cinta dalam jas putih

Kembali Bersama



Kembali Bersama

1"Ayah " panggil axel sedikit menarik lengan baju yoga, dia ingin ayahnya itu mensejajarkan posisinya dengan tinggi badan axel.     
0

Mereka berdua berdiri diantara kerumunan orang-orang yang masih mengikuti acara pemakaman elsa.     

"Ada apa? " suara yoga terdengar pelan oleh axel.     

"Ayah ajak saja bubu menunggu di mobil, mungkin upacaranya akan sangat lama. Kalau dia terus berdiri seperti itu kasihan bubu "     

Yoga menoleh ke arah nita yang berdiri disampingnya, lalu senyumannya muncul. Melihat sosok istrinya itu tidak seperti yang axel ucapkan, kekhawatiran putranya itu pada nita sangat besar. Terlebih ketika dia harus kehilangan elsa yang menjadi ibu kandungnya dalam hidupnya, sepertinya dia menjadi sangat begitu perhatian pada ibu sambungnya.     

"Kamu saja yang ajak bubumu " yoga justru berbalik, "kamu juga harus istirahat setelah semalaman tidak tidur "     

Axel terlihat berpikir sejenak, dia sedang memikirkan sesuatu hal. Lalu dia berpindah berdiri di dekat nita dan meraih tangannya.     

"Bubu ikutlah denganku,,, "     

Nita mengerutkan dahinya, "kemana? "     

Axel tidak menjawabnya, dia hanya membawa nita mengikuti langkahnya menerobos kerumunan orang-orang yang menjadi sahabat dekat elsa.     

"Kita mau kemana? " nita kembali bertanya ketika mereka sudah berjalan lumayan jauh dari tempat pemakaman.     

Sambil sesekali menoleh ke arah belakangnya, dia melihat prosesi pemakaman yang masih berlangsung.     

"Aku temani bubu di mobil saja " lalu axel menjawabnya setelah mereka sampai di depan mobil milik yoga.     

"Kata ayah bubu sedang hamil jadi tidak boleh berdiri terlalu lama " ucapnya, "acara pemakaman ibu pasti akan lama sekali, jadi aku akan temani bubu di mobil "     

"Bubu tidak apa-apakan kalau ayah yang mewakili pemakaman ibu? dan bicara dengan sahabat-sahabat ibu? "     

Nita terdiam dan lalu tersenyum, axel memang sangat memiliki kepedulian yang begitu besar padanya. Dia mengkhawatirkan kehamilannya dan juga perasaan nita ketika harus berhadapan dengan sahabat-sahabat elsa.     

"Baiklah aku ikuti saja sesuai dengan perkataanmu " nita lalu masuk kedalam mobil yang diikuti oleh axel kemudian.     

Masih terlihat begitu banyak kesedihan di mata axel oleh nita, tapi laki-laki kecilnya itu sangat kuat.      

"Kamu kembali saja ke tempat pemakaman, biar bubu menunggu disini " ucap nita yang melihat tatapan kosong axel ke arah luar.     

Mendengar nita berkata seperti itu axel menoleh ke arah nita, "tidak, aku disini saja. Aku akan menganggap semua seperti biasanya, aku tidak pernah bertemu dengan ibu sama seperti dulu. Walaupun saat ini untuk selamanya aku tidak bisa melihat ibu lagi, paman arga bilang jika seseorang orang pergi maka tuhan akan menggantikannya dengan kehadiran orang baru" dia tampak melihat perut nita yang membesar.     

"Tuhan memberikan adik sebagai gantinya " sambung axel.     

Nita mengusap lembut pundak axel yang duduk disampingnya, "yang terpenting dia akan selalu berada dalam hati dan kamu ucapkan disetiap doamu "      

"Iya "      

Suasana menjadi hening seketika, mereka berdua seperti telah kehabisan kata-kata.     

"Bubu,, " lalu axel menjadi orang pertama yang memecah keheningan.     

"Ada apa? "     

"Ada yang ingin aku tanyakan "      

Nita tersenyum tipis, "katakan saja "     

"Jika suatu saat tuhan tiba-tiba mengambil ayah, apa aku akan tetap menjadi putramu? "     

Nita termangu, ketika tiba-tiba axel mengatakan hal yang sangat dia takutkan dalam hidupnya.     

"Apa bubu akan terus bersamaku dan menyayangiku? " lalu pertanyaan axel yang kedua kalinya itu membuat nita tersadar.     

"Kalau bubu bilang kita akan tetap bersama apa kamu juga masih mau menganggapku sebagai ibumu? "     

Nita memandangi axel, "menjadi ibumu dan bukan ibu sambungmu "     

"Tentu saja " jawab axel, "aku akan menjadi anakmu walaupun aku tidak dilahirkan olehmu, aku akan selalu menjagamu dan menuruti semua apa yang bubu katakan "     

Nita tersenyum sedih, dia lalu memeluk axel dan mencium kepalanya.     

"Janji tidak boleh berkata seperti tadi " ucap nita, "bubu takut sekali ketika kamu mengatakan ayah pergi "     

"Kita berempat akan selalu bersama-sama sampai kamu menjadi sukses dan mengajari adikmu! "     

"Iya, bu. Maafkan aku " ucap axel ketika masih dalam pelukan nita.     

"Walaupun kita tidak tahu seperti apa kehidupan kita nanti karena tuhan yang mengatur semua, tapi untuk saat ini kita harus saling menghargai keberadaan orang-orang terdekat kita " nita lalu memberikan ucapan nasehat pada axel.     

"Karena kita baru akan menyadari pentingnya mereka setelah kita merasakan kehilangan,, "     

"Seperti ibu " ucap axel, "aku selama ini tidak pernah berada di dekatnya, tapi ketika menemaninya itu adalah untuk yang terakhir kalinya "     

"Tuhan tahu mana yang terbaik untuk ibumu " nita mengucapkan hal baik agar axel tidak terus menerus merasa bersalah.     

"Ibu ingin aku menjadi seorang dokter "      

"Benarkah? itu bagus sekali " nita mendukung semua yang diinginkan oleh elsa pada axel.     

"Coba ibu bayangkan,,, seorang dokter spesialis yang pintar, baik hati, perhatian dan yang tidak kalah penting adalah sangat tampan " nita memuji axel.     

"Dari remaja sampai ibu-ibu pasti menolak untuk dinyatakan tidak sakit kalau belum kamu periksa! " nita melanjutkan pujiannya yang membuat axel tersenyum karena malu, wajah sedih yang sedari awal menempel padanya sekejap menghilang karena pujian nita.      

"Kenapa seorang dokter itu harus terlihat keren seperti ayah? " lalu pertanyaan axel muncul, "apa kalau tidak keren mereka tidak akan banyak pasien, bu? "     

Nita sedang memikirkan jawabannya dengan menyimpan satu jari di dagunya.     

"Karena aku selalu melihat semua dokter itu sangat keren " sambung axel, "ayahku, paman arga, dan juga paman edwin itu sangat keren! "     

Nita terkaku ketika axel menyebutkan nama dokter edwin, dia terkejut dengan axel yang menyebutkan namanya. Bukankah ada banyak dokter yang menjadi teman ayahnya itu, tapi dia memilih dokter edwin.     

"Sebenarnya keren itu hanya tambahan saja " nita berucap dengan sedikit tawa kecilnya yang begitu dipaksakannya.     

"Ketika seseorang sudah memiliki kewibawaan ketika berbicara dengan orang lain, dapat memecahkan masalah dan mempunyai kelebihan menyembuhkan orang itu,,, aura kebaikannya muncul dari dalam tubuhnya dan orang yang mendapatkan kebaikannya itu menganggapnya sangat keren. Jadi, keren itu bukan selalu di wajah kita! "     

Axel tentu saja tidak mengerti semua yang diucapkan nita, dia hanya bisa menangkap bahwa seseorang yang memberikan kebaikan pada orang lain itulah yang menjadi manusia keren menurut bubunya.     

"Pantas saja ayah disebut keren oleh banyak wanita " ucapan axel itu membuat nita mengedipkan matanya dengan cepat.     

"Wanita yang mana? " nita berpikir dan dia tidak tahu wanita yang axel ucapkan itu.     

"Ayah kan semua pasiennya wanita, jadi dia itu memberikan semua kebaikan pada pasien-pasiennya! dan semua wanita itu pasti menganggap ayah keren sekali! "     

"Axel,,, " ucap nita pelan seraya bernafas lega, jika dia mendengar ada satu saja wanita yang mengidolakan suaminya itu dengan sangat cepat dia menanyakan pada yoga siapa wanita tersebut. Kemungkinan suaminya di dekati oleh wanita-wanita cantik itu sangat besar ketika dia dalam keadaan hamil besar, dia mulai merasa khawatir karena banyak wanita diluar sana yang menyukai suami orang lain.     

"Bubu pasti takut ayah jatuh cinta sama pasien yang muda ya,,, " dalam suasana sedih seperti ini axel masih sempat-sempatnya menggoda nita.     

"Axel! " nita membulatkan matanya, memajukan bibirnya menandakan bahwa dia tidak suka jika membicarakan hal seperti itu.     

Axel tersenyum dan menutupnya dengan telapak tangannya, dia senang ketika bersama nita karena setiap apa yang dia bicarakannya selalu nita dengarkan dan pasti mendapatkan tanggapan seperti apa yang diinginkannya. Dia bukan hanya seorang ibu tetapi seperti seorang sahabat yang membuatnya tidak canggung mengatakan apapun.     

"Kalian sedang membicarakan apa? " sosok yoga muncul, dan masuk ke dalam mobil melihat reaksi wajah istri dan putranya itu yang memerah.     

"Kami sedang membicarakan wanita,, " axel tidak melanjutkan ucapannya karena nita dengan cepat menutup mulutnya dan tersenyum ke arah axel.     

"Berjanjilah ini obrolan kita berdua! " nita berkata seraya memandangi wajah axel.     

Axel hanya bisa menjawab dengan anggukan dan senyuman yang ditutupinya.     

Nita lalu melepaskan tangannya, "anak baik,,, "     

Yoga semakin aneh dengan tingkah laku axel dan nita di hadapannya.     

"Tidak terlalu penting " jawab nita, "kita pulang saja sekarang "     

"Iya, yah. " axel sependapat dengan nita, "kita pulang saja "     

Yoga mengernyit, rupanya axel dan nita sedang bermain sebuah rahasia dengannya. Dia tidak lantas mengikutinya, hanya tetap terdiam tanpa menghidupka  mesinnya.     

"Kenapa? " tanya nita, "apa mobilnya mogok? "     

"Axel duduklah di depan temani ayah " ucap yoga, "kalau ayah duduk sendirian dan menyetir, seperti supir yang sedang mengantarkan nyonya besar dan putranya! "     

"Aku kan ayahmu, bukan supir,,, " sambung yoga yang kali ini bernada sedikit lirih terdengar berlebihan karena dibuat-buat.     

Axel dan nita secara bersamaan bereaksi dengan ucapan yoga tersebut, mereka sama-sama menahan tawa karena kali ini yoga membuat hal lucu yang muncul secara alami.     

"Baiklah " axel berpindah tanpa keluar dari mobil, tubuhnya masih bisa menyelinap diantara kursi depan untuk bisa berpindah duduk di kursi depan.     

"Nah, beginikan lebih baik " ucap yoga dengan senyuman lebarnya.     

Dia lalu menoleh ke arah nita yang masih dengan senyumannya, "nyonya besar mau cepat atau lambat untuk sampai dirumah? "     

Nita mengerutkan dahinya, "terserah saja "     

"Baiklah " yoga lalu membenarkan posisi duduknya, kali ini dia menoleh ke arah axel.     

"Pakai sabuk pengamanmu, nak! "     

Axel tersenyum dan mengikuti semua yang sudah dikatakan oleh ayahnya itu.      

Ketika ayahnya tengah fokus mengemudi, axel sesekali mencuri pandang ke arahnya. Betapa ayahnya itu selalu memberikan kasih sayang yang paling terbaik padanya, tidak membedakannya atau bahkan berubah setelah dia menikah dengan nita. Dia merasakan kebahagiaan dapat bersatu kembali bersama ayah terbaiknya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.