dengan baik "     

"Iya, bagus. Setelah ini kamu akan dapat masalah yang membuatmu marah besar jadi kamu ingatlah perkataanku "     

Nita tersenyum, sebenarnya dia merasa bersalah karena dia tidak begitu mempercayai semuanya. Menurutnya kedua putri nenek itu tidak dapat mendengar dan bicara adalah sebuah cacat bawaan, dan dia memikirkan ketidakstabilan emosi ketika hamil yang memicunya.     

Tapi ketika nenek tersebut mengatakan nita akan mendapatkan masalah besar setelah ini, tentu saja dia tidak percaya. Karena selain wanita tua itu hanya manusia, dia juga menganggap mungkin halusinasi sang nenek muncul ketika ada seseorang datang membantunya dan dia ingin membuat kebaikan dengan memberikan nasehat seperti itu. Tapi nita hanya akan dengan senang hati mendengarkan semua yang di ucapkannya.     

"Nenek, hidupku itu sudah menghadapi masalah ketika berpindah ke tempat ini,,, " ucap nita dalam hatinya, ketika dia berhenti dan berdiri tepat di depan pintu dengan tulisan 'RUANG BERSALIN '.     

Senyuman kecilnya muncul dalam gelengan kepalanya, dia lalu membuka pintu tersebut dan masuk kedalam ruangan untuk menjadi seorang pemberani menghadapi suatu masalah,,,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.